Kamis, 04 Mei 2023

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

PAKET MODUL 1 PARADIGMA DAN VISI GURU PENGGERAK


    1. MODUL 1.1  Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

    1. MODUL 1.2  Nilai Dan Peran Guru Penggerak

    1. MODUL 1.3  Visi Guru Penggerak

    1. MODUL 1.4 Budaya Positif


PAKET MODUL 3 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH


    1. MODUL 3.1  Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

    1. MODUL 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

    1. MODUL 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

 


SERBA SERBI

 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin


Ragam Hasil Belajar

Konsep Tentang Hasil Belajar

Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan

Konsep Mutu Pendidikan

Memilih Media Pembelajaran

Bagaimana Mengevaluasi Media Pembelajaran

Mengapa Perlu Media Pembelajaran

Apa Kriteria Dalam Memilih Media Pembelajaran

Apa Manfaat Media Pembelajaran

Macam Macam Media Pembelajaran

Apa Yang Dimaksud Media Pembelajaran

Peran Guru di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat

Pendidikan untuk Reformasi Watak Bangsa

Guru Harus Menampilkan Kewibawaan

Perencanaan dan Pengembangan Potensi Pribadi

Kepemimpinan Efektif Untuk Manajer

Pengertian Intelegensi dan Bakat

Pentingnya Supervisi Pendidikan

Manajemen Sistem Pembelajaran

Manajemen Iklim dan Budaya Sekolah

Pentignya Menjaga Lisan

Peran Guru dalam Pendidikan Karakter

Penilaian Hasil Belajar

Prilaku  yang Harus Di Miliki Oleh Seorang Guru

Globalisasi Pendidikan Di Indonesia

Konsep Dasar Penilaian Kelas

Menentukan Kebutuhan Pendidikan

Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan SDM 

Manajemen Organisasi

Pengertian Konflik Organisasi

Tujuan dan Fungsi Sumber Belajar

Pengertian Pusat Sumber Belajar

Peran Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Tugas Dan Tanggung Jawab Guru

Penilaian Terhadap Kinerja

Pentingnya Pendidikan Moral Di Sekolah

Kedisiplinan Dalam Organisasi

Kewenangan dan Tanggung Jawab Sekolah

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

Peran Pengembang Kurikulum Sekolah

Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pembelajaran

Prinsip dasar Pengembangan Kurikulum

Dampak Positif dan Negatif Globalisasi

Manajemen Pengelolaan Kelas 

Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan

Tenaga Pendidik dan Kepala Sekolah Yang Profesional

Globalisasi dan Perbenturan Antar Peradaban

Pengertian Teori Organisasi

Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajar

Kemampuan Dasar yang Harus Dimiliki Organisasi Pembelajar

Prinsip Prinsip Learning Organization 

Karakteristik Organisasi Pembelajar

Apakah Belajar Itu

Pengertian Evluasi

Sistem Pendidikan Republik Kuba

Sistem Pendidikan Negara Belanda

Sistem Pendidikan Saudi Arabia

Pebedaan Administrasi dan Manajemen

Pengertian Administrasi

Makna dan Pendkatan Perencanaan

Sejarah Perencanaan Pendidikan

Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan

Perubahan Masyarakat dan kegiatan Perencanaan

Jenis dan Pendekatan Perencanaan

Konsep dan Design Perencanaan Pendidikan

Perencanaan Pendidikan Tinggi

Perencanaan Pendidikan Vocational

Analisis Misi

Analisis Fungsi

Pengembangan Kemitraan Antara LPTK dengan Sekolah

Landasan Teoritis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum

Sejarah Terbentuknya Wartawan

Kamis, 27 April 2023

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran

(Koneksi Antarmateri) PGP A7

Oleh: Imas Siti Nurjanah


Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia) berpandangan bahwa sebagai seorang guru harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada dalam situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berelasi dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Pengambilan keputusan dapat berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid/coachee agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will. TIRTA merupakan akronim dari tujuan, identifikasi masalah, rencana aksi serta tanggung jawab.

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah. 

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi serta mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar ataupun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya merupakan nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Seperti yang kita ketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh guru penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika dapat dicapai melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

Walaupun diakui selalu ada tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika di lingkungan sekitar. Kesulitan dan tantangan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, seperti sistem di sekolah yang memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid, tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama, keputusan yang diambil terkadang tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan, dan lain-lain.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru dapat mempengaruhi kegiatan pengajaran di kelas. Seorang guru haruslah berpihak pada murid, misalnya dalam pembelajaran, guru menggunakan metode pembelajaran, media dan sistem penilaian yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan belajar murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, misalnya dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid sulit untuk dicapai dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya. 

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan penghidupannya. 

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan datang. Demikian sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat, dilakukan pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid terlebih dahulu untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. 

Jadi, kesimplannya yaitu: 

  • Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.
  • Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
  • Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak permasalahan-permasalahan baik berupa kasus dilema etika maupun bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan tersebut secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Dari pengalaman selama kita bekerja pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

pada situasi tersebut dilema etika bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community), dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian terhadap hal tertentu juga merupakan tindakan yang dianggap benar.
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Terkadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

Terdapat 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yang perlu kita cermati agar resiko dari keputusan yang diambil sangat kecil.

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), prinsip ini berpijak pada aliran ulitarianism, yaitu mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak.
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), prinsip ini berpijak dari filsafat, yaitu deontologis, dari bahasa yunani “deon” yang berarti tugas atau kewajiban.
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.

Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan yang dapat kita lakukan, yaitu melalui tahapan sebagai berikut: 

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Sebelum mengetahuinya, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema. Perbedaanya pada saat itu saya tidak mengetahui apakah kasus yang terjadi pada saya ini termasuk dilema etika ataukah bujukan moral, Sayapun belum mengetahui paradigma dan prinsip apa yang saya gunakan pada saat itu serta bagaimana langkah-langkah yang benar pada saat pengambilan keputusan, namun sekarang saya mampu membedakan setiap kasus yang saya hadapi apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya saya mengetahui paradigma apa yang terjadi pada kasus saya, sehingga saya mampu menggunakan prinsip serta langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat.

Menurut saya sangat penting mempelajari materi ini karena dapat membantu kita dalam mempraktekkan pengambilan keputusan yang benar. Selain itu kita juga dapat mengidentifikasi setiap kasus yang terjadi sehingga mampu menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Semoga apa yang saya bagikan menjadi pengetahuan dan inspirasi bagi rekan yang lain khususnya guru, agar pendidikan di Indonesia semakin maju. Terima kasih. 

Kamis, 23 Februari 2023

PEMBELAJARAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID

 Oleh: Imas siti Nurjanah

Siswa SMPN 3 Bungbulang

Setiap murid adalah unik. Mereka bisa belajar dengan cara dan minatnya masing-masing. Ada yang lebih cenderung dengan pembelajaran auditory, visual, kinestetik, atapun gabungan dari ketiga hal tersebut. Apabila kebutuhan belajar murid ini belum terpenuhi dengan baik maka hasil pembelajaran pun akan cenderung kurang maksimal.  Karena hal inilah seorang guru dituntut untuk mampu memberikan pelayanan pendidikan berupa pembelajaran yang sesuai dengan minat belajar muridnya yang sangat beragam.

Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang sangat beragam dan kompleks, maka diperlukan situasi pembelajaran yang lebih variatif disesuaikan dengan minat belajar murid. Situasi pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran berdiferensiasi, dimana pembelajaran berdiferensasi merupakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi diawali dengan diagnosa awal terhadap murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan minat belajar mereka. Guru bisa melakukannya dengan berbagai cara termasuk kegiatan pra asesmen, pretest dan survei minat, ataupun jenis kegiatan yang lain sesuai dengan situasi, kondisi, serta pemahaman dan pengalaman guru dan sekolah itu sendiri.

Pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta kebutuhan belajar murid.  Diferensiasi konten merupakan media pembelajaran yang dibuat secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Guru bisa membuat atau menyediakan konten pembelajaran dengan berbagai media yang memenuhi kecenderungan belajar murid auditory, visual, dan kinestetik, misalnya media voice dan rekaman untuk yang auditory, gambar untuk yang visual, video untuk yang kinestetik. Media-media yang lain pun masih banyak yang dapat digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi, tergantung pada kesiapan guru dan sarana penunjang dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.

Diferensiasi proses merupakan metode yang digunakan selama pembelajaran yang dibedakan berdasarkan kebutuhan belajar murid. Metode pembelajaran ini dipilih berdasarkan diagnosa awal terhadap kecenderungan murid dalam belajar. Misalnya guru mengelompokkan murid yang auditory untuk belajar melalui rekaman atau mendengarkan penjelasan guru, kelompok murid yang cenderung minat belajarnya visual bisa belajar melaui artikel, buku, gambar-gambar, peta konsep, bagan, atau media lainnya. Sementara untuk murid yang cenderung gaya belajarnya kinestetik bisa melalui eksperimen, demontrasi, atau kegiatan lainnya yang melibatkan gerakan secara fisik.

Adapun diferensiasi produk merupakan projek yang dibuat oleh murid yang lebih variatif sesuai dengan minat dan bakatnya, namun tetap disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Misalnya siswa yang satu memilih untuk membuat projeknya dalam bentuk puisi, siswa yang lain diperbolehkan memilih jenis projeknya yang berbentuk artikel, cerita bergambar, voice, video, vlog, ataupun projek-projek yang lain. Guru memberikan keleluasaan bagi muridnya untuk berkreasi tanpa batas sesuai dengan minat belajar mereka serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, guru harus mampu memberikan penilaian yang objektif dengan projek murid yang berbeda-beda.

Pembelajaran berdiferensiasi ini dilakukan semata-mata agar guru dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada muridnya secara optimal dengan berorientasi pada murid. Segala yang dibutuhkan dalam belajar murid, guru dapat memenuhinya dengan lebih baik termasuk memenuhi kebutuhan dasar belajar murid. Guru juga harus mampu untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan serta membuat inovasi-inovasi baru demi pembelajaran yang lebih baik.

Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, “anak-anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Oleh karena itu, seyogyanya seorang guru harus mampu untuk memberikan teladan, dorongan dan motivasi, serta menumbuhkan semangat belajar murid agar kelak ia menjadi generasi yang baik.

 

 

Selasa, 27 September 2022

Menyusun Best practice (Tugas PPG Daljab Tahun 2022)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

 

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)  Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

 

Lokasi

SMPN 3 Bungbulang-Garut

Lingkup Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama

Tujuan yang ingin dicapai

Pembelajaran yang variatif dan inovatif dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi komunikasi (TIK)

Penulis

Imas Siti Nurjanah

Tanggal

27 September 2022

 Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

 

 Kondisi yang menjadi latar belakang masalah yang dapat penulis sampaikan serta ingin dicari pemecahan masalahnya yaitu:

  1. Guru jarang menggunakan media pembelajaran, model pembelajaran lebih cenderung monoton 
  2. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi komunikasi dalam pembelajaran

Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa praktik baik ini penting untuk dibagikan, yaitu untuk menunjukan praktik baik yang sudah dilakukan, berbagi pengalaman kepada orang lain, serta memotivasi guru lain untuk berbuat yang terbaik bagi peserta didiknya.

Adapun dalam hal ini penulis sebagai seorang guru yang tentunya memiliki tanggung jawab dalam hal membuat perangkat pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta didik, evaluasi dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perangkat yang telah dibuat.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat?

 

Dalam melaksanakan praktik baik ini, penulis menemukan beberapa hal yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu:

  1. Fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang belum memadai
  2. Peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran yang variatif dan inovatif
  3. Pemahaman guru terhadap pembelajaran inovatif dan penguasaan teknologi dalam pembelajaran yang masih kurang

Dalam pelaksanaan praktik baik ini, ada beberapa orang yang terlibat yaitu saya sendiri sebagai guru yang akan melaksanakan praktik, peserta didik kelas VIII yang menjadi objek praktik baik, kepala sekolah dan rekan guru lain yang telah mendukung kegiatan praktik baik dari awal hingga akhir kegiatan.

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini?

 

Untuk menghadapi tantangan tersebut, ada beberapa langkah yang dilakukan agar pelaksanaan praktik baik ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan yaitu melalui pembimbingan dengan dosen dan guru pamong, koordinasi dan wawancara dengan kepala sekolah, wawancara dengan rekan kerja yang dianggap lebih senior, mengkaji literatur, merumuskan solusi terbaik sampai dengan menentukan waktu pelaksanaan kegiatan praktik baik ini.

Adapun untuk strategi yang digunakan dalam praktik baik ini, penulis menentukan model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan saintifik, menyusun lembar kerja peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, membuat media pembelajaran yang menekankan pada penggunaan teknologi komunikasi, serta penilaian peserta didik yang meliputi penilaian sikap spiritual dan sosial melalui pembelajaran tidak langsung, penilaian pengetahuan melalui kegiatan post test serta penilaian keterampilan melalui hasil karya peserta didik dan unjuk kerja kegiatan diskusi dan presentasi.

Proses pembelajaran yang dilakukan selama pelaksanaan praktik baik, yaitu:

1.     Siklus 1 pembelajaran berbasis proyek

Pada pelaksanaan praktik baik ini dimulai dengan menyiapkan perangkat pembelajaran secara lengkap, menyiapkan alat, bahan dan media pembelajaran yang dibutuhkan, serta melaksanakan pembelajaran di kelas dengan diawali kegiatan pendahuluan yaitu salam pembuka, kegiatan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan teknik penilaian serta pretest. Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti yang meliputi literasi terhadap materi pembelajaran, menetapkan tema proyek yaitu pembuatan video pembelajaran, menetapkan konteks belajar secara berkelompok dengan tema yang berbeda, merencanakan aktivitas-aktivitas proyek dengan proses pembuatan video secara penugasan di luar jam pelajaran, mengunggah video pembelajaran ke media sosial serta mempresentasikan hasil karya tersebut di depan guru dan peserta didik lain. Adapun untuk kegiatan penutup berupa post test, refleksi pembelajaran, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya serta salam penutup. (Lebih lengkap ada di https://youtu.be/Jd9fstA0VzM)

2.     Siklus 2 pembelajaran berbasis masalah

Pada siklus 2 pun persiapan yang dilakukan masih sama dengan siklus 1, yaitu mulai dari menyiapkan perangkat pembelajaran, media, alat dan bahan yang dibutuhkan secara lengkap. Adapun untuk proses pembelajaran, kegiatan pendahuluan dan kegiatan penutup tidak jauh berbeda dengan siklus 1, namun yang berbeda pada siklus 2 ini terletak pada kegiatan inti pembelajaran berbasis masalah dengan tahapannya yaitu orientasi peserta didik pada masalah, kegiatan literasi dari berbagai sumber, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi ke dalam LKPD, mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (Lebih lengkap ada di https://youtu.be/PUV9ty50jw4) 

Yang terlibat dalam kegiatan praktik baik ini yaitu penulis sebagai guru yang melaksanakan praktik baik, peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bungbulang-Garut sebagai objek dari praktik baik, serta kamerawan yang bertugas untuk mendokumentasikan semua kegiatan praktik baik ini. Adapun sumber daya atau materi yang diperlukan dalam melaksanakan praktik baik ini yaitu:

  • Alat pembelajaran berupa smartphone, chromebook, LCD proyektor, leptop, serta beberapa alat penguat jaringan internet (termasuk kuota internet) yaitu wirreless & router, access point, mikrotik (router network), dll. Adapun alat untuk dokumentasi pembelajaran berupa clip on, smartphone, webcam dan handycam.
  • Bahan ajar berupa buku paket untuk siswa, handout, PPT interaktif dan video pembelajaran, serta menyajikannya juga dalam website pribadi yang kemudian diinformasikan kepada seluruh peserta didik
  • Biaya yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu berupa pembelian kuota internet untuk guru dan semua peserta didik yang terlibat
  • Waktu pelaksanaan praktik baik terdiri atas 2 siklus, yaitu siklus 1 yang dilaksanakan pada tanggal 29 dan 31 Agustus 2022 dan siklus 2 dilaksanakan pada 12 september 2022.

 

Refleksi Hasil dan dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?

 

Hasil dari pelaksanaan praktik baik ini memiliki dampak positif yaitu diantaranya perubahan sikap dan tingkah laku yang peduli terhadap teman terlihat dari kegiatan belajar kelompok, keterampilan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang meningkat, kepercayaan diri peserta didik untuk tampil di depan kelas semakin meningkat, kegiatan pembelajaran menjadi lebih variatif dan menyenangkan dengan adanya kolaborasi antara model pembelajaran inovatif dan optimalisasi teknologi komunikasi selama pembelajaran berlangsung serta hasil belajar peserta didik lebih meningkat dari sebelumnya. Hal tersebut menunjukan bahwa kegiatan praktik baik ini sangat efektif untuk diimplementasikan dengan kondisi dan latar belakang sekolah yang sama.

Setelah dilaksanakan praktik baik ini, kepala sekolah memberikan respon yang baik dengan memberikan pesan agar kegiatan pembelajaran seperti demikian bisa dipertahankan dan lebih dikembangkan lagi agar sekolah ini lebih maju. Begitu pula dengan respon dari teman sejawat yang memberikan respon positif juga. Mereka menjadi lebih bersemangat untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya.

Adapun faktor yang mendukung keberhasilan dari strategi yang dilakukan diantaranya perangkat pembelajaran yang lengkap dan disiapkan secara matang, dukungan dari berbagai pihak baik dari atasan, rekan sejawat, dan peserta didik, ketersediaan fasilitas dan sarana untuk pembelajaran, serta pengetahuan dan pemahaman serta motivasi guru untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan.

Faktor hambatan yang penulis alami ketika melaksanakan praktik baik ini adalah lemahnya jaringan internet di lingkungan sekolah, waktu yang dibutuhkan untuk merencanakan praktik baik yang relatif lama dan peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran yang variatif.  Hal ini dapat diantisipasi dengan menggunakan berbagai alat penguat dan penstabil jaringan internet untuk hambatan pertama serta untuk waktu perencanaan dan  peserta didik yang belum terbiasa dengan pembelajaran yang variatif akan dibiasakan sehingga menjadi terbiasa dengan pembelajaran variatif dan inovatif seiring berjalannya waktu.

Pembelajaran yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktik baik ini adalah penulis mendapatkan pemahaman bahwa untuk mengajar dengan baik perlu menganalisis permasalahan yang dialami, menganalisis solusi, membuat perencanaan dengan baik dan matang, serta melaksanakannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

 

 Unduh file PDF, Klik di sini

 

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN