Pengertian intelegensi menunjukkan kepada bagaimana cara individu berperlaku atau, cara bagaiama individu bertindak, apakah individu bertindak secara intelegen atau tidak intelegen. Intelegensi bukan sesuatu benda atau kekuatan yang dimiliki da;am dimensi sedikit atau banyak. Integensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks sebagaimana dimanifestasikan dalam perilaku individu. Aspek-aspek intelegensi dapat meliputi bagaimana individu memperhatikan, mengamati, mengingat, menghayal, memikirkan, serta bentuk-bentuk kegiatan mental yang lain. Salah satu fungsi utama intelegensi adalah dalam belajar. Bagaimana individu belajar dan apa yang dipelajarinya sangat dipengaruhi keadaan intelegensinya. Belajar dalam hal ini bukan hanya belajar yang terbatas dalam situasi di sekolah, tetapi belajar dalam pengertian yang lebih luas. Belajar merujuk pada terjadinya perubahan perilaku baik di sekolah, di rumah, dalam lingkungan sosial, maupun dalam pekerjaan dsb. Intelegensi meliputi kecakapan individu dalam mengenal hubungan, mengingat hubungan, mengevaluasi, menentukan pilihan secara bijaksana, mengaplikasikan pengalaman yang lampau untuk menghadapi situasi sekarang.
Untuk memperoleh pemahaman
yang lebih dalam lagi mengenai pengertian intelegensi, berikut ini akan
dikemukakan beberapa definisi intelegensi.
Leona
E. Tyler
(dalam bukunya The psychology of Human. Differences, Appleton Century Cfofts,
New York 1956) mengemukakan definisi yang diambilnya dari dictionary sbb:
“Intelegence is understanding or reasoning, taking effective actions in
new situation and acquiring and utilizing appropriate information” (hal 74)
“adaptability
to new circumstances, some abstractness and complexity, some facility in the
use of symbols” (p.74)
Woodworth
& Marquis:
“Inteligent behavior consist in seeing a problem clearly and completely,
in making use of past experience to solve the problem and in not accepting a
solutions without checking back to take sure that the problem is really
solved”.
Alfred
Binet yang
dikenal sebagai pioner dalam penyusunan test intelegensi mengartikan
intelegensi sebagai:
“……comprehension, invention, direction, and criticism”.
Selanjutnya William Stern mengatakan bahwa:
“Intelegensi
merupakan kapasitas kecakapan umum pada individu yang secara sadar untuk
menyesuaikan fikirannya pada situasi yang dihadapinya”.
Sedangkan George D. Stodard mengartikan sbb:
“Intelegensi
adalah kecakapan dalam menyatakan perilaku yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (1) mempunyai tingkat kesukaran,
(2) kompleks, (3) bersifat abstrak, (4) ekonomis, (5) memiliki daya adaptasi
dengan tujuan, (6) memiliki nilai-nilai sosial, dan (7) menunjukkan kemurnian
(original).
Edward
L. Thorndike,
membedakan 3 aspek pada intelegnsi yaitu
kedalaman, keluasan, kecepatan.Thorndike membedakan tipe-tipe individu
berdasarkan kecakapannya yaitu yang punya kecakapan abstrak (linguistik), kecakapan
mekanis , kecakapan sosial.
Menurut Spearman,
intelegensi terdiri atas dua faktor yaitu kecakapan umum (general ability) dan
kecakapan khusus (special abilities) yang disebutnya dengan two factor theory.
Kecakapan umum disebut juga general intelegence (factor G) dan kecakapan khusus
disebut juga specific abilities (factor S). Faktor G dan S tidak merupakan faktor
yang terpisah tetapi bekerja sama sebagai suatu unit.
L.L.
Thurstone, mengemukakan teori multi factor yang meliputi 13
faktor. Diantara
faktor-faktor tsb ada 7 faktor dasar (kecakapan dasar atau primary abilities).
Ketujuh faktor tersebut
adalah:
1.
Verbal comprehension (V), kecakapan untuk memahami
pengertian yang diungkapkan dengan kata-kata
2.
Word
fluency (W), kelancaran dan kefasihan menggunakan kata-kata.
3.
Number (N), kecakapan
untuk memecahkan masalah-masalah matematis (penggunaan angka-angka/bilangan)
4.
Space (S), kecakapan tilikan ruang
5.
Memory
(M) kecakapan untuk mengingat
6.
Perceptual
(P) kecakapan mengamati dan kecakapan menafsirkannya. Mengamati persamaan dan perbedaan suatu
obyek.
7.
Reasoning
(R) kecakapan menemukan dan mempergunakan prinsi-prinsip
Lewis M. Terman, mengemukakan, bahwa intelegensi
adalah kecakapan untuk berfikir abstrak.
Pengertian
intelegensi yang dikemukakan oleh David
Weschler adalah bahwa intelegensi
merupakan kecakapan (kapasitas) umum dari individu dalam bertindak, berfikir
rasional dan berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
Carl
Witherington
( dalam bukunya Educational Psychology) mendefinisikan intelegensi sebagai: “…excellence of performance as manifested in
efficient activity” atau bahwa intelegensi adalah kesempurnaan bertindak
sebagaimana dimanifestasikan dalam kegiatan atau aktivitas yang efisien. Suatu
tindakan yang efisien, ditandai dengan adanya kecepatan, berhasil dan memadai.
Selanjutnya menurut Witherington intelegensi yang tinggi dimanifestasikan dalam
kemampuan –kemampuan sebagai berikut:
1.
Facility
in the use of numbers atau fasilitas dalam menggunakan bilangan atau angka
2.
Laguange
efficiency, yaitu efisiensi penggunaan bahasa
3.
Speed
of perception, atau kecepatan pengamatan
4.
Facitlity
in memorizing, atau fasilitas dalam mengingat
5.
Facility
dalam memahami hubungan-hubungan
6.
Imagination
atau menghayal atau mencipta
CIRI-CIRI
PERILAKU YANG INTELEGEN
Intelek seorang manusia merupakan suatu kemampuan
(kapasitas) yang dimilikinya yang memungkinkan
ia dapat berfikir abstrak, menggeneralisasi, membandingkan dan
memecahkan sesuatu masalah. Intelegensi
merupakan suatu kualitas perilaku manusia sebagai hasil pengaruh dari pada
kehidupan inteleknya. Individu dapat berperilaku secara intelegen bila ia telah menemukan cara-cara pemecahan masalah,
dapat mengatur sesuatu dengan efektif atau dapat menyesuaikan dirinya dengan
baik terhadap situasi yang baru.
Beberapa cirri utama perilaku yang
intelegen:
1.
Terarah
pada tujuan (purposeful behavior), perilaku yang intelegen selalu
ditujukan kepada sesuatu tujuan , selalu mempunyai tujuan yang jelas.
2.
Perilaku
yang terkodinasikan (organized behavior), Perilaku yang
intelegen merupakan suatu perilaku yang terkordinir. Semua tenaga dan alat-alat
yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah berada dalam suatu kordinasi, tidak
terpecah belah.
3.
Sikap
jasmaniah yang baik (physical well toned
behavior), perilaku yang intelegen memiliki sikap jasmaniah yang baik,
penuh tenaga, dengan ketangkasan.
4.
Memiliki daya adaptasi yang
baik (adaptable behavior)
, perilaku yang tidak bersifat statis dan kaku tetapi siap untuk mengadakan
perubahan dalam menghadapi situasi baru.
5.
Orientasi pada sukses
(success oriented behavior), Perilaku yang intelegen didasari oleh perasaan aman,
senang, kepercayaan akan sukses.
6.
Mempunyai motif yang kuat
(clearly motivated behavior), perilaku intelegen dilakukan karena dapat memenuhi
kebutuhannya dan bermanfaat bagi masyarakat.
7.
Cepat (rapid behavior), perilaku yang intelegen
dilakukan dengan sedikit menggunakan waktu (cepat)
8.
Luas (broad behavior), perilaku yang intelegen
mempunyai latar belakang yang luas dan meliputi sikap-sikap dasar serta jiwa
yang terbuka
Dalam interaksi dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari kita seringkali memberikan perkiraan tentang intelegensi orang lain
yang sedang kita hadapi. Perkiraan itu, kita ambil dari respon-respon orang
tersebut. Jika orang tersebut tak dapat memahami hal-hal yang sederhana yang
kita bicarakan kita duga orang tersebut tidak cerdas. Bila ia dapat memahami
apa yang sekarang dibicarakan kita duga orang tersebut cukup cerdas. Sudah
tentu perkiraan demikian kurang teliti.
Faedah pengukuran intelegensi
Hasil pengukuran intelegensi selain dibutuhkan dalam
pergaulan sehari-hari, juga diperlukan untuk berbagai jenis kebutuhan, antara
lain untuk:
1.
Staf
sekolah, staf sekolah terutama guru sangat membutuhkan hasil-hasil pengukuran
intelegensi murid-muridnya, terutama berfaedah untuk bahan pembimbingan dalam
pelajaran.
2.
Konselor,
untuk membantu siswa dalam memahami dan mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi dalam proses pembelajaran..
3.
Untuk
keprluan seleksi dan penempatan, Pengukuran intelegensi diperlukan untuk keperluan
seleksi individu-individu yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam dunia pendidikan
untuk menyeleksi calon siswa yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan. Atau
juga untuk menempatkan murid-murid pada tempat yang sesuai dengan tingkat
kecerdasannya. Dalam dunia pekerjaan/jabatan hasil pengukuran intelegensi
berguna untuk memilih pegawai-pegawai yang memiliki kecakapan yang sesuai dengan
kebutuhan dari instansi yang memtuhkannya. Juga untuk
menempatkan pegawai pada posisi yang sesuai dengan kecakapnnya.
4.
Psychiatrist dan ahli psychology, untuk mengadakan
penelitian dan penyembuhan kelainan-kelainan psikis individu.
Beberapa
test intelegensi
Istilah “test mental” untuk pertama
kali telah diperkenalkan oleh James Mc Keen Cattell pada tahun 1890 dalam
sebuah artikel yang berjudul “Mind”. Istilah test mental mengandung pengertian yang sama dengan
test psikologis (psycho-test).
Sedang test intelegensi yang tertua yang sampai sekarang
masih banyak digunakan adalah test
Binet. Test ini telah banyak mendapatkan penyempurnaan (revisi). Test
yang asli disusun oleh Alfred Binet seorang ahli psychology Perancis. Binet
memulai menyusun test intelegensi pada tahun 1905 atas tugas dari Menteri
Pendidikan Perancis pada waktu itu untuk meneliti sebab-sebab kegagalan murid-murid
sekolah. Revisi pertama dari test ini dilakukan oleh Goddard pada tahun 1911,
dan pada tahun 1916 direvisi oleh Terman yang terkenal dengan sebutan
Stanford-Binet Revision. Kemudian direvisi lagi oleh Terman dan Meril tahun 1937
dan terakhir tahun tahun 1960.
Test intelegensi dari Binet
diperuntukkan untuk usia mulai 2 sampai dengan 15 tahun. Untuk tiap tahun disediakan 6
sub test. Tiap sub test diberi nilai 2 bulan (6 sub test 1 tahun). Untuk
mengetahui “Mental-age” (mental age=umur psikis) seseorang dicari dulu “basal
mental age” yaitu pada usia test mana si individu dapat menyelesaikan ke 6 sub
test itu dengan baik. Kemudian baru ditambah dengan usia-usia psychis yang
dapat dikerjakan dengan baik pada sub test untuk usia selanjutnya sampai ia tak
dapat mengerjakan sub-sub test yang lainnya sama sekali.
Contoh: seorang anak yang berumur 8 tahun (umur kalender
= umur kronologis-chronological age=CA) diberi 6 sub test untuk umur 8 tahun
lulus 2 jadi mendapat score 2 x 2 bulan = 4 bulan. Kemudian diberi 6 sub test
untuk 7 tahun, umpanya lulus semua. 7 tahun ini merupakan umur psikis basal.
Kemudian diberi lagi 6 sub test untuk usia 9 tahun ternyata lulus 1 (score = 2
bulan). Jadi umur psikis (mental age) atau MA anak itu adalah 7 tahun 4 bulan +
2 bulan =90 bulan).
Untuk menentukan satuan intelegensi seseorang (IQ) atau
Intelligence Quotient, Binet mengadakan perbandingan antar umur psikis dengan
umur kronologis yaitu:
IQ = MA/CA x 100 dan untuk
contoh di atas IQ= 90/60 x 100 =94. Jadi IQ anak tadi adalah sebesar 94 (
penggunaan angka 100 hanya untuk mendapatkan angka bulat saja).
Test
Weshler (Weshler-Bellevue Intelegence)
Test ini disusun oleh David Weshler pada tahu 1939 yang
meliputi test verbal (verbal scale) dan test perbuatan (performance scale).
Test ini ada yang diperuntukkan bagi anak-anak (WISC= Wichsler Inteligence
Scale for Children) dan ada pula yang diperuntukkan bagi orang dewasa
(WAIS=Weshler Adult Intelegence Scale). Test Wecshler ini berbeda dengan test
Binet dimana pada tes Binet diadakan perbandingan antara umur psikis dengan
umur kronologis ( umur kalender). Sedangkan pada test Wechsler IQ hanya
semata-mata hasil dari mental age. Binet mempunyai keyakinan yang telah
diperbuat oleh percobaan-percobaan bahwa intelegensi mencapai perkembangan yang
tertinggi pada umur 15 tahun. Sehingga IQ individu yang berumur lebih dari 15
tahun tetap dibandingkan dengan umur tersebut.
Test Intelegensi kelompok
Kalau test Binet dan test Weschler adalah merupakan
test-test individual, maka ada pula test-test intelegensi yang bersifat
kelompok. Di antara test kelompok tersebut adalah test Army Alpha dan test Army
Beta. Kedua test tersebut digunakan terutama pada Perang Dunia I, untuk memilih
para opsir diantara para prajurit yang dikenakan wajib militer untuk kebutuhan
perang tersebut. Army Alpha diperuntukkan bagi orang-orang yang bisa membaca
dan menulis dalam bahasa Inggris. Setelah Perang dunia I test-test tersebut
setelah mendapat revisi digunakan dalam bidang-bidang perusahaan dan industri.
Test intelegensi kelompok yang lain umpamanya: Otis self
administering Test of Mental Ability, Army General Classification Test.
Thurstones Primary Mental Abilities dll.
Penyebaran
Intelegensi
Secara teoritis penyebaran
intelegensi (IQ) itu dari 0 sampai 200. Rata-ratanya pada angka 100. Setelah
diadakan penelitian dan pelaksanaan test maka angka nol dan 200 hampir sama
sekali tak pernah diperoleh. Pada
umumnya penyebaran IQ tersebut berkisar di atas 0 s/d dibawah 200. Jumlah
terbesar (presentase) tertinggi terletak di tengah-tengah. Penyebaran IQ
digambarkan dalam sebuah grafik akan membentuk grafik berbentuk bel, atau
grafik curve normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini.
Table penyebaran intelegensi
IQ |
Klasifikasi |
Presentase |
140 ke atas |
Genius |
0,25 |
130 – 139 |
Sangat cerdas |
0,75 |
120 – 129 |
Cerdas |
6 |
110 – 119 |
Diatas normal |
3 |
90 – 109 |
Normal atau
rata-rata |
60 |
80 – 89 |
Di bawah
normal |
13 |
70 – 79 |
Bodoh/dull |
6 |
50 – 69 |
Terbelakang
=moron/debil |
0,75 |
49 ke bawah |
Terbelakang=imbecile/idiot |
0,25 |
Beberapa ciri berhubungan dengan tingkat-tingkat
intelegensi
Individu
yang terbelakang (feeble minded = mentally deficient = mentally defective)
Kurang lebih 1% besarnya dari penduduk pada umumnya.
Individu-individu ini pun masih menunjukkan adanya perbedaan dalam
tingkat-tingkat kecerdasannya. Pada umumnya digolongkan ke dalam tingkat idiot
tang terendah., imbecile yang agak di atas idiot dan moron atau debil yang
tertinggi di antara individu-individu yang terbelakang.
Ciri-ciri umum daripada individu yang terbelakang adalah:
1.
Tak
dapat mengurus dan memenuhi kebutuhannya sendiri
2.
Kelambatan
mental sejak kecil/lahir
3.
Kelambatan
juga dalam kematangan
4.
Pada
dasarnya tak dapat diobati
Idiot
( IQ ; 0- 29)
Idiot meruoakan kelompok individu terbelakang yang paling
rendah. Intelegensinya sangat rendah sekali sehingga ia tak dapat berbicara
atau hanya dapat megucapkan beberapa patah kata saja. Biasanya tak dapat
mengurus dirinya sendiri. Ia tak dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri,
demikian pula makan sendiri. Kepadanya tak dapat diberi tugas-tugas rutin yang ringan
sekalipun.
Harus selalu mendapat pengawasan.
Beberapa idiot belajar berjalan, tetapi kebanyakan tinggal di tempat tidur
seumur hidup. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan anak-anak
normal yang berumur 2 tahun. Seringkali umurnya tidak panjang, sebab selain
intelegensinya rendah juga badannya kurang tahan terhadap penyakit dan tak tahu
akan bahaya.
Idiot tak dapat dididik atau dilatih
dan tak akan ditemui di sekolah baik maupun sekolah luar biasa.
Imbecile (IQ; 30- 49)
Kelompok imbecile yang tingkat
intelegensinya sekitar 30 – 49 adalah setingkat lebih tinggi dari pada idiot.
Ia dapat belajar berbahasa, dapat mengurus kebutuhannya dan juga dapat diberi
tugas ringan sendirinya. Kadang-kadang dapat diberi tugas ringan seperti
mencuci pakaian, membersihkan lantai dll, dengan pengawasan yang teliti.
Imbecil juga dapat diberi latihan-latihan ringan. Tetapi dalam hidupnya selalu
bergantung kepada orang lain, tak dapat berdiri sendiri. Kecerdasannya sama
dengan anak normal yang berumur 3 s/d 7 tahun, imbecile tak dapat dididik dalam
arti sekolah biasa.
Moron
atau debil (mentally handicapped, mentally retarted) IQ ; 50 -69
Individu yang termasuk kelompok yang debil, tingkat
kecerdasannya sekitar 50-70 sampai tingkat tertentu dapat belajar menulis-
membaca dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana. Dengan latihan yang baik
dan belajar yang tekun dapat memperoleh ketrampilan ringan dalam jabatan yang
sederhana. Dapat memelihara binatang atau menjalankan mesin-mesin
tertentu. Dapat diberi pekerjaan rutin tertententu yang tak memerlukan
perencanaan dan pemecahan. Banyak diantara
anak-anak debil terdapat di sekolah atau di lembaga pemdidikan luar biasa. Atau
dapat pula tinggal di rumah dengan pengawasan dari lembaga luar biasa. Dalam
masyarakat yang kurang maju anak-anak debil mungkin dapat bersatu dengan
anak-anak normal di sekolah biasa. Penempatan anak-anak debil di sekolah luar
biasa atau sekolah biasa bukan hanya tergantung pada hasil test intelegensi
tetapi tergantung pada kesediaan orang tua. Ada orang tua yang berkeberatan
apabila anaknya dimasukkan sekolah luar biasa.
Idiot
savant
Idiot savant merupakan kelompok tersendiri dari individu
yang terbelakang. Kecakapan umumnya hampir sama dengan kelompok imbecile tetapi
mempunyai sesuatu kecakapan lain yang yang jauh melebihi kecakapannya.
Umpamanya dalam bidang musik. Meskipun ia tak dapat membaca teori dan not musik tetapi
dapat memainkan alat-alat musik jauh melebihi kecakapan pada umumnya. Ada kalanya
tak terbatas pada satu kecakapan saja tetapi pada umumnya idiot savant
mempunyai keluar-biasaan dalam satu bidang saja.
Bodoh
(dull/borderline) IQ 70-79
Di atas kelompok terbelakang dan di bawah kelomok normal
adalah kelompok yang seringkali mendapat sebutan kelompok bodoh atau dull atau
borderline (batas). Pada umumnya
individu-individu tersebut rendah dalam kecerdasannya tetapi dapat memelihara
dirinya. Dengan susah payah dan beberapa hambatan dia dapat mengerjakan
sejumlah kecil pekerjaan-pekerjaan sekolah lanjutan pertama. Tetapi
sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terahir di SMP.
Normal
rendah (below average) IQ 80 -89
Individu yang mempunyai IQ sekitar 80 -89 termasuk kelompok normal, rata-rata`atau
sedang tetapi pada tingkat terbawah. Mereka agak lambat dalam belajar. Mereka
dapat menyelesaikan sekolah menengah pertama tapi agak sulit untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas di SLA.
Normal
sedang IQ 90-110
Kelomok ini benar-benar kelompok yang normal atau
rata-rata atau sedang. Mereka merupakan kelompok yang terbesar persentasenya di
antara penduduk
Normal
tinggi (above average) IQ 110-119
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal
tetapi berada pada tingkat tertinggi
Cerdas
(suoerior) IQ 120 – 129
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan
sekolah/akademis. Mereka seringkali terdapat dalam kelas biasa, di sekolah
tentu mereka dimasukkan dalam kelas “fast learner” atau “gifted”. Pemimpin
kelas biasanya dari kelompok ini.
Sangat
cerdas (very superior/gifted) IQ 130-139
Sukar untuk dapat menarik batas yang tegas bagi kelompok
ini, dengan kelompok cerdas. Anak-anak yang gifted lebih cakap dalam membaca,
mempunyai pengertian tentang bilangan yang sangat baik perbendaharaan bahasa
yang luas, cepat memahami pengertian abstrak dan mempunyai pengetahuan yang
lebih jauh dari pada kelompok setingkatnya. Pada umumny
kesehatan, kekuatan dan ketangkasannya lebih dari pada orang normal. Dewasa ini anak-anak yang
gifted dan genius mendapat perhatian khusus dari pada pendidik.
Genius
(maha cerdas) IQ 140 keatas
Kelompok ini merupakan kelompok luar biasa yang tinggi. Jumlahnya juga tidak berapa
banyak. Walaupun tidak sekolah pada umumnya mereka mampu memcahkan dan menemukan
sesuatu. Orang genius terdapat dalam semua ras dan bangsa dalam semua tingkat
ekonomi dan terdapat pada jenis laki-laki maupun perempuan.
Dapat dikelompokkan terhadap kelompok
ini misalnya Edison, Stuart Mill, Goethe, Einstein dsb.
BAKAT
Kalau intelegensi merupakan kecakapan
umum (general capacity) maka bakat atau
aptitude merupakan suatu kecakapan khsusus (special ability/special capacity)
yang dimiliki individu. Bakat merupakan kualitas yang dimiliki individu yang
menunjukkan perbedaan tingkatan dengan individu yang lain dalam sesuatu bidang.
Bakat juga merupakan suatu kemampuan untuk memperkembangkan
kecakapan-kecakapan tertentu. Umpamanya ada individu yang berbakat musik, seni,
kesusastraan, matematik, mesin dll. Pengukuran tentang bakat sangat penting
bila seseorang akan memasuki suatu latihan (training) atau pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Pada umumnya bakat dapat dibagi menjadi dua bagian, yatu bakat
sekolah (scholastic aptitude) dan bakat pekerjaan (vocational aptitude).
Bakat
sekolah
Merupakan kenyataan yang telah
diakui umum bahwa tidak semua orang mempunyai tingkat kecakapan atau kemampuan
yang sama untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah baik di sekolah dasar, sekolah menengah
maupun tingkat perguruan tinggi.
Memang benar bahwa intelegensi
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sukses atau tidaknya disekolah,
tetapi intelegensi saja belum cukup. Untuk meramalkan apakah seseorang akan
sukses atau tidak dalam penyeleseian tugas-tugas sekolahnya maka dibutuhkan
test-test. Test-test
telah disusun dan disiapkan untuk berbagai jenis dan tingkat sekolah. Hasil
test tersebut dikorelasikan dengan prestasi belajarnya yang lalu.
Salah satu jenis test yang telah banyak digunakan adalah
test dari American Council On Education Psychological Examination atau disingkat
ACE. Test-test tersebut telah digunakan semenjak 1924 dengan mengalami beberapa
kali revisi. Test itu bertujuan untuk mengukur sukses tidaknya di perguruan
tinggi. Pengalaman dengan penggunaan test tersebut menunjukkan bahwa mereka
mempunyai nilai yang tinggi dalam test tersebut dapat menyeleseikan sekolahnya
dengan baik, tetapi mereka yang mempunyai nilainya rendah ternyata kurang
berhasil. Dewasa ini banyak sekolah-sekolah yang telah menggunakan test-test
bakat ini untuk sekolah-sekolah lanjutan. Banyak sekolah yang menggunakan
test-test tersebut untuk melengkapi program seleksi atau untuk keperluan
bimbingan dan konseling. The Medical College Admission Test telah digunakan
pada hamper seluruh sekolah-sekolah kesehatan di Amerika Serikat. Test ini
ditujukan untuk mengukur kapabel tidaknya calon dalam menyeleseikan
pendidikannya di sekolah kesehatan. Sejak perang Dunia II telah berkembang luas
usaha-usaha untuk mengukur kemampuan-kemampuan individu untuk menyelesaikan
studinya.
Bakat Pekerjaan(Vocational
Aptitude)
Pengetahuan tentang bakat pekerjaan yang dinilai individu
sangat besar sumbanganya bagi para pimpinan
perusahaan-perusahaan/lembaga-lembaga dalam memilih pegawai dan juga sangat
berguna baik individu sendiri yang sedang mencoba memilih pekerjaan yang paling
cocok baginya. Bagi para pimpinan perusahaan atau lembaga yang mebutuhkan
pegawai sesuai dengan yang dibutuhkan pertama-tama harus diadakan analisa
terhadap pekerjaan yang tersedia, untuk masing-masing pekerjaan tersebut jenis
keterampilan manakah yang dibutuhkan. Kemudian diadakan penelitian untuk
mencapai keterampilan tersebut, bakat-bakat pkerjaan yang manakah yang
dibutuhkan. Setelah diadakan analisa pekerjaan demikian, barulah diadakan
hubungan dengan individu-individu yang bersangkutan melalui test-test bakat
pekerjaan.
Bagi mereka yang berminat terhadap masalah evaluasi
pekerjaan sebagai bantuan lebih jauh dalam rangka pemilihan pekerjaan untuk
dipelajari, dibutuhkan jenis test-test lain. Selain test tentang bakat perejaan
yang juga penting dalam memilih pegawai adalah test intelegensi, tes minat, tes
bakat dan kepribadian.
Diantara bebrapa jenis test bakat pekerjaan adalah
Differential Aptitude Test (DAT) . yang berisi 8 jenis bakat yang sangat
diperlukan dalam bimbingan pendidikan dan jabatan (educational and vocational
guidance) di SLP dan SLA.
Kedelapan jenis bakat
tersebut adalah:
1.
Bakat
verbal (verbal reasoning)
2.
Bakat
bilangan (numerical ability)
3.
Berfikir
abstrak (abstract reasoning)
4.
Hubungan
ruang (space relations)
5.
Berfikir
mekanis (mechanic reasoning)
6.
Kecepatan
dan ketelitian (clerical speed &sccuracy)
7.
Penggunaan
bahasa, ejaan dan kalimat (language usage, spelling and sentences)
Bakat
mekanis
Seorang yang mencita-citakan untuk bekerja di bidang
teknik atau seseorang yang akan memasuki sekolah teknik atau fakultas teknik
membutuhkan adanya bakan mekanis ini. Pengamatan ruangan dan pengetahuan dasar
mekanis merupakan faktor yang penting dalam bakat mekanis. Test yang digunakan
untuk mengukur hal tersebut umpamanya The Bennett Test of Mechanical
Comprehension.
Bakat
Musik
Ahli yang merupakan pionir dalam pengukuran bakat music
adalah Seashore. Dengan test Measures of Musical Talent yang ditertibkan tahun
1939. Seashore mengukur 6 aspek dalam pendangan seseorang antara lain: tinggi
suara, keras lemah suara, waktu –timer-ritme-dan tanggapan/ingatan tentang
bunyi.
Bakat
klerik (clearical aptitude)
Seorang yang akan bekerja dalam pekerjaan klerik seperti
juru bayar, pemeriksaan rekening, akuntan dsb. membutuhkann kecepatan dan
ketelitian dalam memeriksa dan memahami angka–angka dan simbol-simbol bahasa.
Mereka membutuh bakat-bakat klerik. The Minnesota Clerical Test adalah satu
contoh test yang digunakan untuk mengukur bakat klerik. Test ini dapat
digunakan kepada siswa sekolah lanjutan atas, kursus-kursus klerik atau para
pegawai di bidang klerik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar