PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Secara
umum kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu proses guna mempengaruhi
kegiatan kelompok tertentu dalam tugasnya dan usahanya untuk merumuskan dan
mencapai tujuan kelompok. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kehidupan individu
tidak terlepas dari kehidupan kelompok, dan setiap kelompok memiliki struktur
dan dinamika tersendiri sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta tuntutannya.
Pihak yang memberikan pengaruh itu disebut pemimpin dan proses keseluruhan
kegiatannya disebut sebagai kepemimpinan.
Dengan
memperhatikan pengertian di atas, kepemimpinan melibatkan unsur-unsur: (1)
orang yang mempengaruhi kelompok (pemimpin), (2) orang-orang yang dipengaruhi
(yang dipimpin), (3) proses interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin dalam
rangka mempengaruhi, dan (4) situasi berlangsungnya kepemimpinan.
Kegiatan
kepemimpinan akan melibatkan berbagai aspek perilaku individu yang berada dalam
keempat unsur tersebut di atas. Dengan pengkajian aspek perilaku dalam
kepemimpinan, maka dapat diupayakan tumbuh dan berkembangnya kepemimpinan
secara lebih efektif dalam mewujudkan organisasi yang dinamis dan fungsional.
Pemimpin diharapkan dapat mewujudkan perilaku memimpin dalam arti mempengaruhi
kelompok (dalam hal ini organisasi) secara efektif. Individu-individu yang
dipimpin (dalam hal ini anggota organisasi), hendaknya mampu mewujudkan
perilaku yang efektif bagi kepentingan kelompok (organisasi). Disamping itu
hendaknya dapat diciptakan suatu pola interksi yang baik serta situasi yang
memadai pula. Keempat unsur tersebut hendaknya saling terkait secara fungsional
agar dapat mewujudkan suatu organisasi yang efektif.
Dengan konsep tersebut, sangat diharapkan agar individu yang terlibat dalam unsur-unsur kepemimpinan tersebut dapat berupaya untuk mewujudkan perilakunya secara tepat dan efektif.
SITUASI PERLUNYA PEMIMPIN
Dalam keadaan
biasa, suatu kelompok mungkin tidak begitu merasakan perlunya pemimpin karena
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi dalam
situasi yang lain, kelompok akan segera menyadari bahwa diperlukan hadirnya
seseorang untuk mengatur dan mengarahkan kegiatan kelompok.
Kesadaran
perlunya pemimpin akan timbul dalam situasi-situasi sebagai berikut:
1. Apabila kelompok
menghadapi suatu masalah dan kelompok berkehendak kuat untuk menanggulanginya.
Dalam keadaan ini seluruh anggota kelompok tidak mampu melakukan kegiatan
tertentu, dan mulai berudaha mencari orang lain yang dipandang mampu
mengarahkan dan mengatur tindakan dalam memecahkan masalah.
2. Apabila struktur
kelompok tidak stabil. Dalam keadaan ini para anggota merasakan perlunya ada
pihak yang dapat mengembalikan stabilitas struktur kelompok.
3. Apabila kelompok
belum cukup matang untuk melaksanakan suatu hal tertentu. Keberhasilan kelompok
mewujudkan keinginannya ditentukan oleh kematangan para anggotanya. Dalam
keadaan para anggota merasa belum matang, maka mereka memerlukan pemimpin yang
dapat membantu mematangkan semua anggota kelompok.
A
B C D E
F
Keterangan:
B. Komponen Subyek,
yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan yang
relevan dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat bagi penampilan
kinerjanya,
C.
Komponen Profesional,
yaitu unsur kemampuan penguasaan substansi pengetahuan dan keterampilan
teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat bagi penampilan
kinerjanya,
D.
Komponen Proses,
yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental/intelektual yang
mencakup proses berfikir (logis, kritis, rasional, kreatif) dalam pemecahan
masalah, pembuatan keputusan, dsb. sebagai prasyarat bagi terwujudnya
penampilan kinerjanya,
E.
Komponen Penyesuaian
diri, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri
berdasarkan karakteristik pribadi pelaku dengan tugas penampilan kinerjanya,
F.
Komponen Sikap,
nilai, dan kepribadian, yaitu prasyarat fundamental bagi terwujudnya
kinerja secara keseluruhan.
(1) Ganjaran, yaitu sumber
kekuasaan dan keunggulan yang berasal dari kemampuannya memberikan ganjaran
yang sesuai kepada pihak yang dipimpin,
(2) Koersif, yaitu kekuasaan
dan keunggulan yang bersumber dari kemampuan memaksakan suatu kehendak dengan
cara-cara tertentu,
(3) Legitimasi, yaitu kekuasaan
dan keunggulan yang bersumber dari hal-hal yang bersifat formal (ketentuan
hukum) baik tertulis maupun tidak, misalnya surat keputusan, surat persetujuan,
kesepakatan, dsb.
(4) Referensi, yaitu kekuasaan
dan keunggulan yang bersumber dari rujukan seseorang atau lembaga yang
dipandang memiliki otoritas tertentu.
(5) Ekspertis, yaitu kekuasaan
dan keunggulan yang bersumber dari keahlian yang dimiliki seseorang dalam
bidang tertentu.
(6) Senioritas, yaitu kekuasaan
dan keunggulan yang bersumber dari kelebihan seseorang dari pihak lainnya dalam
pengalaman, usia, status, dsb.
Dengan keunggulan
dan kekuasaan itu, pemimpin diharapkan mampu mewujudkan kinerja kepemimpinannya
secara tepat dan efektif.
TUGAS DAN FUNGSI PEMIMPIN
(1) Tipe bertahan
atau menerima, yaitu pemimopin yang berkeyakinan bahwa keberhasilan
kepemimpinanya banyak ditentukan oleh faktor luar sehingga ia selalu memerlukan
banyak masukan.
(2) Tipe meyerang
atau menggunakan, yaitu pemimpin yang selalu ingin dominan atau
menguasai kepompoknya dalam segala hal.
(3) Tipe menimbun,
yaitu pemimpin yang tidak mempercayai pihak di luar dirinya,
(4) Tipe memasarkan,
yaitu pemimpin yang bahwa dirinya sebagai orang yang serba bisa
sehingga cenderung menetapkan harga jual dirinya,
(5) Tipe produktif,
yaitu pemimpin yang menyadari akan kekuatan dirinya dan berniat untuk
mewujudkan kepemimpinannya secara efektif.
(1) Gaya telling,
atau gaya menyuruh yaitu pemimpin yang memberikan arahan kegiatan dari sudut
dirinya secara sepihak,
(2) Gaya selling, atau gaya menjual yaitu
gaya kemepimpinan yang menawarkan kegiatan melalui komunikasi dua arah.
(3) Gaya participating,
atau gaya berperan serta yaitu kepemimpinan yang melakukan tindakannya
secara koperatif dengan anggota dan pihak lainnya,
(4) Gaya delegating,
atau gaya kepemimpinan yang banyak memberikan wewenang kepada
bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan.
(1) Kepemimpinan
direktif, yaitu perilaku pemimpin yang senantiasa memberikan arahan kepada
bawahannya,
(2) Kepemimpinan suportif,
yaitu perulaku pemimpin yang cenderung bersahabat dengan bawahan dan
senantiasa memberikan dorongan,
(3) Kepemimpinan
partisipatif, yaitu perilaku pemimpin melalukan kerjasama dengan
bawahan dalam melaksanakan tugas.
(4) Kepemimpinan yang
berorientasi prestasi, yaitu perilaku pemimpin yang senantiasa menetapkan
sasaran yang menantang bawahan dan bersama-sama untuk mencapainya
1. Perubahan
lingkungan ekonomi, sosial, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang ditandai
dengan (a) globalisasi, (b) persaingan ekonomi dan pasar, © tekanan lingkungan
dan ekologi, (d) perkembangan baru dalam iptek, (e) era pengetahuan dan
informasi, (f) pergolakan masyarakat.
2. Perubahan dalam
lingkungan kerja, yang ditandai dengan: (a) penggunaan teknologi informasi, (b)
transformasi struktur dan ukuran organisasi, © gerakan manajemen kualitas
terpadu, (d) mobilitas dan keragaman angkatan kerja, (e) ledakan bantuan
temporer,
3. Perubahan dalam
harapan pelanggan, yaitu kecenderungan para pelanggan untuk memilih kualitas yang lebih tinggi dan
bervariasi.
4. Perubahan harapan
para pekerja, yang ditandai dengan: (a) berkembangnya ketrampilan baru dalam
pekerjaan, (b) berkembangnya pekerjaan atau jabatan baru, dan harapan dari
pekerja-pekerja baru.
Kedua, Lingkungan yang memerlukan
sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kompetensi yang efektif.
Ketiga, Masyarakat “meritokrasi”,
yaitu masyarakat yang lebih menghargai prestrasi dari pada status atau
aspek lainnya.
Keempat, Lingkungan yang
menghormati seseorang yang mampu menuntaskan tugas-tugasnya secara efektif dan
produktif.
1. Memiliki wawasan
masa depan secara tepat, yaitu mampu memperkirakan berbagai kemungkinan
yang akan terjadi di masa depan dengan memperhitungkan kondisi-kondisi yang
ada. Dengan wawasan ini para pemimpin
dapat membuat perencanaan peningkatan kinerja di masa -masa yang akan
datang.
2. Meningkatkan diri
melalui pendidikan dan latihan, untuk meningkatkan kualitas
diri dalam berbagai aspek sehingga sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan
kualitas ini para pemimpin akan memperoleh peningkatan diri dalam kualitasnya
baik pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap mentalnya.
3. Mampu mengatasi
hambatan-hambatan yang dihadapi, dengan penuh ketabahan
dan cara yang tepat. Kehidupan masa kini
banyak menghadapi berbagai hambatan terutama dalam persaingan yang makin ketat,
sehingga menuntut kiat-kiat yang mantap dalam mengatasinya.
4. Memiliki sejumlah
gagasan, dan mampu mengutarakannya, dengan cara yang tepat dan
realistis. Organisasi hanya akan dapat berkembang dengan baik apabila
pemimpinnya kaya dengan gagasan inovatif dan mampu mengemukakannya secara
efektif.
5. Mampu melengkapi
kekurangan-kekurangan yang dihadapi, dalam kehidupannya termasuk
dalam memimpin pendidikan. Dengan keberdayaan yang tinggi segala kekurangan
yang dihadapi akan dilengkapi dengan cara yang tepat.
6. Bergairah dalam
melakukan berbagai kegiatan, terutama yang berkaitan dengan organisasi.
Kegairahan dalam melakukan kegiatan, merupakan kondisi yang dapat meningkatkan
motivasi dan produktivitas.
7. Senantiasa
melakukan penilaian, terhadap segala sesuatu yang telah dikerjakan dan
dijadikan sebagai dasar dalam penyempurnaan selanjutnya.
8. Memiliki
“harapan” yang realistis dari semua
program dan kegiatan yang dilakukannya. Hal ini merupakan sikap optimis dari
semua pemimpin dalam meyakini akan keberhasilannya di masa yang akan datang.
Kepemimpinan
yang berkualitas ialah yang memiliki keberdayaan yang tinggi sebagaimana
disebutkan dalam ciri-ciri tersebut di atas, yang tercermin dengan pemahaman
yang mendalam terhadap perubahan global, terampil dalam mewujudkan perilaku
kepemimpinan, dan rasa memiliki. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, maka
pemberdayaan kepemimpinan pada dasarnya adalah peningkatan dalam aspek
“perubahan sikap mental”, sehingga terjadi pergeseran ke arah yang lebih sesuai
dengan tuntutan yang ada. Pergeseran
tersebut antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pergeseran dari:
-sikap reaktif/menunggu
bola, ke proaktif/menjemput bola
-belajar terminal ke belajar sepanjang hayat
-berpenampilan soliter
(menyendiri) ke berpenampilan dalam tim kerja -sikap “satu-satunya” ke sikap “salah
satu”
-keunggulan internal ke
keunggulan eksternal-kompetitif
-hubungan konfrontatif ke
hubungan kemitraan
-pola pikir lokal ke pola
pikir global
-cara-cara tradisional ke
cara modern dengan menggunakan teknologi
-dari pilihan sederhana ke
pilihan jamak
-tindakan terpecah ke
tindakan holistik (utuh)
-dsb.
1.
Instruktur,
pelatih, dan mentor
2.
Manajer
pengetahuan
3.
Mitra dan model
untuk belajar
4.
Perekayasa dan
perancang
5.
Kordinator,
6.
Penganjur dan
teladan dalam proses kegiatan belajar
1. Membangun wawasan
yang terbagi, yang terwujud dalam bentuk: (a) memadukan wawasan intrinsik
dengan wawasan ekstrinsik, (b) mengkomunikasikan wawasan sendiri dan meminta
dukungan, © mengembangkan wawasan pribadi menjadi wawasan bersama, (d)
mempertahankan wawasan sebagai proses berkesinambungan.
2.
Mengkordinasikan beberapa tim dengan berpusat
pada tugas,
3.
Menguji
model-model mental
4.
Menggalakkan
berfikir sistem
5.
Menggalakkan
kreativitas, inovasi, dan kemauan untuk menghadapi resiko,
6.
Mengkonseptualisasikan
dan menggagaskan pembelajaran dan tindakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar