Oleh: Imas siti Nurjanah
Siswa SMPN 3 Bungbulang |
Setiap murid adalah unik. Mereka bisa belajar dengan cara
dan minatnya masing-masing. Ada yang lebih cenderung dengan pembelajaran auditory,
visual, kinestetik, atapun gabungan dari ketiga hal tersebut. Apabila kebutuhan
belajar murid ini belum terpenuhi dengan baik maka hasil pembelajaran pun akan
cenderung kurang maksimal. Karena hal
inilah seorang guru dituntut untuk mampu memberikan pelayanan pendidikan berupa
pembelajaran yang sesuai dengan minat belajar muridnya yang sangat beragam.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang sangat
beragam dan kompleks, maka diperlukan situasi pembelajaran yang lebih variatif
disesuaikan dengan minat belajar murid. Situasi pembelajaran yang dimaksud
adalah pembelajaran berdiferensiasi, dimana pembelajaran berdiferensasi merupakan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran
berdiferensiasi diawali dengan diagnosa awal terhadap murid. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kecenderungan minat belajar mereka. Guru bisa melakukannya
dengan berbagai cara termasuk kegiatan pra asesmen, pretest dan survei minat, ataupun
jenis kegiatan yang lain sesuai dengan situasi, kondisi, serta pemahaman dan
pengalaman guru dan sekolah itu sendiri.
Pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri meliputi
diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta kebutuhan belajar murid. Diferensiasi konten merupakan media
pembelajaran yang dibuat secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan belajar
murid. Guru bisa membuat atau menyediakan konten pembelajaran dengan berbagai
media yang memenuhi kecenderungan belajar murid auditory, visual, dan
kinestetik, misalnya media voice dan rekaman untuk yang auditory, gambar untuk
yang visual, video untuk yang kinestetik. Media-media yang lain pun masih
banyak yang dapat digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi, tergantung pada
kesiapan guru dan sarana penunjang dalam melaksanakan pembelajaran
berdiferensiasi.
Diferensiasi proses merupakan metode yang digunakan
selama pembelajaran yang dibedakan berdasarkan kebutuhan belajar murid. Metode
pembelajaran ini dipilih berdasarkan diagnosa awal terhadap kecenderungan murid
dalam belajar. Misalnya guru mengelompokkan murid yang auditory untuk belajar
melalui rekaman atau mendengarkan penjelasan guru, kelompok murid yang cenderung
minat belajarnya visual bisa belajar melaui artikel, buku, gambar-gambar, peta
konsep, bagan, atau media lainnya. Sementara untuk murid yang cenderung gaya
belajarnya kinestetik bisa melalui eksperimen, demontrasi, atau kegiatan lainnya
yang melibatkan gerakan secara fisik.
Adapun diferensiasi produk merupakan projek yang dibuat
oleh murid yang lebih variatif sesuai dengan minat dan bakatnya, namun tetap disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Misalnya siswa yang satu
memilih untuk membuat projeknya dalam bentuk puisi, siswa yang lain diperbolehkan
memilih jenis projeknya yang berbentuk artikel, cerita bergambar, voice, video,
vlog, ataupun projek-projek yang lain. Guru memberikan keleluasaan bagi
muridnya untuk berkreasi tanpa batas sesuai dengan minat belajar mereka serta
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, guru harus mampu
memberikan penilaian yang objektif dengan projek murid yang berbeda-beda.
Pembelajaran berdiferensiasi ini dilakukan semata-mata agar
guru dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada muridnya secara optimal
dengan berorientasi pada murid. Segala yang dibutuhkan dalam belajar murid, guru
dapat memenuhinya dengan lebih baik termasuk memenuhi kebutuhan dasar belajar
murid. Guru juga harus mampu untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan serta membuat inovasi-inovasi baru demi pembelajaran yang lebih
baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, “anak-anak
hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat
dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Oleh karena itu, seyogyanya seorang
guru harus mampu untuk memberikan teladan, dorongan dan motivasi, serta menumbuhkan
semangat belajar murid agar kelak ia menjadi generasi yang baik.