Kamis, 19 Mei 2022

MAKNA DAN PENDEKATAN PERENCANAAN

 

MAKNA DAN PENDEKATAN

PERENCANAAN

A. Kedudukan Perencanaan Pendidikan

Tulisan ini dimaksudkan dapat dibaca oleh mereka yang menaruh minat pada dunia (persiapan, proses, dan hasil) pendidikan, yang menjadi tulang punggung pemba ngunan manusia. Bagaimanapun berhasil atau gagalnya program pembangunan suatu Negara tergantung pada faktor manusianya. Dalam pada itu tingkat mutu manusia, tinggi atau rendahnya tergantung pada kegiatan pendidikan. Untuk keberhasilan pendidikan, langkah awal yang sangat strategis adalah membuat perencanaan.

Melalui perencanaan pendidikan, sesungguhnya kita menjadi bagian dari tangan Tuhan menentukan takdirNya. Taqdir Tuhan, menghendaki manusia jadi  khalifahNya di muka bumi (QS 2:30)[1], memakmurkan dunia (QS11:61), dan supaya manusia terlibat mempersi apkan masa depan ummat manusia (QS59:19). Untuk itu Tuhan memberikan potensi dan mempersilahkan manusia menggunakan segala macam sumber daya (resources) secara efisien dan efektif (QS2:29; 17:26,27; 3:191), supaya manusia memiliki integritas pribadi yang bermartabat (iman),  mempunyai integritas social (amal soleh), serta hidup dalam proses yang terus menerus berinteraksi dengan sesamanya menuju kebenaran hakiki (QS103:1-3).Dalam kaitan inilah perencana pendidikan dituntut untuk memusatkan pikiran pada  pengembangan sumber daya manusia sehingga mereka sebagai peserta didik tetap berada pada posisi sentral, pusat penentu seluruh unsur yang terlibat dalam proses pendidikan.

 

KEDUDUKAN  PERENCANAAN

          AKTUALISASI TAQDIR KEKHALIFAHAN (2:30)

          MENENTUKAN MASA DEPAN (59:19)

          MEMAKMURKAN DUNIA  (11:61)

          EFISIEN DAN EFEKTIF (3:191)

 

SUBJEK DIDIK

 

MANUSIA BERMARTABAT: INTEGRITAS KEPRIBADIAN; INTEGRITAS SOSIAL;

KONSIST MENUJU KEBENARAN HAKIKI (Q103:1-4)

kepedulian terhadap anak didik indikator utama kepiawaian Perencana Pendidikan

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tingkat kepedulian terhadap anak didik dalam perencanaan pendidikan merupakan indikator utama kepiawaian para Perencana Pendidikan. Pada mereka terletak kunci tanggung jawab atas tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu proses pendidikan. Mereka bertugas memikirkan dan merancang apa tujuan (pada berbagai tingkatnya sesuai dengan kedudukan si perencana), apa materi pendidikan (kurikulum nasional kurikulum lokal), bagaimana materi disampaikan, instrumen atau fasilitas apa dengan jumlah dan mutu yang bagaimana yang harus disiapkan, apa syarat dan siapa yang memenuhi syarat bagi tercapainya tujuan pendidikan, gambaran masa depan apa yang harus dicanangkan saat kini, peran apa yang harus dimainkan oleh setiap unsur yang terlibat pendidikan, target sementara dan target akhir apa yang harus dicanangkan, bagaimana cara supaya berhasil mengumpulkan dana, bagaimana cara pengelolaan serta alur pertanggungjawabannya, bagaimana mengawasi proses pendidikannya, bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan program pendidikan pada tingkat lembaga, tingkat pelaksana kebijakan, dst.nya.

B. Sejarah Rendik  

Sejarah perencanaan pendidikan dapat terlacak dengan mempelajari sejarah manusia. Kegiatan bermasyarakat dan kegiatan terkait lingkungan fisik manusia, merupakan sisi lain dari  kegiatan perencanaan pendidikan. Keduanya bersifat sinergis.  Lokasi kota dan sifat atau karakter penduduknya akan mencerminkan perencanaan pendidikan. Karakter penduduk ditentukan oleh karakter keagamaan, social, politik dan karakter pekerjaan. Kompleksitas karakter kota menunjukkan kompleksitas interrelasi dan interaksi penduduknya, dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan.

Kota Mesir merupakan kota kuno dengan peninggalan artefak sejak 3200 tahun sebelum masehi. Sikap keagamaan yang menganggap raja sebagai Tuhan, dan karenanya raja merupakan pelindung ekonomi, politik dan keamanan, mempengaruhi tata letak kerajaan, istana dan astana (kuburan)   yang kemudian member pengaruh terhadap cara dan apa yang harus dipelajari penduduk supaya hidup serasi dengan Tuhan.

Kota Mesopotamia di lembah sungai Tigris dan Euprat di Irak sekarang,  termasuk kota berkeadaban tinggi pada waktu yang sejaman dengan Mesir. Risiko diapit dua sungai besar memaksa penduduknya untuk membuat rancang bangun kota yang subur namun sering dilanda banjir yang kemudian menimbulkan penyakit itu, juga suka dilanda kerusuhan lantaran datangnya para penjajah yang berkehendak “mencicipi” kemakmuran negeri  tersebut. Dahulu oleh dinasti Khan, sekarang oleh gerombolan George W Bush dari Amerika.

Kota Assiria merupakan daerah terbuka lantaran terletak di daerah yang terbentang luas tanpa hutan pepohonan. Para pimpinannya merancang kota persegi empat untuk pertahaman dari berbagai arah, dan mendidik penduduknya dengan kehidupan militer yang keras, kejam, dan suka perang.

Kota Babilonia, dirancang oleh Nebukadnezar empat persegi panjang dengan bangunan besar dan indah, dialiri sungai-sungai di tengahnya dan jembatan-jembatan yang dibanguan pertama kali di dunia serta taman-taman tergantung yang tersohor ke seluruh dunia sampai sekarang. Hal ini kemudian diikuti oleh para pimpinan Persia dalam merekayasa kotanya.

Minos, seorang pemimpin Cretan, tokoh di kepulauan Aegian, membangun kerajaan laut dengan system feodalisme dan eksploitasi komunal. Kota dibangun pada tanah terbatas landaian gunung, penuh estetika namun sangat eeffektif. Pasar dikembangkan, dan setiap warga diberi kebebasan yang sama. Untuk menjaga hak tersebut didirikan sekolah-sekolah. Perencana kota termasyhur saat ini adalah Hippodamus, yang merancang kota dengan jalan-jalan besar dan lurus.

Perencanaan pendidikan yang lebih teratur dan menonjol adalah pada kerajaan Roma. Bila di Yunani bangunannya sederhana dan anggun, di Roma bangunan dirancang dengan melihat kepraktisan, kehebatan dan keagungan kaisar Roma. Dalam mengejar kepraktisan, kota dapat cepat diubah atau diperbaiki lagi. Pendidikan sangat dipentingkan. Dikerjakan secara tetap, terdiri atas tiga tingkatan yakni primus magister yang kurikulumnya membaca, menulis dan berhitung, grammar school yakni perluasan baca, tulis, hitung. Bila berhasil dilanjutkan pada penddikan khusus atau pendidikan guru. Untuk stabilitas pendidikan, Kaisar dari sejak Yulius Caesar member dukungan baik,  khususnya pada jaman Antonius Pius yang membuat ketentuan bahwa di ibu kota harus ada 5 Grammarians, kota besar empat dan kota kecil, tiga Grammarians. Perencanaan disini berkembang seiring dengan perkembangan kekaisaran.

Di bawah kaisar Justinian kekaisaran Romawi,      Byzantine  merupakan kota arsitek yang sangat khusus dengan cirri-cirinya kubah dengan pahatan dan lempengan serta warna warni yang sangat menarik. Salah satu bentuk bangunannya adalah gereja Aya Sophia yang sekarang jadi masjid agung di Konstantinopel  (sekarang: Ankara Istambul) Keindahan dan besarnya ukuran gereja yang dibuat saat itu, lantaran gereja diberi tugas melaksanakan pendidikan. Pada abad pertengahan, tanggung jawab dan pengawasan pendidikan ini diserahkan kepada Dewan Kota.

Pada masa Renaisance, pembangunan kota lebih tertata keindahannya, ada jalan lurus, taman kota, dan bangunan-bangunan sebagai respon terhadap orang-orang yang peduli terhadap pendidikan. Saat itu sudah ada kegiatan analisis kebutuhan pembelajaran siswa secara individual, pengorganisasian sekolah, aspek kemanusiaan dan social dalam kurikulum.

Pada masa abad ke 19, kegiatan pendidikan sudah diawali dengan perencanaan yang komprehensif. Pendidikan ditempatkan sebagai masalah publik yang harus didukung pemerintah.  Kebijakan demikian didorong oleh sikap dasar yang menegaskan bahwa (a) setiap warga Negara harus dapat hidup mandiri, tidak tergantung pada pihak lain; (b) mereka harus dapat memberikan kontribuasi terhadap kesejahteraan masyarakat; dan (c) pendidikan menentukan tingkat kesempurnaan seseorang.

Pertumbuhan industi yang sangat cepat mendorong terkonsentrasinya jumlah penduduk terkait urbanisasi pada beberapa titik kota, konglomerasi yang berorientasi kuantitas dan abai terhadap kualitas, menciptakan di kota banyak daerah-daerah kumuh, lantaran (a) abai terhadap topografi dan ekologi; (b) pembangunan pabrik dan jalan-jalan kereta api di pusat-pusat kota. Gerakan pembangunan kota yang lebih tertata apik, sebagai respon terhadap perubahan social yang didukung oleh perkembangan teknologi. melahirkan penyelenggaraan sekolah jadi lebih baik.

Perkembangan spektakuler dimunculkan melalui gagasan Sir Ebenezer pada awal abad ke 20 (1919) melalui konsep Taman Kota (The Garden City Concept) yakni kota yang didisain dengan memperhatikan kesehatan, baik pada tempat tinggal, industry, maupun perkampungan. Kota dipenuhi taman-taman sambil tetap memprediksi kemungkinan masalah-masalah di perkotaan. Kemudian Howards mengembangkan konsep ini dengan memasukkan fungsi-fungsi fisik, social, dan ekonomi, mempadukan pola perkotaan dan perkampungan untuk meningkatkan kesejahteraan warga kota dan warga kampong. Beberapa konsep taman kota adalah sebagai berikut.

a.       Kota ukuran sedang untuk industry dan perdagangan, lokasinya berdekatan dengan wilayah pedesaan dengan prasarana yang baik dan menyatu dengan komunitas;

b.      Dibuat akses antara tempat tinggal, tempat bekerja, pertokoan, dan pusat-pusat kebudayaan;

c.       Pembatasan jumlah penduduk (bukan penyebaran penduduk) terkait penyediaan saran ataman-taman, tempat rekreasi, dan lampu-lampu jalanan;

d.      Pembangunan kantor-kantor yang didasari keharmonisan bangunan dan letaknya di perkotaan;

e.       Perencanaan system komunikasi internal maupun eksternal;

f.        Penggabungan kepemilikan melalui kombinasi kepemilikan individu dan kepemilikan perusahaan.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya terkait konsep taman kota ini adalah adanya tanah-tanah milik publik untuk pengembangan kota, kualitas dan keberlanjutan pembangunan kota.   

 

Semakin panjang jangka waktu pembangunan kota dan pembangunan pendidikan yang dirancangkan semakin dituntut gambaran sinergis perencanaan dua  bidang tersebut.

 

Pada jaman Modern apresiasi dapat ditunjuk pada Uni Soviet, kemudian meluas sesudah Perang Dunia II ke negeri Barat dan kemudian baru ke Negara-negara dunia ketiga. Perencanaan pendidikan awalnya dalam bentuk praktek tanpa teori. Tapi praktek kemudian menjadi pedoman belajar dan mengetahui yang menuntun pada teori, konsep, pendekatan, dan metodologi yang kemudian berkembang melalui proses trial and error. Kemudian teori-teori tersebut memperkaya praktek. Dalam kaitan ini penting untuk diketahui perbedaan perkembangan perencanaan pendidikan diantara Negara-negara sosialis, kapitalis, dan Negara-negara berkembang.

Kedudukan Perencanaan Pendidikan pada setiap pemerintahan memiliki keragaman, sesuai dengan sistem sosial politik negaranya. Walau para perencana pendidikan memiliki tugas dan tanggungjawab yang kurang lebih sama, namun kedudukan Perencanaan Pendidikan pada setiap pemerintahan berbeda-beda. Hal ini terkait dengan sistem sosial politik negaranya. Di negara-negara sosialis tahun 80-an, seperti Rusia dan China, Perencanaan Pendidikan merupakan bagian integral dari peran pemerintah dalam memanajemen dan merencanakan sistem produksi. Pembangunan ekonomi, mereka koresponden sikan dengan rancangan jenjang pendidikan yang mensuplai tenaga kerja yang diperlukan. Hal ini berbeda jauh dengan masyarakat kapitalis di negara-negara Amerika Utara dan Eropa Barat. Mereka memiliki perencanaan pembangunan secara umum (general) dan Perencaan Pendidikan merupakan bagian (particular) yang meng ikuti perencanaan umum tadi. Teorinya adalah perlunya keseimbangan pasar yang ditentukan oleh supply and demand. Karena itu manakala terjadi intervensi pada suatu bagian kenegaraan, bukan saja hal ini dianggap berlebih-lebihan (redundant),  tapi juga kontra produktif. Namun demikian, akhir-akhir ini terdapat  langkah positif perencanaan ekonomi dan pendidikan di negara Barat, seperti Jerman dan negara-negara federal di AS. Sementara Perancis masih meragukan perencanaan yang memperhadap-hadapkan masyarakat dengan ekonomi.

Dalam banyak negara dunia ketiga tahun 1970-an, perencanaan (pembangunan) umum dan perencanaan pendidikan, baru berfungsi sebagai kegiatan yang menandakan diri sebagai negara merdeka (independent government). Mereka mengadopsi perencanaan dari negara maju dalam rangka memanfaatkan dua keadaan. Pertama, pemanfaaatan sumber daya seefektif dan sesistimatik mungkin, dan kedua, meminta bantuan organisasi internasional yang menilai dengan melihat perencanaan pendidikan dari sisi  rasionalitas dan pertanggung jawaban. Baik World  Bank maupun Unesco keduanya merupakan promotor utama bersama pemerintah Perancis dan Ford Foundation untuk menetapkan IIEP (International Institute for Educational Planning) di Paris sebagai sumber pelatihan dan sumber para ahli bagi para perencana negara berkembang mengembangkan negerinya.

C. Tujuan dan Bentuk Perencanaan Pendidikan

Satu hal yang sangat penting dalam perencanaan pendidikan, baik dilihat dari segi teori maupun praktek adalah parameter dalam dan luar dari perencanaan. Demikian juga berkenaan dengan identifikasi dan proyeksi pengembangan pendidikan sebagai hasil dari keputusan politik yang sifatnya nasional dari tujuan pendidikan. Suatu keputusan politik mengenai pemba ngunan pendidikan (pend. dasar sembilan tahun umpamanya), akan memiliki beberapa implikasi. Dapat dicontohkan umpamanya  implikasi terhadap pengangkat an jumlah guru dan jumlah bangunan yang diperlukan. Pada gilirannya hal ini berkaitan dengan penentuan terhadap kebutuhan finansial dan sumber financial, yang untuk pengadaannya kadangkala tidak dapat dipenuhi sekaligus dan karenanya harus disebar kepada beberapa periode pembangunan tertentu.

Hal yang juga sangat penting dalam perencanaan pendidikan adalah menegaskan hubungan antara pengem bangan sistem pendidikan dengan pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Dalam konsep ini, tugas perencanaan pendidikan adalah membuat proyeksi masa depan dari sistem pendidikan sebagai upaya merespon secara optimal kondisi eksternal, tantangan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Hal yang sangat penting dalam kaitan ini adalah penyusunan perencanaan pendidikan yang didahului oleh proyeksi kebutuhan ekonomi dengan melatih SDMnya. Kemudian sistem pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi link and match antara “para lulusan” dengan kebutuhan SDM baru.

Model perencanaan ini membutuhkan persyaratan instrumen pendidikan yang terkait dengan ummat atau masyarakat. Di sini memang perlu ditegaskana bahwa perencanaan pendidikan berperan  dan sesungguhnyalah didefinisikan sebagai instrumen yang dapat membuat kontribusi khusus dan maksimal bagi pencapaian tujuan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

D. Definisi Perencanaan Pendidikan

Pendefinisian suatu terminologi merupakan suatu kegiatan yang kadang cukup membingungkan dan karena itu jadi melelahkan, terlebih pada term-term yang kurang dikenal.  Ada kalanya jargon, issue, atau opini umum dijadikan definisi, dan karenanya tidak memenuhi tugas dan fungsi suatu definisi sebagai upaya mendeskrip sikan suatu substansi (barang, kegiatan atau institusi yang didefinisikan) secara persisi dan representatif. Suatu definisi yang tidak memenuhi tugas dan fungsinya, akan menjadikan komunikasi ilmiah (dan malah komunikasi sosial) kurang berjalan dengan baik.

Karena itu definisi yang persisi merupakan sesuatu yang penting. Sebagai pendidik, yang diperlukan adalah kewaspadaan atau kehati-hatian, supaya tidak salah memahami langkah-langkah lanjutan dari suatu pendefinisian. Karena melalui definisi, orang membuat konstruksi awal dari berbagai tindakan selanjutnya. Dengan demikian akan terbuka peluang berbeda atau malah berbenturan program dan agenda kegiatan manakala definisi awalnya berbeda. 

Namun manakala kita sadar sejak awal ada definisi yang pada substansinya tidak berbeda (walau mungkin berbeda pada tingkat formulasi kalimat), maka sedikitnya kita akan dapat meminimalisasi perbedaan tahapan kegiatan atau perbenturan program/agenda kegiatan tersebut.  

Pada umumnya terdapat dua macam pendefinian, yakni definisi terminologi dan definisi sosiologi atau operasional. 

Pada definisi terminologi digambarkan hakikat persisi dari maksud suatu peristilahan dengan melihat akar kata, bukti-bukti otentik makna kata pada prasasti, buku, peraturan-peraturan, atau penggunannya pada saat term atau istilah tersebut mulai digunakan.

Definisi sosiologi atau operasional adalah definisi yang menggambarkan penggunaan term tersebut pada saat kegiatan (studi, dialog, penelitian, atau pengajaran) dilakukan. Sebagai contoh dapat dikemukakan umpamanya term provokasi. Secara terminologi istilah tersebut tidak harus selalu dimaknai negatip, sebab dapat berarti membangkit kan atau kegiatan yang bersifat merangsang, artinya berupa upaya mendorong atau memotivasi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan kreatif  yang bersifat terobosan dalam kebuntuan[2]. Namun seorang peneliti ilmu sosial dapat saja pada suatu kegiatan penelitian di tempat dan waktu tertentu memberikan definisi operasi onalnya sebagai upaya mengobarkan kerusuhan sosial.

Idealnya definisi terminologi dan definisi operasional tersebut memiliki kaitan makna diantara keduanya sehingga  para pembaca selanjutnya tidak kehilangan asosiasi dalam menangkap ide atau konsep yang dikemukakan penulis/peneliti.

Definisi. Dalam hal definisi perencanaan, Kaufman[3] menyatakan Plan is  a projection of what is to be accomplished  to reach valid and valued goals, sedangkan Koontz at all[4] menegaskan the purpose of every plan and all derivative plans is to facilitate the accomplishment of enterprise purpose and objective. Sudah barang tentu manakala hal itu dibuat oleh suatu lembaga semisal lembaga pendidikan, hal itu memerlukan keputusan penentu kebijakan. Inilah yang menjadi perhatian utama Fakry Gaffar yang menyatakan bahwa perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan[5]. Dalam perencanaan diperlukan kemampuan berimajinasi orang per orang atau kelompok tentang keberadaan masa depan, khususnya mengenai lingkungan pendidikan dan komunitas manusia. Dalam kaitan inilah seorang perencana perlu memahami nilai-nilai, tujuan-tujuan, dan struktur sosial komunitas yang akan dijadikan sasaran perencanaanna.  Senada dengan ini diungkapkan Banghart and Trull yang menyatakan "it is conceptual designing on which decisions and actions by groups may be made" Banghart and Trull membedakan perencanaan dengan rencana. 'Preparing to do' is called planning, and 'communicating what is to be done' is called a plan. Sementara menurut Harvey S Perloff and Benyamin Handler, "planning as blending of procedure and content", yang di dalamnya terliput saling hubungan antar penduduk, objek phisik, dan kekuatan lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa "planning is concerned with the conservation of resources" juga di dalamnya "must include such characteristics as economics, politics, social factors, budgeting and patterns of living[6]. Dengan melihat beberapa definisi dan kandungan yang tersirat di dalamnya, dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah keputusan menetapkan formulasi kegiatan yang baik, benar, argument jelas, sistimatis, yang diproyeksikan untuk mencapai tujuan yang valid dan bermakna, sesuai kebutuhan subjek sasaran perencanaan.

Dimensi. Menurut Banghart and Trull[7], terdapat sembilan  dimensi bagi terbentuknya perencanaan yang komprehensif dan efisien.

Pertama, signifikansi (significance). Tingkatan signifikansi tergantung pada kepentingan masyarakat menentukan tujuan, garis besar, dan kriteria evaluasi pendidikan. Hal ini harus jelas supaya para pemerhati mudah mengobservasi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan pendidikaan.

Kedua, fisibility (feasibility). Hal ini terkait dengan otoritas politik, peluang teknologi, estimasi pembiayaan,  serta aspek-aspek lain berdasarkan pertimbangan yang realistik.

Ketiga, Relevan (relevance). Karakter utama dari relevansi ini adalah kesesuaian dengan tujuan, peluang untuk diteraplaksanakan, kecocokannya sebagai pemecahan masalah yang dihadapi, disamping merupakan gambaran dari optimalisasi proses untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik.

Keempat, kepastian (definitiveness). Hal ini terkait dengan sebanyak-banyaknya identifikasi program berdasarkan  pemikiran yang paling argumentatif. Untuk memperolehnya dapat melalui simulasi, sehingga perencanaan yang reelnya bertumpu kepada data yang dapat dipercaya.

Kelima, Hemat (parsimoniousness). Prinsip perencanaan adalah "should be outlined in the simplest manner". Penerapan prinsip ini adalah perencana harus memilih yang paling efisien diantara berbagai macam solusi yang dimungkinkan.

Keenam, sesuai (adaptability). Perencanaan pendidikan merupakan kegiatan yang dinamik, dan karenanya harus dalam keadaan siap berubah sesuai dengan masukan informasi pada sistem yang dikembangkan. Melalui kemungkinan berbagai macam proses,  perencanaan yang fleksibel dapat dirancang bangun.

Ketujuh, masa depan (time). Terdapat beberapa faktor penting terkait dengan masa depan. Pertama, watu merupakan silus alamiyah, kedua, kebutuhan untuk berubah sesuai dengan berlalunya waktu, ketiga, ada batas target waktu yang harus ditentukan dalam perencanaan, keempat, waktu juga mempengaruhi kemampuan menilai kebutuhan pendidikan terkait dengan kehidupan masa depan.

Kedelapan, monitoring. Kegiatan ini terkait dengan penilaian efektivitas pelaksanaan perencanaan. Monitoring terkait kepada dua aspek. Pertama keperluan ruang, waktu dan biaya manakala dikehendaki efektftasnya, kedua, manakala kegiatannya ingin lancar, prosedur harus ditetapkan, dan tentu saja hal ini memerlukan argumen yang tegas dan jelas.

Kesembilan, Materi utama perencanaan (Subject Matter), terdiri atas:

(a) tujuan dan sasaran, yakni output utama dari proses pendidikan dari seluruh bahan ajar.

(b) program dan pelayanan, yakni bentuk pengorganisaasian aktivitas belajar dan daya dukungnya.

(c) Sumber Daya Insani (SDI), yakni pengembangan kinerja, interaksi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, pertumbuhan dan kebahagiaannya.

(d) Sumber Daya Phisik, yakni penggunaan fasilitas, bentuk distribusi, cara memperolehnya, serta pemanfaatannya.

(e) Pembiayaan. Hal ini terkait dengan pengeluaran dan rencana perolehannya terkait dengan penggunaan SDI dan SDPhisik dalam system persekolahan.

(f) Struktur pengorganisasian, yakni cara mengorganisasi dan mengatur kegiatan dan pengawasan program dan aktivitas pendidikan, dan

(g) konteks social, yakni sumber-sumber yang harus terlibat dalam system pendidikan. Perlu ditegaskan di sini bahwa pendidikan merupakan miniature dari sistem sosial yang melibatkan berbagai elemen social dalam suatu komunitas.

 

 

E. Kendala Perencanaan

Kendala atau rintangan yang muncul dalam kegiatan perencanaan pendidikan, pada umumnya  terkait dengan politik, ekonomi, dan waktu. Secara umum dapat dikatakan, bahwa kendala proses perencanaan pendidikan pada tingkat organisasi pemerintahan yang lebih bawah biasanya lebih besar dibanding halangan yang dihadapi tingkat pemerintahan diatasnya. .Rintangan tersebut kecenderungannya bersifat politis atau kebijakan hasil politisasi. Dalam kaitan ini maka perencanaan pendidikan seharusnya memerankan pemberian alternatif kebijakan atau menekan penentu kebijakan paling rendah atau paling awal untuk mensupport kebijakan yang lebih umum. Sekilas seperti merupakan dua hal yang bertentangan antara kebijakan dan perencanaan. Kebijakan biasanya sarat nilai sedangkan perencanaan lebih ke tehnis.Tabrakan ini dapat dihindari manakala perencanaan dan kebijakan diletakkan dalam garis  kontinuitas. Maksudnya dalam janagka panjang perencanaan yang bersifat teknis dan exsisting tersebut diletakkan dalam rangka berangkat dan menuju pada kebijakan yang lahir dari nilai-nilai tersebut. Cara meletakkan nya terdapat pada hirarki struktur dan penentuan administrasi yang menunjang penentuan kebijakan.

Halangan lain yang cukup besar adalah adanya keterlibatan orang-orang dari berbagai disiplin ilmu. Selain akan memperbanyak pengeluaran biaya, hal ini juga akan menghamburkan waktu cukup panjang.  Dalam kaitan ini, dalam rangka effektivitas pembiayaan dan waktu, maka koordinasi terhadap setiap bagian yang terlibat harus diusahakan pada tiap level organisasi perencanaan. Koordinasi ini jadi demikian penting, manakala diingat bahwa perencanaan ini harus dapat diterap laksanakan secara fleksibel dan berkelanjutan. Bila tidak, maka perencanaan akan brsifat sporadik, dan hasilnya malah kekacauan.

Definisi Operasional. Perencanaan Pendidikan  merupakan suatu proses kegiatan, yang disusun dan dikerjakan sebagai berikut.

(a) pengumpulan informasi yang valid tentang pikiran-pikiran alternatif suatu tindakan, dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan;

(b) kegiatan monitoring pendidikan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan;

(c) mengoperasionalkan tujuan jangka panjang, tujuan akhir, program antara (intermediate programs) pada program implementasi tahunan;

(d) pengujian dan pemurnian tujuan pendidikan;

(e) Review berkelanjutan antara rintangan dan kebutuhan pendidikan dan pemenuhan kebutuhan;

(f) Menetapkan daftar kebutuhan untuk menentukan proses pengumpulan, evaluasi, dan proyeksi informasi;

(g) Penyesuasian perencanaan pendidikan pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat;

(h)   merupakan alat perusahaan yang meliputi

(1) Planning Programming Budgeting System (PPBS);

(2) Analisis dan sintesis system;

(3) Schedule jaringan kerja;

(4) Sistem Informasi Manajemen(SIM atau MIS);

(5) Model dan simulasi;

(6) Analisis lingkungan dan perhitungan kebutuhan;

(7) Keuntungan biaya dan analisis efektivitas biaya;

(8) Manajemen dan system control;

(9) Tehnik perencaan pendidikan atau operasional riset[8].

F. Isi Suatu Perencanaan

Secara berurut suatu perencanaan akan mengan dung beberapa hal sebagai berikut.  

1. spesifikasi tujuan yang hendak dicapai, malah dapat dikatakan membuat perencanaan berawal dari mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai;

2. cara yang akan ditempuh untuk mencapai nya;

3. gambaran masa depan yang diinginkan;

4. gambaran kesenjangan antara masa depan dan keadaan sekarang;

5. gambaran jenis dan opsi usaha-usaha yang sistimatik dengan tahapan-tahapan dan tolok ukur pencapaiannya;

6. memilih opsi terbaik dari berbagai macam pilihan tersebut di atas;

7. memerinci kegiatan, bahan, waktu, SDM, biaya, serta sumber dana yang dimungkinkan dari opsi yang diputuskan.

Dalam pada itu beberapa indikator kegiatan pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut.

1.        Kegiatan pengembangan kemampuan, sikap, dan berbagai nilai positif perilaku dalam masyarakat tempat hidup seseorang atau kelompok yang akan dididik.

2.        Optimalisasi kemampuan terdidik. Kemam puan pada ranah cognitif, affektif, dan psikomotorik yang telah mencapai standar tertentu, biasa disebut  kematangan professional. Sedangkan kemampuan Optimal menguasai ranah normatif (super ego, dalam teori Sigmund Frued) merupakan aspek kedewasaan jiwa yang bentuk tindakannya berupa perilaku bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang dianut  atau disepakati masyarakat tempat kemampuan tersebut didedikasikan.

3.        Dalam kaitan inilah pendidikan biasa dikatakan sebagai proses sosial  tempat seseorang dikontrol, diseleksi, serta dikembangkan kemampuaan sosial dan potensi pribadinya secara optimal[9].

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  perencanaan pendidikan adalah proses menetapkan tujuan, menyiapkan fasilitas dan lingkungan, serta mengidentifikasikan prasyarat, cara tindak yang efisien dan efektif bagi pengembangan manusia supaya memiliki kemampuan individual dan sosial yang optimal[10].

G. Indikator Ilmu Perencanaan Pendidikan

Beberapa indikator yang menjadi ciri ilmu perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut.

1. ia merupakan cabang ilmu yang berhubungan dengan masa depan;

2.  kegiatannya adalah mendeskripsikan apa yang terjadi pada masa lalu, (studying what has been) dan apa yang akan atau seharusnya terjadi pada masa yang akan datang (studying what should be);

3. berfungsi sebagai pola dasar (blue print) kegiatan dan pembimbing bagi penentuan metode dan cara tindak mencapai tujuan;

4.  masa depan yang cepat berubah tidak sesuai dengan prediksi, menunjukkan bahwa perencanaan pendidikan dapat diperbaiki atau dikembangkan. Prakteknya adalah saat pelaksanaan perencanaan tahap pertama, sekaligus dilakukan pencatatan umpan balik bagi pelaksanaan tahap kedua dan demikian seterusnya.

5.  Supaya perencanaan berjalan dengan baik, maka seorang perencana harus melihat suatu item (bagian kegiatan pendidikan) perencanaan dari berbagai sudut pandang sehingga perlakuan terhadap item memiliki ketepatan yang persisi. Suatu bagian kegiatan dilihat dari berbagai segi serta implikasinya terhadap berbagai hal dalam kehidupan social. Hal ini penting supaya tidak terjadi kegagalan pendidikan, sebab anak didik hanya sekali jalan menghidupi suatu waktu dan tempat kehidup an (einmaleg). Dari sudut pandang inilah seorang perenca na pendidikan wajib mengetahui system pendidikan.  

H.  Fungsi Perencanaan Pendidikan

Bertolak dari definisi tersebut, maka dalam perencanaan diperlukan pembuatan keputusan, yang  baik dan benar, dengan argumen yang jelas, sistimatis, dan sesuai dengan kebutuhan subjek yang jadi sasaran perencanaan. Pembuatan keputusaan dalam perencanaan untuk mengendalikan tujuan kegiatan serta gambaran kehidupan masa depan. Terdapat minimal empat fungsi utama perencanaan pendidikan.

Pertama perencanaan sebagai pembuat perubahan keadaan (hidup/suasana/barang/lembaga) masa sekarang ke masa yang akan datang. Karena itu seorang perencana harus dapat menggambarkan secara persisi keadaan masalah saat sekarang (as is) serta arah dan sasaran yang akan dituju dan harus jadi (to be) masa yang akan datang. Dalam fungsinya yang demikianlah, perencanaan dikatakan sebagai alat perubah atau alat pengendali perubahan, alat pembangunan (tool of development).

Kalau diasumsikan perubahan tersebut adalah esensi dari pembangunan dan pembangunan esensi dari perubahan, maka perencanaan dan pembangunan merupakan dua hal yang menyatu, one coin with two faces. Karena itu argumen rasional yang melandasi kegiatan perencanaan hendaklah mempadukan tujuan pembangunan atau kelembagaan di satu sisi serta realitas kemampuan lapangan[11] pada sisi lain. Hal ini harus betul-betul disadari sebab pada ujung-ujungnya perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dapat dilaksanakan di lapangan. Dalam kaitan inilah seorang perencana harus memikirkan proses implementasi dari rancangan program pembangunan yang dibuatnya.

Kedua,  hakikat dari perencanaan pendidikan adalah mencapai optimalisasi efisiensi dan efektivi tas dalam memecahkan persoalan pendidikan. Tujuannya supaya tumbuh kepercayaan terhadap dunia pendidikan, artinya apa yang direncanakan disesuaikan dengan fakta riil di lapangan. Tujuan lainnya adalah menentukan bentuk-bentuk tindakan pendidikan yang cocok pada masa yang  akan datang. Inilah sesungguhnya esensi perencanaan.  Selain itu efisiensi dan efekstivitas juga bertujuan supaya secara rational stake holder menyetujui tindakan pendidikan yang akan dilaksanakan.  

Ketiga, membangun manusia pembangunan. Ideal tujuan pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya, yakni manusia yang dapat membangun. Artinya pendidikan harus dilihat pada kedua aspeknya sekaligus, yaitu manusia pembangunan sebagai produk pendidikan, dan proses pendidikan  sebagai proses pembangunan. Tegasnya pendidikan adalah kegiatan membangun manusia pembangunan. Hal ini sesuai dengan apa yang sempat dikatakan Faludi bahwa pembangunan dapat dilihat sebagai suatu hasil dan pembangunan sebagai suatu proses[12].

Keempat, membanguan teknik atau administrasi pendidikan. Termasuk ke dalamnya kegiatan pencarian, pemrograman, rekayasa, pembiayaan, mencermati peraturan-peraturan, dlsb.nya. Sebagai suatu kegiatan, perencanaan  dipastikan tersusun dari berbagai bagian kegiatan, namun semuanya harus diarahkan kepada sasaran yang sama. Untuk itu diperlukan keterkaitan atau kerjasama antar bagian yang walaupun masing-masing dapat bekerja secara mandiri namun tetap dalam kerangka kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada kebutuhan bersama. Inilah yang dalam bahasa Kaufman (1972:01) disebut system yakni “the sum total of parts working independently and work ing together to achieve required result or outcomes, based on needs”.

Persoalan yang biasanya muncul dalam hal kerja sistemik adalah

(a) intensitas kebersamaan;

(b) penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan betul-betul relevan, dan

(c) keterarahan sistem sebagai jawaban terhadap tantangan yang dihadapi.

Banyak program kegiatan kepentingan publik  yang disusun secara sistemik, namun ternyata tidak menjawab realitas tantangan masyarakat. Dalam dunia pendidikan hal demikian dapat dilihat kegiatan Depdiknas 1980-1990-an berkenaan dengan program formalisasi CBSA, program sertifikasi D2 atau D3 guru-guru, program peningkatan seragamisasi Kurikulum Dikdasmen, dan dalam dimensi makro termasuk pelaksanaan atau tindak lanjut dari UU Sisdiknas 20/2003.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan perencanaan diproses melalui upaya-upaya sebagai berikut.

(1) memformulasikan tujuan kegiatan dan

(2) keputusan menentukan cara-cara mencapai tujuan tersebut. Kedua hal ini jadi sangat strategis dalam perencanaan, karena dari keduanya memunculkan,

(a) rancangan struktur organisasi,

(b) jumlah dan keterampilan SDM yang akan direkrut, 

(c) kualifikasi kepemimpinan dan para pejabat pembantunya,  

(d) ukuran efisiensi dan efektivitas kerja, serta supaya ada jaminan berjalan dan berhasilnya perencanaan, juga harus ada  

(e) kelengkapaan standar pengawasan dan ukuran pencapaiannya[13].



[1]  Dimaksud dengan tulisan QS 2:30 adalah Qur-an Suci surat ke dua ayat ketigapuluh.

[2]  Sebagai kata sifat (provocation) dimaksudkan sebagai kegiatan “yang merangsang untuk bertindak”. Ditambah act  artinya teguran yang merangsang untuk bertindak (lihat Echols, John M. dan Hassan Shadily dalam Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1986, hal.454)

[3]     Kaufman, (1972: 8)

[4]     Koontz at all (1984:103)

[5]  Fakry Gaffar, Mohammad, (1987) Perencanaan Pendidikan : Teori dan Metodologi, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti, hal. 14. 

[6]     Banghart and Trull, p. 7-9.

[7]     Ibid, p.10-11

[8]  Lihat Banghart, hal. 13-14.

[9] Good, CV (ed) (1959) Dictionary of Education, New York: McGraw-Hill  Book Company. P.191;

[10]  Ibid, juga lihat Coombs, Philip. H. (1968) The World Educational Crisis, New York, Oxford University; dan Depdikbud (1982/83), Perencanaan Pendidikan, Jakarta, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi, hal.3.

[11]  Faludi, Andreas (1984 Planning Theory. Oxford. Pergamon Press,p.5) mengutip  McLoughlin yang menegaskan pentingnya pengamatan cermat terhadap lokasi sasaran sebagai dasar dari kegiatan perencanaan.

[12]   Faludi, Andreas , ibid, p.40.

[13]   Lihat Koontz at all p.103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN