Suatu sistem pendidikan dapat
dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan
menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses
belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan
hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan
program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara
berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan
dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus berkembang
Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat
(tingkat keunggulan suatu produk (hasil
kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa ; baik yang tangible maupun yang intangible.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan
dan hasil pendidikan. Dalam ‘’ proses pendidikan “yang bermutu terlibat
berbagai input, seperti ; bahan ajar (kognitif, efektif, atau psikomotorik),
metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah serta dukungan
administrasi dan sarana dan prasarana dan sumber daya lainnya yang kondusif.
Menurut
Hari Sudradjat (2005 : 17) pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi
akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal
dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan
kecakapan hidup (life skill), lebih lanjut Sudradjat megemukakan pendidikan
bermutu adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi
yang integral (integrated personality)
yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.
Agar
mutu pendidikan yang baik dapat tercapai, maka mutu tersebut harus didukung
oleh sekolah yang bermutu. Menurut Margono, (2002). Sekolah yang bermutu adalah “sekolah yang
secara keseluruhan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan (masyarakat)”
Pendapat ini cukup beralasan, karena terlalu banyak pengelolaan sekolah, yang
mengabaikan kepuasan dan kebutuhan pelanggan, sehingga hasilnya pun akhirnya
tidak mampu untuk berkompetisi guna meraih peluang dalam berbagai bidang,
khususnya dalam menghadapi kondisi global dimana sekolah diharapkan dapat
berperan lebih efektif dalam mengembangkan fungsinya.
Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan
dukungan kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen sekolah yang efektif untuk
mendukung kegiatan utama sekolah, yaitu proses belajar mengajar di kelas. Kepala sekolah yang efektif ialah kepala
sekolah yang menjalankan kepemimpinan secara efektif. Oleh karena itu efektivitas kepemimpinan kepala
sekolah adalah membuka diri untuk adanya pengaruh guru dan pegawai terhadap
persoalan penting sehingga produktivitas dan mutu kinerja sekolah akan
bertambah baik jika semua unsur personil bekerja di bawah payung seorang
pemimpin yang memenuhi harapan mereka.
Adapun
yang dimaksud dengan sekolah efektif atau sekolah unggul (excellent school) adalah sekolah dalam lapangan manajemen sekolah,
dengan karakteristik menurut Sallis (1979) yakni:
(1) guru memiliki kepemimpinan yang kuat dan kepala
sekolah memberikan perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran, (2)
guru memiliki kondisi pengharapan yang tinggi untuk mendukung pencapaian
prestasi murid, (3 ) atmosfer sekolah tidak kaku, sejuk tanpa tekanan, kondusif
dalam seluruh proses pengajaran, berlangsung dalam suatu keadaan/iklim yang
nyaman, (4) sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan
mengusahakan efektif sekolah dengan energi dan sumber daya untuk mencapai
tujuan pengajaran secara maksimal, (5) sekolah efektif dalam menjamin kemajuan
murid yang dimonitor secara periodik.
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Peters dan Austin (dalam Sallis, 2006: 169)
dinyatakan bahwa yang menentukan mutu dalam sebuah institusi adalah
kepemimpinan. Menurutnya gaya kepemimpinan MBWA atau management by walking
about (manajemen dengan melaksanakan) dapat mengantarkan institusi pada
revolusi mutu. Keinginan untuk unggul tidak dapat dilakukan dari balik meja,
melainkan pada pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan
mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya kepemimpinan ini
mementingkan pada komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada pihak-pihak
lain, serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar