Kamis, 19 Mei 2022

MENENTUKAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN

Penentuan kebutuhan pendidikan (need assessment) diawali oleh upaya mencermati seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti murid, guru, bangunan, proses pembelajaran, perpustakaan, keuangan, menajemen, dst.nya. Hasilnya berupa daftar kebutuhan terkait dengan pelaksanaan pendidikan, skope dan bidang perencanaan pendidikan, perluasan isu pemecahan masalah, efektivitas analisis masalah, dan kesadaran umum tentang bentuk penyelesaian masalah.

Seperangkat prosedur dapat ditetapkan, antara lain sebagai berikut. (1) melaksanakan penelitian, (2) menggunakan fakta empirik sebagai dasar menentukan kebijakan, tujuan, program dan prosedur; (3) menetapkan standar tiap item butir dua; (4) menggunakan standar; (5) menetapkan kondisi untuk penerapan, atau revisi, atau menetapkan penyimpangan dan standar; (6) Mengatur distribusi fungsi untuk meminimalisasi penyimpangan dan perbedaan, (7) menyederhanakan proses tahap-tahap penentuan kebutuhan; (8) menetralisasi perhitungan dan mempelajari masalah yang ditemukan; (9) memelihara hubungan teori dan praktek sebagaimana diungkapkan “Theory and practice are not separate, there is the constant interchange, a feedback system” (Banghart and Trull:93).

Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa berpikir tentang masa depan dipengaruhi kekuatan luar dalam bentuk sejarah dan budaya yang secara dinamik ada dan terus berkembang pada para perencana, dan menjadi modal utama munculnya visi. Dan latar sejarah dan budaya tersebut, kemudian visi tersebut secara sinergi berkembang spiral antara enam komponen (value-policy-planning-technique-means-end) yang terlibat di dalamnya.

Tiga partner pendidikan harus selalu dicermati bagi suksesnya pendidikan, yakni (a) pelajar, (b) orangtua dan anggota masyarakat; dan (c) para guru atau para pelaksana proses pendidikan.

Hubungan ketiga unsur penting tersebut saling terkait antar satu dengan yang lainnya, saling terikat mempengaruhi secara searah, yakni masyarakat mempengaruhi kebutuhan pelajar, kemudian pelajar mempengaruhi kebutuhan guru, dan guru mempengaruhi kebutuhan masyarakat. Namun pada saat yang sama pelajar terikat pada keadaan masyarakat, masyarakatpun terikat pada keadaan guru, dan gurupun terikat pada keadaan pelajar.

Beberapa hal yang harus menjadi bagian analisis dari ketiga unsur tersebut adalah:

(1) menggambarkan realitas tiap unsur;

(2) menggambarkan trend tiap unsur sesuai persepsi mereka;

(3) menggambarkan persepsi tiap unsur terhadap yang lainnya baik masa kini maupun masa yang akan datang; menggambarkan keterkaitan dan ketidak terkaitan antar unsur dalam persepsi masa kini dan persepsi masa yang akan datang.

 

1. Model Penentuan Kebutuhan

Sedikitnya ada tiga jenis kebutuhan prosedur penentuan kebutuhan yang ditemukan oleh Kaufman dan Hars, 1969  Yaitu

1.      model inductive (jenis 1)

2.      model deductive (jenis D)

3.      model klasikal    (jenis C)

 

Model Induktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut:

(1) mengidentifikasi perilaku saat kini;

(2) mengkompilasi dan mengklasifiksi perilaku path program dan bentukan perilaku;

(3) Bandingkan dengan tujuan umum;

(4) mengga bungkan kesenjangan;

(5) menyusun tujuan secara ditil;

(6) mengembangkn program pendidikan;

(7) mengimplemen tasikan program pendidikan ;

(8) mengevaluasi hasil pendidik an; dan

(9) revisi.

Model inductive adalah berasal dari  tujuan, harapan dan hasil pendidikan  yang diharapkan oleh anggota masyarakat.program ini didasarkan pada data yang dimulai dari bagaimana prilaku siswa saat ini dan pendekatan ini disampaikan oleh Shuck 1968 tehnik adalah dengan dilihat dari karyawan  yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat yang dapat menentukan

1.      apakah sekolah itu sudah melaksanakan pembelajara dengan baik dan memuaskan

2.      apakah sekolah tidak melaksanakan pekerjaaanya dengan baik?

Ini menandakan  program yang ada disekolah dan prilaku siswa dapat berubah kearah yang lebih baik. Tentunya tiap distrik mempunyai target yang berbeda dalam pendidikan.

 

Model Deduktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dan menyeleksi tujuan pendidikan,

(2) mengem bangkan ukuran-ukuran kriteria,

(3) menyusun syarat perubahan,

(4) mengumpulkan data dan mengukur kesenjangan,

(5) menyusun tujuan secara ditil,

(6)mengembangkan program pendidikan,

(7)mengimple mentasikan program penddikan,

(8) mengevaluasi hasil didik an,

(9) revisi.

Model deduktive dimulai dari melihat tujuan yang ada dan hasil yang diharapkan juga melihat materi programnya, ketika anda menggunakan model ini dimulai dengan mengidentifikasi dan memilih  tujaun yang ada dalam pendidikan dimulai dari edukator mensurvei rangkuman tujuan yang ada dan memilih satu kemudian dari 10 proposal tujuan pendidikan, kriteria dan standarnya dikembangkan untuk mendapatkan kriteria yang diharapkan dilihat berhasil apabila yang ditargetkan tercapai.

Model Klasik secara beruntun dimulai dari kegiatan sebagai berikut:

(1) Tujuan umum;

(2) mengembangkan program;

(3) mengim plementasi program pendidikan;

(4) mengevaluasi.

Perbedaan diantara 3 jenis itu yaitu dalam menentukan awal dari tujuan dan sasaran dalam pendidikan.

 

2. Analisis Bentuk Kegiatan

Secara komprehensif hal-hal yang terkait dengan setiap langkah kegiatan, hendaklah dirinci dalam bentuk sebagai berikut:

Pertama, dideskripsikan secara persisi dengan melihat realitas kehidupan masyarakat dari berbagai aspek kehidupannya seperti keagamaan masyarakat, sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik (Kaufman, C.III)

Kedua, menguraikan bidang masalah perencanaan melalui analisis tujuan pendidikan. Termasuk pada kegiatan ini mempelajari bidang dan bagian-bagianya, mengumpulkan, tabulasi dan meramal data, yang kesemuanya mengarah kepada penyeleksian jenis dan bentuk prioritas kegiatan.

Uraian masalah pendidikan yang terkait dengan tujuan pendidikan, meliputi hal-hal sebagai berikut.

(a) subsistem komponen aktivitas pendidikan,

(b) subsistem komunikasi pendidikan seperti gerakan, informasi dan energi,

(c) subsistem fasilitas, dan

(d) subsistem operasional.

Ketiga, mengkonsep dan merekayasa perencanaan. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah mengidentifikasi berbagai kecenderungan arah masa depan dengan membuat ciri-cini rinci dari tiap kebutuhan yang tersaring, menetapkan tujuan dan sasaran, serta mendisain perencanaan;

Keempat, mereacanakan penilaian melalui perencanaan simulasi, merencanakan evaluasi, serta menyeleksi perencanaan. Dalam kaitan ini dilakukan identifikasi jenis dan jumlah persyaratan bagi pencapaian kebutuhan, disamping membuat spesifikasi pemecahan masalah yang mungkin timbul;

Kelima, mengidentifikasi tahapan-tahapan hasil kegiatan serta menentukan cara pengawasannya. Diperlukan ukuran yang jelas dan tegas mengenai hasil setiap kegiatan, sebab pada kegiatan yang berkelanjutan, setiap kegiatan pada dasarnya merupakan prasyarat bagi kegiatan selanjutnya.

Keenam, mengidentifikasi strategi alternatif yang mungkin serta menyempurnakan tiap persyaratan untuk memenuhi tiap kebutuhan. Termasuk menginventanisasi kemungkinan keuntungan atau kerugian dan tiap tindakan yang direncanakan.

 

Kebutuhan pendidikan ada tiga analisa atau tiga karakter:

1.      data harus mewakili keadaan siswa yang berhubungan dengan orang-orang yang ada dan keberadaannya di masa depan.

2.      jangan pernah merasa cukup atau lengkap, kita harus secara terus menerus menganalisa kebutuhan kita.

3.      hasil dari pendidikan harus di bedakan, antara prodak dan perilaku bukan pada prosesnya.

  Kita harus membedakan analisa tentang mitra dalam pendidikan yang berfungsi untuk mencapai keberhasilan pendidikan, mitra itu yaitu:

1.      siswa

2.      orangtua, dan anggota masyarakat,

3.      edukator (yang mengimplementasikan proses pendidikan)

Menurut Harris poll beberapa variabel  yang harus di layani dalam masyarakat oleh edukator:

1. Modelnya harus mengambil dari pembelajaran preschool, yaitu mengimplementasikan secara alami dengan kerja sama antara orang tua dan sekolah.

2. Sekolah,  menanamkan disiplin lebih baik dibandingkan kemampuan siswa.

Sistem perencanann pendidikan, di mulai dari menananmkan nilai yang akan membawa keberhasilan individu. Analisis mulai menenanamkan nilai termasuk hal-hal di bawah ini:

  1. menanamkan nilai-nilai yang ada pada saat ini terhadap partner.
  2. menentukan nilai-nilai yang di harapkan oleh partner mereka sendiri
  3. menentukan persepsi dari masing-masing partner yang berfokus pada nilai partner itu sendiri untuk sekarang dan yang akan datang.
  4. menentukan mana yantg cocok dan tidak cocok dari perbedaan –perbedaan yang ada untuk sekarang dan yang akan datang dan persepsi nilai sebagai analisis.

 

Cerminan siswa dapat di lihat dari mana mereka berasal ciri-cirinya adalah:

1.      sekolah itu tidak maksimal dalam pekerjaannya

2.      sekolah itu maksimal dalam pekerjaannya.

.

 

.

.

 

Model sweigert yang berjudul tahap pertama dalam pemecahan masalah pendidikan dan bermanfaat bagi siswa adalah sebagai berikut

1.      berfokus pada kebutuhan siswa

2.      menentukan target dari kelompok siswa

3.      kriteria kemajuan evaluasi harus sesuai dengan kebutuhan

4.      dibutuhkan masukan-masukan

5.      tingkatan siswa

6.      pendanaan yang cukup

 Sweigert juga menyarankan untuk bermitra dengan

1.      pelayanan pendidikan diberikan kepada siswa

2.      sekolah yang bagus banyak muridnya

3.      siswa sebagai  pemakai jasa sekolah.

 

Ada 8 kategori sebagai  sebagai pribadi yang baik dalam masyarakat Yaitu

1.      sayang,

2.      hormat,

3.      mampunayi keahlian,

4.      memehami,

5.      berpengaruh,

6.      baik dan melayani,

7.      bekerja maksimal, dan

8.      tanggung jawab.

 

Model CIPP (kontex,  input, proses, produk) yaitu

1.      kontek evaluasi yaitu sistem analisis dari demographi, budaya, sejarah, dan sosial ekonomi yang berhubungan dengan masalah juga termasuk analisis lingkungan paparan dimana terjadinya perubahan.

2.      analisis input yaitu mempelajari tentang fasilitas, personal, pelayanan,  dan apapun yang digunakan dalam program.

3.      proses evaluasi , prosedur staff, cakupannya apa saja, keadaan,  dan peran-peran komponen dalam program

4.      evaluasi produk hasil yang diinginkan dan apakah sesuai dengan hasil yang diharapkan.

 CIPP  model menekankan pada penentuan kontek dan input program sebelum dimulai, termasuk elemen-elemen yang  digunakan pada program.

Ada beberapa tahap yang dibutuhkan dalam penilaian

1.      membuat perencanaan

2.      mengidentifikasi masalah yang ada pada sekolah

3.      menekankan pada perencanaan apakah untuk sekolah distrik, satu sekolah, kelas atau siswa

4.      alat dan prosedur yang digunakan dalam penilaian  harus yang terbaik, adanya kerjasama dengan siswa, anggota masyarakat, orang tua dan edukator.

5.      menggambarkan kondisi yang ada sekarang dan berfokus pada siswa,pisik siswa, jiwa siswa, dan pengembangan karakter dan juga elelmem yan berubah termasuk masyarakat dan edukator,  dan kondisi yang ada prestasi dapat terukur.

6.      menentukan kondisi yang diharapkan  kembali lagi berfokus kepada siswa dan dapat terukur

7.      kerjasama yang diharapkan antara siswa, sekolah, dan orang yang bergerak dalam pendidikan

8.      memilih yang diprioritaskan dan menentukan mana yang akan dikerjakan.

9.      Meyakinkan bahwa proses prosedur harus terus berlanjut dan rancangan kerja pendidikan harus terkini menandakan dunia nyata siswa dan patner pendidikan.

 

B. TUJUAN PENDIDIKAN

Mendidik adalah kegiatan memberi pengajaran, membuat seorang memahami, dan dengan pemahaman yang dimiliki peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dengan menerapkan apa yang dipelajari.

Proses itu dapat berlangsung seumur hidup dan pencapaian tujuan pendidikan tidak akan berhenti saat kehidupan seseorang berakhir. Dalam kurikulum terbaru yang dirilis pemerintah saat ini, (KTSP -Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sekolah menjadi penyelenggara pendidikan yang berhak menentukan sendiri indikator bagi setiap kompetensi dasar dari semua mata pelajaran.

Tujuan pendidikan sejati tidaklah hanya mengisi ruang-ruang imajinasi dan intelektual anak, mengasah kepekaan sosialnya, ataupun memperkenalkan mereka pada aspek kecerdasan emosi, tapi lebih kepada mempersiapkan mereka untuk mengenal Tuhan dan sesama untuk pencapaian yang lebih besar bagi kekekalan.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, di dalam rentangan antara tujuan umum dan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus.

Umumnya ada 4 jenjang tujuan di dalamnya terdapat tujuan antara , yaitu tujuan umum, tujuan instruksional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.

1.      Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila.

2.      Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya.

3.      Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.Tujuan instruksional , tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok bahasan.

 

Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat pada:

  1. UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
  2. Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu  Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
  3. TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945, Bab II (Pasal 2, 3, dan 4)

 

1. Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidilan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, diperlukan perjuangan seluruh lapisan masyarakat.

 

Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat.

Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah merupakan bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan.

 

Visi Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

 

Misi Pendidikan Nasional

Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:

1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan

5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI

 

3.Tujuan Dalam Perencanaan Pendidikan.

 Beberapa Tipikal Tujuan

1.      Tujuan merupakan optimalisasi dalam bentuk

2.      Tujuan itu memuaska

3.      Tujuan itu bentuknya incremental

4.      Tujuan itu  bentuknya  bisa positip atau negatif

 

Tahapan Dalam Proses Penentuan Tujuan

1.      Mendefinisikan batasan kemungkinan atau contingrncy yang membentuk batas-batas perencanaan dan porsi keputusan yang dipengaruhi oleh putusan perencanaan.

2.      Dari batasan tersebut, perencana lalu mengurangi berbagai alternatif dengan menghilangkan yang tidak bermanfaat.

3.      Dengan membandingkan segi manfaat (merit) dari alternatif tersebut.

4.      Perencana mengevaluasi manfaat tujuan itu dengan membandingkan faktor-faktor lingkungan dengan tujuan dan sasarannya.

5.      Bila putusan akhir telah dibuat dan tujuan serta sasaran telah ditetapkan, maka dibuatlah pernyataan kebijakan atau statement of polycy yang berfungsi sebagai pedoman.

Beberapa Saran dari Tujuan Umum dalam Perencanaan Pendidikan

1.      Pendidikan hendaknya membantu memecahkan masalah sosial, fiik dan keuangan.

2.      Pendidikan hendaknya menumbuh kembangkan individualitas dengan memberikan kapasitas tertentu bagi individu untuk membuat keputusan sendiri.

3.      Pendidikan hendaknya menyrdiakan arena yang luas mengenai pemahaman dan menghargai orang dari berbagai lapisan.

4.      Pendidikan hendaknya melibatkan individu daam semua aspek kehidupan.

5.      Pendidikan hendaknya mempersiapkan individu untuk dunia kerja.

 

 

.

 

C. PERENCANAAN PENDIDIKAN

Ada beberapa pengertian atau definisi dari perencanaan yaitu:

  Seperangkat tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan, khususnya masalah sosial dan ekonomi pada satu periode rencana, yang berorientasi pada horison waktu ‘yang akan datang’, pada jenis dan tingkatan perencanaan tertentu, di masa yang akan datang (Alden, 1974: 1-2),

  Cara berpikir tentang masalah-masalah sosial dan ekonomi, yang berorientasi pada waktu yang akan datang, terkonsentrasi pada suatu tujuan dan keputusan bersama, serta berusaha untuk mewujudkan program dan keputusan bersama (Friedmann,1964) • Sebuah proses untuk menentukan tindakan-tindakan bagi masa depan yang diinginkan melalui serangkaian pilihan-pilihan yang logis (Davidoff,1962 in Faludi, 1983: 11)

  Sebuah proses untuk mengarahkan aktivitas manusia dan kekuatan alam dengan mengacu pada kondisi masa depan yang diinginkan (Branch, 1998: 2)

  Suatu lingkaran proses yang berulang dari serangkaian tahapan-tahapan yang logis (Meise and Volwahsen, 1980: 3-5)

 

Dari sekian banyak definisi atau pengertian tentang perencanaan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

  Perancanaan adalah seperangkat prosedur untuk memecahkan permasalahan fisik, sosial, dan ekonomi, yang harus meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut:– Seperangkat tindakan – Upaya untuk memecahkan masalah – Memiliki dimensi waktu dan berorientasi ke masa yang akan datang – Suatu proses berputar dengan adanya umpan balik – Melibatkan beberapa alternatif untuk mencari pemecahan Dari definisi atau pengertian tentang perencanaan tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa perencanaan tersebut disusun agar dapat menuju kearah yang lebih baik, walaupun demikian tidak semua perencanaan tersebut berjalan sesuai rencana, terkadang sesuatu yang telah kita perhitungkan dengan matang, tapi pada kenyataanya kadang kala terdapat masalah yang diluar perkiraan kita, oleh karena itulah perencanaan tersebut akan terus dievaluasi dalam kurun waktu tertentu agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.

Perencanaan sendiri bertujuan untuk menjadi jembatan antara teori dengan praktek, dan digunakan untuk mengontrol masa depan melalui apa-apa yang dilakukan pada masa ini. Melalui perencanaan tersebut, seorang administrator juga dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, dan membuat periodisasi aksi dalam meraih tujuan organisasi. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Henri Fayol, Luther Gulick, dan Edward Banfield, maka perencanaan dapat didefinisikan sebagai (hal 5) sebuah proses dalam memilih dan menghubungkan antara teori dengan asumsi yang terkait dengan masa depan, dan bertujuan untuk melakukan visualisasi dan formulasi tentang keluaran yang ingin dicapai; perencanaan merupakan sebuah proses yang periodik dan dilakukan untuk mencapai hasil tertentu serta untuk membatasi perilaku-perilaku yang dapat dilakukan dalam proses pencapaian hasil tersebut.

Perencanaan, menurut WG Cunningham, dikaitkan dengan pengukuran hasil kinerja sebuah organisasi, yaitu sejauh mana hasil kinerja organisasi tersebut dapat memenuhi keinginan publik. Tentunya proses perencanaan akan sangat menentukan hasil akhirnya, sehingga kemampuan seorang administrator dalam memodifikasi perencanaan karena terjadinya hal-hal yang tidak terduga, sangatlah penting. Tetapi, bagaimanapun  juga, perencanaan yang kurang tepat masih lebih baik daripada tidak ada perencanaan sama sekali, karena rencana yang kurang tepat tersebut masih dapat diperbaiki tentunya.

 

Ada dua model perencanaan yaitu

1.      perencanaan reaktif 

Perencanaan reaktif, sesuai dengan definisinya secara linguistik, terjadi bila ditemui masalah dalam selama perjalanan organisasi.

2.      perencanaan proaktif.

Perencanaan proaktif adalah perencanaan yang dilakukan untuk mengantisipasi masalah. Kedua-duanya menuai kritik sehingga akan jauh lebih baik bila dalam penerapannya dapat dilakukan sinergi.

Meskipun secara teori, tentunya perencanaan proaktif (walaupun menuntut inovasi dan kreatifitas yang tinggi) jauh lebih baik daripada perencanaan reaktif yang sifatnya hanya reaksioner.

 Andreas Faludi menambahkan pernyataan bahwa perencanaan yang fungsinya sangat penting bagi pertumbuhan seorang individu, yaitu dalam menyediakan sebuah kesempatan untuk pengembangan dan pengaturan individu. Secara umum, dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana bahwa perencanaan memiliki banyak sekali manfaat bagi seorang administrator sehingga lebih baik dilakukan jika tidak ingin kehilangan banyak kesempatan.

 

1. Proses  Perencanaan

Perencanaan sendiri bukanlah merupakan sebuah proses yang terjadi secara otomatis. Dan telah cukup banyak model dikembangkan untuk mendapatkan sebuah perencanaan yang efektif. Ada beberapa paradigma yang harus dibangun terkait dengan proses perencanaan, salah satunya adalah seperti yang ditawarkan oleh Robinson (hal berikut ini: adanya tujuan yang jelas, ada formulasi alternatif-alternatif, ada prediksi mengenai hasil akhir, ada evaluasi dan seleksi terhadap pilihan-pilihan alternatif, dan yang terakhir tentunya: ada implementasi dari keseluruhan proses perencanaan tersebut. Larson (juga menambahkan bahwa antara teori dan praktek harus sesuai karena terkadang banyak administrator yang menjadi ‘pemimpi’ sebab dituntut untuk menyelesaikan sebuah perencanaan jangka panjang di atas kertas tetapi sangat jauh dari implementasi. Alasan yang sering digunakan biasanya seragam, semisal: ‘masih dalam proses implementasi’ atau ‘sumber daya manusia untuk mengimplementasikan rencana tersebut masih sangat terbatas’. Administrator-administrator ‘nakal’ tersebut yang sering membuat perencanaan menjadi proses yang tidak efektif. Sehingga, bagaimanapun bentuknya, perencanaan harus berorientasi aksi agar dapat direalisasikan dalam bentuk yang nyata.

Bushnell mengungkapkan bahwa untuk mencapai keberhasilan, inovasi tidak hanya harus dilakukan pada ‘apa yang harus diubah’ namun juga pada ‘bagaimana sebuah perubahan tersebut dilakukan’. Selain itu, ia juga menyebut-nyebut bahwa perencanaan yang berorientasi aksi sebagai sebuah pendekatan ‘baru’ yang dapat membangun proses perencanaan kedalam seluruh sistem manajemen.

Teori Model perencanaan menurut Russell Ackoff,  berdasarkan pada 4 tahapan perencanaan sebagaimana berikut: akhir perencanaan yang merupakan proses penentuan hasil (1), alat perencanaan yang merupakan metode aksi (2), sumber daya perencanaan yang merupakan proses pemerolehan sumber daya yang diperlukan seperti bahan mentah, dana, dst (3), dan perencanaan organisasi atau proses pembentukan dan penyesuaian hubungan antar individu dan kelompok (4). Ackoff juga mengklasifikasikan hasil perencanaan sebagai konsentrasi strategis, sementara konsentrasi operasional atau taktis terdiri dari: alat, sumber daya, dan perencanaan organisasi.

Perencanaan strategis diartikan sebagai suatu proses penentuan tujuan organisasi baik dalam perubahannya maupun sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kebijakan organisasi sendiri berfungsi sebagai motor dalam meraih hasil, pendayagunaan, dan disposisi sumber penghasilan. Tujuan-tujuan strategis dianggap mengacu pada keberlangsungan sebuah organisasi, sumber masa depan yang potensial, fleksibel dan bisa beradaptasi dengan setiap perubahan zaman. Tujuan strategis dinilai sebagai tujuan masa depan yang berorientasi pada klien dan kebutuhan eksternal. Perencanaan strategis menentukan karakter dan tujuan organisasi berdasarkan sistem dan nilai.

Perencanaan operasional merupakan proses administrasi yang memastikan bahwa sumber-sumber yang diperoleh berjalan efektif dan effisien untuk menyempurnakan tujuan strategis. Perencanaan operasional harus dipusatkan pada sumber daya yang ada, masalah-masalah operasional dan stabilitas organisasi. Perencanaan operasional lebih mengacu pada tujuan yang bisa diukur dan bisa dipertanggung jawabkan. Tujuan operasional pada umumnya berhubungan dengan program, proyek, orientasi staf dan karyawan yang ditujukan pada kebutuhan kegiatan internal dan hasil akhir. Perencanaan operasional didesain untuk memperoleh hasil akhir yang diinginkan dengan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang ada secara terorganisir dan tersosialisasikan dengan baik dan tidak menyimpang dari ranah kebijakan organisasi.

 

2. Sistem Komunikasi Perencanaan Pendidikan

Dalam perencanaan pendidikan memerlukan beberapa konsep mengenai perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan organisasi pendidikan akan perencanaan akibat perubahan lingkungan, ciri-ciri sistem yang akan dipakai dalam perencanaan, dan beberapa teori perencanaan.

Hudson menunjukkan 5 proses perencanaan yaitu radical, advocacy, transactive, synoptic, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy.

Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa yang berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan, seperti perencana di tingkat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah. Perencanaan partisipatori banyak melibatkan orang-orang daerah yang memiliki kepentingan atas obyek yang direncanakan.

karena itu perencanaan partisipatori, memerlukan informasi dari masyarakat dalam arti perlu pendekatan pada masyarakat untuk melaksanakan perencanaan pendidikan pada satu tempat (daerah). Dalam arti hubungan lembaga pendidikan dengan komunikasinya merupakan dasar untuk memudahkan pelaksanaan perencanaan pendidikan partispatori seperti kebiasaan lembaga pendidikan dan masyarakat bekerja sama membangun pendidikan. Komunikasi antara lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan realisasi teori common sense dalam komunikasi, bukan teori kompetisi atau teori kontrol.

 

3. Misi, Tujuan, dan Program Perencanaan

Setiap perencanaan pada umumnya memiliki satu tujuan perencanaan yang mencakup langkah keseluruhan perencanaan, mulai perencanaan strategi sampai keperencanaan operasional. Dengan demikian proses perencanaan melalui tahap-tahap seperti:

1. Menentukan kebutuhan dasar antisipasi terhadap perubahan lingkungan atau masalah yang muncul

2. Melakukan forecasting, menentukan program, tujuan, misi perencanaan.

3. Menspesifikasi tujuan.

4. Menentukan standar performan.

5. Menentukan alat/metode/alternatif pemecahan

6. Melakukan implementasi dan menilai

7. Mengadakan reviu.

Karena itu perencanaan pendidikan memerlukan akuntabilitas dan kontrol agar sesuai dengan lapangan kerja dalam perencanaan pendidikan, sehubungan dengan usaha menciptakan iklim organisasi pendidikan yang hangat. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dengan masyarakat. Sebab kegiatan perencanaan pendidikan pada umumnya tidak pernah bisa dilepaskan dari masyarakat, terutama pada masyarakat yang ada di sekitarnya.

Itu sebabnya mengapa perlu komunikasi dengan masyarakat, semua itu ada hubungannya di mana saling memberi, saling mendukung, dan saling menguntungkan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Karena masyarakat turut bertanggungjawab terhadap kemajuan dan kelancaran proses pendidikan dalam lembaga pendidikan. Karena masyarakat sudah menjadi bagian kegiatan yang penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan. Sehingga masalah yang muncul baik dari lembaga sendiri maupun di masyarakat dapat diselesaikan dengan mudah dan lebih tuntas.

Khusus para perencana pendidikan lebih-lebih perencanaan yang bersifat partisipatori yang perencanaan dilakukan bersama di antara pecinta pendidikan yaitu lembaga pendidikan dan warga masyarakat. Mereka yang dapat mempengaruhi pendidikan dan dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang di sebut stakeholder.

Adapun alasan-alasan perlunya suatu perencanaan pendidikan itu dilakukan menurut Tjokroamidjojo (1995) didasarkan pada tiga hal yaitu pada:

1. Penggunaan sumber-sumber penggunaan secara efisien dan efektif

2. Keperluan mendobrak kearah perubahan ekonomi dan dan sosial masyarakat

3. Yang terpenting adalah arah perkembangan untuk kepentingan keadilan sosial

Perencanaan pendidikan menurut Combs (1982) dalam Saud et all (2005), “Perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisa sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.

Perencanaan pendidikan menurut Saud et all (2005), “Perencanaan pendidikan adalah suatu kegiatan melihat masa depan dalam hal menentukan kebijkanan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk mengembangkan system pendidikan Negara dan peserta didik yang dilayani”.

Dari definisi diatas, ada beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan :

1. Penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan

2. Proses pembangunan dan pengembangan pendidikan

3. Prinsip efektif dan efisiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan pemikiran ekonomis sangat menonjol.

4. Kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat, artinya perencanaan pendidikan mencakup aspek internal dan eksternal dari keorganisasian sistem pendidikan itu sendiri.

Perencanaan pendidikan sudah pasti harus memperhatikan faktor lingkungan, situasi perekonomian dan faktor kebutuhan sosial politik, karena pendidikan pembentukan watak manusia.

Oleh karena itu perencanaan pendidikan yang dilakukan harus menyeluruh dan terpadu serta disusun secara logis dan rasional mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Selain itu perencanaan pendidikan juga harus menggunakan sumber data yang tepat.

Data dasar (base line data) untuk perencana pendidikan mempunyai fungsi yang amat penting, sebab tanpa data perencanaan tidak mungkin dapat menegembangkan perencanaan pendidikan dengan baik. Data dasar ini mencakup berbagai aspek di dalam dan di luar yang mempunyai hubungan erat dengan pendidikan. Menurut Saud et all (2005) data dasar yang diperlukan dapat dikelompokkan :

1. Kependudukan

2. Data ekonomi

3. Kebijakan nasional

4. Data kependidikan

5. Data ketenagakerjaan

6. Nilai dan sosial budaya

Salah satu pendekatan dalam perencanaan pendidikan adalah analisis kebutuhan sosial. Dalam hal ini perencanaan pendidikan harus memperhitungkan kebutuhan pada masa sekarang dan yang akan datang. Jenis pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Di samping juga satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis sangat dibutuhkan keberadaannya. Disamping juga keberadaan pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Dalam rumusan tujuan perencanaan dalam bentuk yang lebih konkrit didasari dengan informasi yang akurat bukan hanya mengenai keadaan yang sekarang melainkan juga lebih dikembangkan proses perencanaan di masa mendatang, (Muljana: 2001).

 

4. Metode Perencanaan Pendidikan

Beberapa metode yang umum digunakan dalam perencanaan, tetapi dapat diterapkan di bidang pendidikan ditemukan oleh Augus W. Smith (1982), antara lain:
a. Metode mean-ways and analysis (analisis mengenai alat-cara-tujuan)

Metode ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Tiga hal yang perlu dianalysi dalam metode ini, yaitu: means yang berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan, ways yang berhubungan dengan cara dan alternative tindakan yang dirumuskan dan bakal dipilih dan ends yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Ketiga aspek tersebut ditelaah dan dikaji secara timbal balik.

b. Metode input-output analysis.

     Metode ini dilakukan dengna mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan interdependensi berbagai komponen masukan dan keluaran dari suatu system. Metode ini dapat digunakan untuk menilai alternative dalam proses transformasi.

c. Metode econometric analysis.

Metode ini menggunakan data empirik, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur perubahan dalam kaitan dengan ekonomi. Metode ekonometrik mengembangkan persamaan-persamaan yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara variable-variabel yang ada dalam suatu system

d. Metode Cause-effect.

Metode ini digunakan dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang masa depan. Metode ini sangat cocok untuk perencanaan yang bersifat strategic.

e. Metode Delphi.

Metode ini bertujuan untuk menentukan sejumlah alternative program. Mengeksplorasi asumsi-asumsi atau fakta yang melandasi “Judgments” tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu consensus. Biasa metode ini dimulai dengan melontarkan suatu masalah yang bersifat umum untuk diidentifikasi menjadi masalah yang lebih spesifik. Partisipan dalam metode ini biasanya orang yang dianggap ahli dalam disiplin ilmu tertentu.

f. Metode heuristic.

Metode ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk mengakomodasi pandangan-pandangan yang bertentangan atau ketidakpastian. Metode ini didasarkan atas seperangklat prinsip dan prosedur yang mensistematiskan langkah-langkah dalam usaha pemecahan masalah.

g. Metode life-cycle analysis.

Metode ini digunakan terutama untuk mengalokasikan sumber-sumber dengan memperhatikan siklus kehidupan menghenai produksi, proyek, program atau aktivitas. Dalam kaitan ini seringkali digunakan bahan-bahan komperatif denga menganalogkan data, langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah:
1. Fase Konseptualisasi;

2. Fase Spesifikasi;

3. Fase Pengembangan Prototype;

4. Fase Pengujian dan Evaluasi;

5. Fase Operasi;

6. Fase Produksi.

Metode ini bisa dipergunakan dalam bidang pendidikan terutama dalam mengalokasikan sumber-sumber pendidikan dengan melihat kecenderungan-kecenderungan dari berbagai aspek yang dapat dipertimbangkan untuk merumuskan rencana dan program.

h. Metode value added analysis.

Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita dapat mendapatkan gambaran singklat tentang konstribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                               

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajahmada University Press: Yogyakarta.

Hartoto http://fatamorghana.wordpress.com/2009/04/11/tujuan-pendidikan/>

 

Kaufman, Roger A (1972) Educational Sytem Planing. Prentice-Hall. INC.

Murtiningsih, Siti. 2006. Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire. Resist Press: Yogyakarta.

Philip H. Coombs, 1992, What is Educational Planning?, edisi Indonesia: Apakah Perencanaan Pendidikan itu, Bharata Karya Aksara dan UNESCO, Jakarta

Tilaar, HAR. 2004. Standarisasi Nasional Pendidikan: Suatu Tinjauan Kritis. Bandung: Rineka Cipta.

Tim penyusun, 2007, Rencana Induk Pembangunan PendidikanProvinsi Jawa Barat, Bapeda Provinsi Jawa Barat.

http://www.aryadevi.co.cc/2010/03/., perencanaan-pendidikan-dan-keidealannya. html Seyogyanya tentang Perencanaan Pendidikan

http://edu-articles.com/metode-perencanaan-pendidikan/#more-48

http://tunas63.wordpress.com., Berbagi Ilmu dan Persaudaraan

www.AnneAhira.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN