Kamis, 19 Mei 2022

KEPEMIMPINAN EFEKTIF UNTUK MANAJER

 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN  

    Secara umum kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu proses guna mempengaruhi kegiatan kelompok tertentu dalam tugasnya dan usahanya untuk merumuskan dan mencapai tujuan kelompok. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kehidupan individu tidak terlepas dari kehidupan kelompok, dan setiap kelompok memiliki struktur dan dinamika tersendiri sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta tuntutannya. Pihak yang memberikan pengaruh itu disebut pemimpin dan proses keseluruhan kegiatannya disebut sebagai kepemimpinan. Dengan memperhatikan pengertian di atas, kepemimpinan melibatkan unsur-unsur: (1) orang yang mempengaruhi kelompok (pemimpin), (2) orang-orang yang dipengaruhi (yang dipimpin), (3) proses interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin dalam rangka mempengaruhi, dan (4) situasi berlangsungnya kepemimpinan.

    Kegiatan kepemimpinan akan melibatkan berbagai aspek perilaku individu yang berada dalam keempat unsur tersebut di atas. Dengan pengkajian aspek perilaku dalam kepemimpinan, maka dapat diupayakan tumbuh dan berkembangnya kepemimpinan secara lebih efektif dalam mewujudkan organisasi yang dinamis dan fungsional. Pemimpin diharapkan dapat mewujudkan perilaku memimpin dalam arti mempengaruhi kelompok (dalam hal ini organisasi) secara efektif. Individu-individu yang dipimpin (dalam hal ini anggota organisasi), hendaknya mampu mewujudkan perilaku yang efektif bagi kepentingan kelompok (organisasi). Disamping itu hendaknya dapat diciptakan suatu pola interksi yang baik serta situasi yang memadai pula. Keempat unsur tersebut hendaknya saling terkait secara fungsional agar dapat mewujudkan suatu organisasi yang efektif.

   Dengan konsep tersebut, sangat diharapkan agar individu yang terlibat dalam unsur-unsur kepemimpinan tersebut dapat berupaya untuk mewujudkan perilakunya secara tepat dan efektif.

SITUASI PERLUNYA PEMIMPIN

        Dalam keadaan biasa, suatu kelompok mungkin tidak begitu merasakan perlunya pemimpin karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi dalam situasi yang lain, kelompok akan segera menyadari bahwa diperlukan hadirnya seseorang untuk mengatur dan mengarahkan kegiatan kelompok. 

              Kesadaran perlunya pemimpin akan timbul dalam situasi-situasi sebagai berikut:

1.      Apabila kelompok menghadapi suatu masalah dan kelompok berkehendak kuat untuk menanggulanginya. Dalam keadaan ini seluruh anggota kelompok tidak mampu melakukan kegiatan tertentu, dan mulai berudaha mencari orang lain yang dipandang mampu mengarahkan dan mengatur tindakan dalam memecahkan masalah.

2.      Apabila struktur kelompok tidak stabil. Dalam keadaan ini para anggota merasakan perlunya ada pihak yang dapat mengembalikan stabilitas struktur kelompok.

3.      Apabila kelompok belum cukup matang untuk melaksanakan suatu hal tertentu. Keberhasilan kelompok mewujudkan keinginannya ditentukan oleh kematangan para anggotanya. Dalam keadaan para anggota merasa belum matang, maka mereka memerlukan pemimpin yang dapat membantu mematangkan semua anggota kelompok.

 KARAKTERISTIK PEMIMPIN

   Seperti telah dikemukakan di atas, seseorang disebut sebagai pemimpin karena kemampuannya dalam mempengaruhi orang lain dalam menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian sifat utama dari seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam mewujudkan interaksi dan situasi kepemimpinan yang sebaik-baiknya agar kebutuhan dan tujuan kelompok dapat tercapai secara efektif. Sifat-sifat ini mencakup ciri-ciri kepribadian pemimpin dan penguasaan ketrampilan teknis memimpin. Dengan kata lain, seorang pemimpin hendaknya memiliki kompetensi kepemimpinan yang mantap. Kompetensi adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri pemimpin agar dapat mewujudkan kinerja kepemimpinannya secara tepat dan efektif. Kompetensi tersebut akan tercermin dalam penampilannya yang bersumber pada  komponen penguasaan subyek, kualitas profesional, penguasaan proses, dan kemampuan penyesuaian diri, serta berlandaskan kualitas kepribadiannya. Secara struktural, menurut konsep Johnson dkk.(1974) dapat digambarkan sebagai berikut:

 

 

 


                  

       

                                                             A                                           

           

 

                                      B            C          D            E

 

 

 


                                                             F 

 

 

 

 

Keterangan:

 A.    Komponen Penampilan, yaitu unsur kemampuan penampilan kinerja yang nampak sesuai dengan bidang keprofesiannya.

B.     Komponen Subyek, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan yang relevan dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat bagi penampilan kinerjanya,

C.    Komponen Profesional, yaitu unsur kemampuan penguasaan substansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat bagi penampilan kinerjanya,

D.   Komponen Proses, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental/intelektual yang mencakup proses berfikir (logis, kritis, rasional, kreatif) dalam pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dsb. sebagai prasyarat bagi terwujudnya penampilan kinerjanya,

E.    Komponen Penyesuaian diri, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri berdasarkan karakteristik pribadi pelaku dengan tugas penampilan kinerjanya,

F.     Komponen Sikap, nilai, dan kepribadian, yaitu prasyarat fundamental bagi terwujudnya kinerja secara keseluruhan. 

     Untuk dapat mewujudkan kualitas dan kompetensi kepemimpinan, seorang pemimpin memerlukan kekuasaan dan keunggulan  tertentu dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Kekuasaan pemimpin berasal dari salah satu atau beberapa sumber yaitu:

(1)   Ganjaran, yaitu sumber kekuasaan dan keunggulan yang berasal dari kemampuannya memberikan ganjaran yang sesuai kepada pihak yang dipimpin,

(2)   Koersif, yaitu kekuasaan dan keunggulan yang bersumber dari kemampuan memaksakan suatu kehendak dengan cara-cara tertentu,

(3)   Legitimasi, yaitu kekuasaan dan keunggulan yang bersumber dari hal-hal yang bersifat formal (ketentuan hukum) baik tertulis maupun tidak, misalnya surat keputusan, surat persetujuan, kesepakatan, dsb.

(4)   Referensi, yaitu kekuasaan dan keunggulan yang bersumber dari rujukan seseorang atau lembaga yang dipandang memiliki otoritas tertentu.

(5)   Ekspertis, yaitu kekuasaan dan keunggulan yang bersumber dari keahlian yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

(6)   Senioritas, yaitu kekuasaan dan keunggulan yang bersumber dari kelebihan seseorang dari pihak lainnya dalam pengalaman, usia, status, dsb. 

              Dengan keunggulan dan kekuasaan itu, pemimpin diharapkan mampu mewujudkan kinerja kepemimpinannya secara tepat dan efektif.

        TUGAS DAN FUNGSI PEMIMPIN

     Sesuai dengan pengertiannya, maka pada dasarnya pemimpin mempunyai tugas untuk bekerja sama dengan anggotanya dalam upaya: (a) menemukan dan menentukan tujuan yang akan dicapai kelompok, dan (b) menemukan cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan. Tugas utama seorang pemimpin adalah: (1) mengatur situasi, (2) mengendalikan kegiatan kelompok, dan (3) menjadi juru bicara kelompok. Adapun fungsi-fungsi pemimpin adalah sebagai: (1) pelaksana, (2) perencana, (3) penyusun kebijakan, (4) tenaga ahli, (5) wakil kelompok keluar atau eksekutif, (6) pengawas dan pengendali interaksi dalam kelompok, (7) pelerai dalam sengketa, (8) penengah, (9) sumber keteladanan, (10) lambang (simbol) suatu kelompok, (11) penanggung jawab anggota kelompok, (12) tokoh orang tua, (13) kambing hitam, (14) pencipta ideologi kelompok.

  Seringkali terjadi suatu proses kepemimpinan menghadapi kesulitan dan bahkan kegagalan karena pemimpin kurang mampu mewujudkan fungsinya. Salah satu sumber kekagalan kepemimpinan adalah karena adanya penuakit kepemimpinan yang menghinggapi para pemimpin. Ada sepuluh penyakit kepemimpinan yaitu: (1) ketidak-tahuan, (2) prasangka, (3) kelesuan atau apatis, (4) kebimbangan atau ketidak-tegasan, (5) sikap asal jadi, (6) imitasi atau peniruan, (7) kesombongan, (8) kemubaziran atau inefisiensi, (9) kekakuan, dan (10) bermuka dua. Agar kepemimpinan dapat berfungsi dengan bik, maka hendaknya para pemimpin terhindar dari penyakit-penyakit tersebut dan menjadi pemimpin yang sehat. Untuk itu para pemimpin khususnya dalam organisasi sangat diharapkan senantiasa berusaha untuk menghindarkan adanya penyakit itu, dan berusaha untuk secara terus menerus memperbaiki diri. 

 TIPE-TIPE PEMIMPIN

   Menurut Erich Fromm, ada lima tipe pemimpin yaitu:

(1)   Tipe bertahan atau menerima, yaitu pemimopin yang berkeyakinan bahwa keberhasilan kepemimpinanya banyak ditentukan oleh faktor luar sehingga ia selalu memerlukan banyak masukan.

(2)   Tipe meyerang atau menggunakan, yaitu pemimpin yang selalu ingin dominan atau menguasai kepompoknya dalam segala hal.

(3)   Tipe menimbun, yaitu pemimpin yang tidak mempercayai pihak di luar dirinya,

(4)   Tipe memasarkan, yaitu pemimpin yang bahwa dirinya sebagai orang yang serba bisa sehingga cenderung menetapkan harga jual dirinya,

(5)   Tipe produktif, yaitu pemimpin yang menyadari akan kekuatan dirinya dan berniat untuk mewujudkan kepemimpinannya secara efektif.

      Dilihat dari gayanya, ada empat gaya kepemimpinan yaitu:

(1)   Gaya telling, atau gaya menyuruh yaitu pemimpin yang memberikan arahan kegiatan dari sudut dirinya secara sepihak,

(2)   Gaya  selling, atau gaya menjual yaitu gaya kemepimpinan yang menawarkan kegiatan melalui komunikasi dua arah.

(3)   Gaya participating, atau gaya berperan serta yaitu kepemimpinan yang melakukan tindakannya secara koperatif dengan anggota dan pihak lainnya,

(4)   Gaya delegating, atau gaya kepemimpinan yang banyak memberikan wewenang kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan. 

       Dilihat dari perilaku kepemimpinannya, ada empat gaya perilaku pemimpin yaitu:

(1)   Kepemimpinan direktif, yaitu perilaku pemimpin yang senantiasa memberikan arahan kepada bawahannya,

(2)   Kepemimpinan suportif, yaitu perulaku pemimpin yang cenderung bersahabat dengan bawahan dan senantiasa memberikan dorongan,

(3)   Kepemimpinan partisipatif, yaitu perilaku pemimpin melalukan kerjasama dengan bawahan dalam melaksanakan tugas.

(4)   Kepemimpinan yang berorientasi prestasi, yaitu perilaku pemimpin yang senantiasa menetapkan sasaran yang menantang bawahan dan bersama-sama untuk mencapainya

  KEPEMIMPINAN DALAM PERUBAHAN GLOBAL  

    Menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi, diperlukan kualitas kepemimpinan yang memiliki keberdayaan tertentu sehingga mampu mengatasi berbagai tantangan yang timbul. Dalam era globaisasi para pemimpin dituntut untuk mampu mengarahkan anggota dalam mengatasi berbagai masalah yang kompleks sebagai akibat pengaruh perubahan global. Menurut Marquardt (1996), memasuki Abad ke-21 ada empat kecenderungan perubahan yang akan mempengaruhi organisasi dan kepemimpinan dalam dunia usaha. Keempat perubahan tersebut adalah:

1.      Perubahan lingkungan ekonomi, sosial, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang ditandai dengan (a) globalisasi, (b) persaingan ekonomi dan pasar, © tekanan lingkungan dan ekologi, (d) perkembangan baru dalam iptek, (e) era pengetahuan dan informasi, (f) pergolakan masyarakat.

2.      Perubahan dalam lingkungan kerja, yang ditandai dengan: (a) penggunaan teknologi informasi, (b) transformasi struktur dan ukuran organisasi, © gerakan manajemen kualitas terpadu, (d) mobilitas dan keragaman angkatan kerja, (e) ledakan bantuan temporer,

3.      Perubahan dalam harapan pelanggan, yaitu kecenderungan para pelanggan untuk  memilih kualitas yang lebih tinggi dan bervariasi.

4.      Perubahan harapan para pekerja, yang ditandai dengan: (a) berkembangnya ketrampilan baru dalam pekerjaan, (b) berkembangnya pekerjaan atau jabatan baru, dan harapan dari pekerja-pekerja baru.

       Selanjutnya, keadaan lingkungan dalam situasi perubahan global antara lain mempunyai  ciri-ciri sebagai berikut:

   Pertama, lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk dari berbagai pihak terkait, sehingga menuntut pola kerja dalam bentuk “team work”.

  Kedua, Lingkungan yang memerlukan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kompetensi yang efektif.

  Ketiga, Masyarakat “meritokrasi”, yaitu masyarakat yang lebih menghargai prestrasi dari pada status atau aspek lainnya.

          Keempat, Lingkungan yang menghormati seseorang yang mampu menuntaskan tugas-tugasnya secara efektif dan produktif.

    Dalam menghadapi situasi itu, para pemimpin memerlukan wawasan global dan mampu menggunakan wawasan strategis. Wasawsan strategis adalah wawasan yang mampu menggambarkan keadaan masa depan secara tepat sebagai panduan yang memberi arah ke depan dalam merancang posisi organisasi.

    Untuk menghadapi tantangan perubahan global itu yang diperlukan adalah pemberdayaan para pemimpin masa depan dalam berbagai aspek kehidupan. Pemberdayaan kepemimpinan adalah pengembangan secara optimal semua “daya” yang dimilikinya baik yang terkandung maupun yang nyata,  sehingga mewujudkan kepemimpinan yang efektif. Beberapa ciri kualitas keberdayaan yang tinggi, antara lain:

1.      Memiliki wawasan masa depan secara tepat, yaitu mampu memperkirakan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan dengan memperhitungkan kondisi-kondisi yang ada. Dengan wawasan ini para pemimpin  dapat membuat perencanaan peningkatan kinerja di masa -masa yang akan datang.

2.      Meningkatkan diri melalui pendidikan dan latihan, untuk meningkatkan kualitas diri dalam berbagai aspek sehingga sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan kualitas ini para pemimpin akan memperoleh peningkatan diri dalam kualitasnya baik pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap mentalnya.

3.      Mampu mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi, dengan penuh ketabahan dan  cara yang tepat. Kehidupan masa kini banyak menghadapi berbagai hambatan terutama dalam persaingan yang makin ketat, sehingga menuntut kiat-kiat yang mantap dalam mengatasinya.

4.      Memiliki sejumlah gagasan, dan mampu mengutarakannya, dengan cara yang tepat dan realistis. Organisasi hanya akan dapat berkembang dengan baik apabila pemimpinnya kaya dengan gagasan inovatif dan mampu mengemukakannya secara efektif.   

5.      Mampu melengkapi kekurangan-kekurangan yang dihadapi, dalam kehidupannya termasuk dalam memimpin pendidikan. Dengan keberdayaan yang tinggi segala kekurangan yang dihadapi akan dilengkapi dengan cara yang tepat.

6.      Bergairah dalam melakukan berbagai kegiatan,  terutama yang berkaitan dengan organisasi. Kegairahan dalam melakukan kegiatan, merupakan kondisi yang dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas.

7.      Senantiasa melakukan penilaian, terhadap segala sesuatu yang telah dikerjakan dan dijadikan sebagai dasar dalam penyempurnaan selanjutnya.

8.      Memiliki “harapan”  yang realistis dari semua program dan kegiatan yang dilakukannya. Hal ini merupakan sikap optimis dari semua pemimpin dalam meyakini akan keberhasilannya di masa yang akan datang.

    Kepemimpinan  yang berkualitas ialah yang memiliki keberdayaan yang tinggi sebagaimana disebutkan dalam ciri-ciri tersebut di atas, yang tercermin dengan pemahaman yang mendalam terhadap perubahan global, terampil dalam mewujudkan perilaku kepemimpinan, dan rasa memiliki. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, maka pemberdayaan kepemimpinan pada dasarnya adalah peningkatan dalam aspek “perubahan sikap mental”, sehingga terjadi pergeseran ke arah yang lebih sesuai dengan tuntutan yang ada.  Pergeseran tersebut antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pergeseran dari:        

-sikap reaktif/menunggu bola, ke proaktif/menjemput bola

-belajar terminal  ke belajar sepanjang hayat

-berpenampilan soliter (menyendiri) ke berpenampilan dalam tim kerja                                                -sikap “satu-satunya” ke sikap “salah satu”

-keunggulan internal ke keunggulan eksternal-kompetitif

-hubungan konfrontatif ke hubungan kemitraan

-pola pikir lokal ke pola pikir global

-cara-cara tradisional ke cara modern dengan menggunakan teknologi

-dari pilihan sederhana ke pilihan jamak

-tindakan terpecah ke tindakan holistik (utuh)

-dsb.

   Dengan demikian, maka menghadapi perubahan global di abad 21, akan terjadi peran-peran dan ketrampilan baru dari para pemimpin. Peran-peran baru para pemimpin masa kini adalah sebagai:

1.     Instruktur, pelatih, dan mentor

2.     Manajer pengetahuan

3.     Mitra dan model untuk belajar

4.     Perekayasa dan perancang

5.     Kordinator,

6.     Penganjur dan teladan dalam proses kegiatan belajar

      Kemudian ketrampilan-ketrampilan baru bagi para pemimpin adalah:

1.     Membangun wawasan yang terbagi, yang terwujud dalam bentuk: (a) memadukan wawasan intrinsik dengan wawasan ekstrinsik, (b) mengkomunikasikan wawasan sendiri dan meminta dukungan, © mengembangkan wawasan pribadi menjadi wawasan bersama, (d) mempertahankan wawasan sebagai proses berkesinambungan.  

2.      Mengkordinasikan beberapa tim dengan berpusat pada tugas,

3.     Menguji model-model mental

4.     Menggalakkan berfikir sistem

5.     Menggalakkan kreativitas, inovasi, dan kemauan untuk menghadapi resiko,

6.     Mengkonseptualisasikan dan menggagaskan pembelajaran dan tindakan   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN