Kamis, 19 Mei 2022

SISTEM PENDIDIKAN SAUDI ARABIA (ARAB SAUDI)

 

SISTEM PENDIDIKAN SAUDI ARABIA

I.       Latar Belakang

Pada abad kesembilan masehi, semenanjung Arab terlepas dari kekuasaan Bani Abbasiyyah. Sejak saat itu, situasi di seluruh kawasan itu selalu tidak stabil. Pada abad ke-16, kawasan Arab dikuasai oleh Kesultanan Utsmani. Sejak pertengahan abad ke-17, keluarga Al-Saud memulai upayanya untuk menguasai kawasan Jazirah (kepulauan) itu dan upayanya itu mencapai klimaks di awal-awal abad ke-20.

Saat perang Dunia kedua berlangsung, keluarga Al-Saud membangun hubungan yang sangat baik dengan Inggris. Setelah berakhirnya perang tersebut  (yang disertai dengan bubarnya kesultanan Utsmani) secara keseluruhan Arab meraih kemerdekaannya. Saat itu, ada dua kekuatan besar di Semenanjung Arab, yaitu keluarga Al-Saud dan Syarif Husein bin  Ali yang menjadi penguasa kota Makkah. Terjadilah peperangan antara keduanya yang berakhir dengan kemenangan keluarga Al-Saud.  Sejak saat itulah, keluarga Al-Saud menancapkan kekuasaannya di seluruh Semenanjung Arab,  (http://www2.irib.ir/worldservice/).

Kerajaan Arab Saudi berdiri pada tanggal 23 September tahun 1932 atau dikenal dengan nama The Kingdom  of Saudi Arabia. Negara ini lahir ketika Abdul – Azeez Ibn Abdur-Rahman al -saud  dan Sultan Najd serta pengikutnya menyatukan kedua bagian negaranya di bawah satu administrasi dan satu nama, (http://www2.irib.ir/worldservice/).

Istilah Saud sesungguhnya berasal dari nama sebuah rumah Saud yang berkuasa. Rumah atau istana Saud telah berkuasa sejak tahun 1744 ketika berdirinya Muhammad ibn Saud, Emir atau penguasa daerah Diri’iyah, sebuah negara kecil setengah merdeka di Najd (daerah Arab tengah) mulai memasuki aliansi politik-religius dengan Muhammad Ibn Abdul Wahhab, seorang reformis Muslim fundamentalis.

Aliansi ini memberikan pengakuan hukum, dukungan kepada daerah Saudi dan reformis fundamentalis dalam rangka jihad memurnikan keimanan dan melenyapkan segala prektek-praktek kotor yang dianggap sebagai bagian dari modernisasi.

Saudi Arabia mencakup sebagian besar semenanjung Arab, dari luas semenanjung Arab yang mencapai kurang lebih 3 juta kilometer persegi, 2,200,000 kilometer persegi merupakan daerah Saudi Arabia. Negara ini berbatasan dengan teluk Persia, Qatar dan negara persatuan Emirat Arab di sebelah timur: dengan negara Oman dan Yaman di Selatan ; laut Merah dan Teluk Aqaba di sebelah Barat serta dengan Jordan, Iraq dan Quait di sebelah Utara. Penduduk Saudi Arabia kurang lebih 21,504,613 jiwa (Almanac 2000).

Saudi Arabia terbagi dalam tiga lahan tanah yang terbentang jauh dari ujung utara sampai jauh ke ujung Selatan.Tanah bagian timur menjadi propinsi Timur Saudi, lahan bagian tengah menjadi propinsi Tengah (Najd); lahan bagian Barat terbagi dalam dua propinsi: Propinsi Barat (Hijaz) dan Propinsi Selatan (Asser).

Saudi Arabia adalah salah satu negara yang curah hujannya relatif rendah, hanya mendapat hujan rata-rata 100 milimeter per tahun. Dalam catatan sejarah, Arab Saudi adalah tanah gersang, lingkungannya keras, kasar, dan semua itu merupakan pengaruh cuaca di negeri kaya minyak ini.

Lahan dan indutri minyak yang melimpah membawa dampak bagi perpindahan penduduk desa ke kota. Pada tahun 1970 sekitar 20 % penduduk diperkirakan tinggal di kawasan metropolitan (kota yang berpenduduk lebih dari 100.00 orang), 20 % di kota-kota kecil dan 60 % di daerah pedesaan. Penduduk Arab dikenal dengan penduduk yang hidup berpindah-pindah (Nomad) dari satu wilayah petanian ke wilayah pertanian lainnya

Sebelum produksi minyak menggeliat, pendapatan negara sangat minim. Sumber pendapatan negara banyak diperoleh dari kaum muslim yang menunaikan ibadah haji setiap tahun haji. Sebelum tahun 1938 (sebelum produksi minyak komersial menggeliat), pendapatan total pemerintah  tidak pernah melebihi US$ 5 juta setiap tahun (Cheney, 1958). Setelah tahun 1945, pemerintah menerima royalti minyak pertama yang cukup besar jumlahnya, US$ 20 juta. Pendapatan dari minyak semenjak itu meroket (Agustiar Syah Nur, 2000: 39).

Semenjak tahun 2005 Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud (Arab: عبد الله بن عبد العزيز آل سعود, lahir 1924) adalah Raja Arab Saudi yang ke-enam. Setelah tampil sebagai pangeran Abdullah, ia mencapai puncak kekusaan pada 1 Agustus 2005 sesaat setelah wafatnya Raja Fahd. Ia sudah tampil sebagai penguasa de facto dan dimungkinkan tampil menggantikan sebagai Raja Arab Saudi sejak tahun 1995 ketika Raja Fahd mengalami penurunan kesehatan akibat terserang stroke. Akhirnya, pada 3 Agustus 2005, ia menyandang gelar raja setelah wafatnya raja terdahulu, yang masih sanak saudaranya. Sebagai seorang anaknya, pangeran Mutaib ditampilkan sebagai wakil komando Dewan Garda Nasional Saudi (Saudi National Guard), (http://id.wikipedia.org/wiki/Portal).

 

II.    Politik dan Tujuan Pendidikan

Tahun 1954 menjadi tonggak sejarah perhatian pemerintah Arab Saudi terhadap dunia pendidikan. Terbentuknya Kementerian pendidikan sebagai rencana pembangunan nasional meneguhkan akan pentingnya peran pendidikan dalam membangun kualitas bangsanya. Tiga tujuan pendidikan menjadi fokus pemerintah Arab Saudi:

1.     Memberikan sekurang-kurangnya pendidikan dasar bagi seluruh penduduk

2.     Mempersiapkan murid-murid dengan berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi yang terus berubah

3.     Mendidik anak-anak dalam kepercayaan, praktek, nilai-nilai serta kebudayaan Islam

Menteri pendidikan dibentuk pada tahun 1954 menggantikan Direktorat Jenderal Pendidikan yang semenjak tahun 1926 bertugas mengurus semua kegiatan kependidikan. Sebelum tahun 1926, upaya-upaya pendidikan sangat terbatas pada sekolah-sekolah pengajian Al-Qur’an (kuttabs) yang mengajarkan dasar-dasar keagamaan, membaca dan berhitung. Perdagangan dan kerajinan diajarkan melalui praktek pemagangan. Pemberian beasiswa sangat terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat keagamaan dan diberikan kepada siswa-siswa yang betul-betul berbakat dari Khuttab. Mereka melanjutkan pendidikannya dalam bidang bahasa Arab dan hukum-hukum Islam (Shariat) dengan mengikuti kuliah-kuliah yang lebih khusus pada ahli yang sudah terkenal dalam bidangnya.

Upaya-upaya untuk mengajarkan bidang-bidang ilmu yang lebih bersifat keduniaan (secular) dimulai akhir tahun 1800-an oleh para Muslim filantropis yang datang dari daerah lain. Beberapa sekolah semi-sekular didirikan di Al-Hijaz, propinsi Barat Saudi Arabia. Pada tahun 1926 (ketika Direktorat Jenderal pendidikan didirikan), Saudi memiliki sekitar 12 buah sekolah jenis ini dengan jumlah siswa kira-kira 700 orang (jamal, 1995). Hampir 25 tahun kemudian, dalam tahun 1950-51 Saudi memiliki 325 buah sekolah pemerintah dan 40 buah swasta dengan jumlah siswa sekitar 42,000 orang (Twitchell, 1953 dalam Al-Baadi, 1995), (Agustiar Syah Nur, 2000: 41-42).

Laju perkembangan pendidikan di Arab Saudi relatif masih belum punya pengaruh terhadap pesatnya kemajuan globalisasi. Berdasarkan hasil sebuah penelitian yang disusun oleh The International Ranking Experts
Group dan the Institute for Higher Education Policy di Washington (2006) menunjunjukkan bahwa hanya satu universitas Arab dari 3000 universitas di
seluruh dunia- dan itu pun berada di daftar terbawah. Tidak sulit untuk
menyimpulkan bahwa universitas-universitas di Arab tidak memenuhi
standarinternasional.

Para lulusan Arab  merasa kian tidak beruntung saat mereka masuk ke
dunia kerja, di mana keterampilan mereka kerap tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja. Misalnya saja, di Arab Saudi , sekitar 5,5 juta pekerja asing memainkan peran penting dalam perekonomian -khususnya dalam bidang jasa dan perminyakan. Namun, meskipun pemerintah punya kebijakan agresif untuk
mendorong tenaga kerja berkebangsaan Saudi, angka pengangguran resmi
(dan tetap) dari pria Saudi adalah 13 persen, dan banyak pakar
Independen percaya bahwa angka tersebut sebenarnya sekitar 25 persen.

Investasi substansial selama beberapa tahun yang dijalankan oleh
pemerintah Saudi belum memberikan hasil yang menggembirakan. Hasil
Saudi serupa dengan hasil di banyak negara teluk. Statistik
menunjukkan bahwa para lulusan kerap tidak mampu berintegrasi dengan
baik ke dalam ekonomi nasional. Para pemimpin harus mempertanyakan
relevansi pengalaman  pendidikan yang mereka sediakan.

Meningkatkan pendidikan tinggi di dunia akan jatuh pada
mereformasi kurikulum dan meningkatkan ekspektasi (harapan) guru pada para
pelajar, tidak hanya di tingkat universitas, tapi juga di tingkat
sekolah dasar dan menengah. Ketika sejumlah tes berstandar
internasional dilangsungkan, 20 persen pelajar Arab di sekolah dasar
dan menengah mendapat nilai terendah dalam hal matematika dan sains (www.commongroundnews.org)

 

III.  Struktur dan Jenis Pendidikan

A.         Pendidikan Prasekolah (usia 4-7 tahun)

Pada tahun 1985-1986 ada sekitar 492 lembaga pendidikan prasekolah yang melayani 51.604 anak. Pada tahun 1989-90  jumlah TK meningkat menjadi 551 buah dengan jumlah anak 79.940. Jumlah ini diperkirakan akan melonjak disebabkan oleh tiga alas an; pertama, adanya efek headstar atau mulai lebih dulu, yaitu keyakinan orang tua bahwa memasuki TK akan membantu anak dalam belajat berikutnya. Kedua, jumlah ibu-ibu yang makin banyak memasuki lapangan pekerjaan. Ketiga, jumlah wanita lulusan perguruan tinggi yang tidak dapat pekerjaan mendorong pemerintah untuk membuka lebih banyak lembaga pendidikan prasekolah.   

B.          Pendidikan Primer (Primary Education)

1.      Sekolah Dasar

-          Jangka waktu          : 6 Tahun (Umur 6-12 Tahu)

-          Mata Pelajaran        : Bahasa Arab, pendidiksn seni, bahasa inggris, geografi, sejarah, ilmu kerumahtanggaan (untuk perempuan), matematika pendidikan jasmani (utk. laki-laki), studi Islam.

-          Ijazah                      : Syahadah al madaaris al ibtidaiyyah

2.     Sekolah Intermediate

-          Jangka Waktu : 3 Tahun (umur : 12 – 15 Tahun)

-          Mate Pelajaran : Bahasa Arab, pendidikan seni, bahasa inggris, geografi, sejarah, ilmu kerumahtanggaan, (perempuan), matematika, pendidikan jasmani (laki-laki), studi Islam.

-          Ijazah : Syahadah Alkafa’ Almutawassita

C.          Sekolah Menengah (Secondary Education)

1.           Sekolah Menengah Umum

-          Jangka waktu        : 3 Tahun (umur : 15 – 18 Tahun)

-          Mata Pelajaran      : Bahasa arab, biologi, ilmu kimia, bahasa inggris, geografi, sejarah, ilmu kerumahtanggaan (perempuan), matematika, pend. Jasmani, (laki2), dan Agama

-          Ijazah                    : Syahadah Almarhalah Altsanawiyah

2.         Sekolah Menengah Agama

-          Jangka       Waktu : 3 Tahun (Umur : 15 – 18 tahun)

-          Mata Pelajaran      : Bahasa arab, bahasa inggris, ilmu budaya, geografi, studi riwayat, studi agama

-          Ijazah                     : Syahadah altsanwiyah al ‘ammah lil ma’had al ilmiyah

3.         Sekolah Menengah Keterampilan

Jangka waktu    : 3 Tahun (umur : 15 – 18 tahun)

a.       Sekolah menengah teknik

b.      Sekolah menengah pertanian

c.       Sekolah menengah ekonomi

D.         Pendidikan Tinggi

1.      Akademik : (2 – 3 tahun)

-          akademi teknik

-          akademi keuangan dan perdagangan

-          akademi keguruan

2.      Universitas

-           Tingkat BACCALEREUS (4 – 8 tahun)

-           Tingkat MAGISTER (2,5 tahun)

-           Tingkat DOCTORAL (3 tahun)

E.          Pendidikan Orang Dewasa dan Non Formal

         Tujuan umum pendidikan ini ialah untuk menghilangkan keadaan buta huruf masyarakat Arab Saudi.  Pada tahun 1982 antara 70-80 persen penduduk Saudi diperkirakan tidak bisa membaca dan menulis (illetrate). Angka ini telah menurun menjadi 63 persen pada tahun 1999.

F.           Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus diintruksikan oleh pemerintah yang dikhususkan untuk warga Arab Saudi. Lembaga ini berada pada semua tingkat dan mendapat biaya penuh dari fihak pemerintah. Pada tahun 1989-1990 tercatat sebanyak 35 lembaga pendidikan khusus yang melayani 4.551 murid.

 

IV. Manajemen Pendidikan

A.    Otorita

Pada tahun 1989 – 1990, Saudi Arabia mempunyai murid 3.020.442 orang. Dari jumlah tersebut 47 % dikelola di bawah Kementerian Pendidikan, 3,9 % dikelola di bawah GAGE, 9,3 % dikelola oleh kementerian lainya, 4,3% dikelola oleh sekolah-sekolah swasta.

Kementerian Pendidikan mengelola sekolah Dasar, Menengah Pertama, Menengah atas pria dan juga lembaga khusus lainnya. Badan Administrasi Umum Wanita (GAGE) juga mengelola hal yang sama dengan Kementerian Pendidikan, yaitu pada beberapa fakultas pendidikan tinggi. Sedangkan Kementerian Pendidikan Tinggi mengelola universitas di seluruh Saudi Arabia.

Sebagian besar sekolah di Saudi Arabia dalam tiga tingkat pengelolaan yaitu, tingkat sekolah, tingkat distrik, tingkat nasional. Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab menjalankan operasional sekolah sehari-hari. Pada tingkat Distrik bertanggung jawab atas penempatan guru, mengatasi pertikaian antar guru dan kepala sekolah, pengaduan sekolah, logistik, dan lain-lain. Pada tingkat nasional, bertanggung jawab mengangkat personil, menetapkan kebijakan kurikulum, mengalokasikan dana, membuat perencanaan, melakukan pemilihan dan pencetakan buku teks, melaksanakan super visi dan mengadministrasikan berbagai upaya pendidikan.

B.     Pendanaan

Semua Pendidikan di Saudi Arabia gratis, bahkan untuk fakultas, perguruan tinggi agama, tehnik, kesehatan dan lainya, memberikan biaya hidup kepada mahasiswanya. Sejalan dengan hal ini pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan yang besar sekali sesudah tahun 1960-an. Hal ini cerminan dari dua factor yaitu meningkatnya pendapatan pemerintah melalui minyaknya dan karena perluasan upaya pendidikan. Meskipun upaya pemerintah begitu tinggi dalan meningkatkan mutu pendidikan, akan tetapi banyak sekali sekolah-sekolah yang belajar dengan menggunakan gedung-gedung sewaan misalkan pada sekolah tingkat dasar dan menegah tingkat pertama, kalau pun mereka tidak menggunakan gedung sewaan, mereka menggunakan fasilitas gedung yang sudah tidak layak pakai lagi. Pada tahun 1979 Kementerian Pendidikan menyebutkan bahwa pengeluaran pemerintah lima ratus real perkepala penduduk Saudi Arabia untuk pendidikan dan ini berarti empat ribu real persiswa. Pada tahun 1989-an angka ini meningkat dua kali lipat menjadi 7.451 (+  US $ 2000) persiswa dalam setahun.

C.     Personalia

Karena cepatnya perluasan pendidikan, menyebabkan pemerintah Saudi Arabia untuk mengambil tiga kebijakan, yaitu

·      Merekrut personil-personil asing yang kebanyakan dari negara tetangga.

·       Mempekerjakan staf pengajar dan administrasi yang latar belakang pendidikanya kurang memadai.

·       Membangun fasilitas pelatihan bagi personil Saudi.

Dalam rangka meningkatkan mutu mutu pendidikan, Pememerintah Saudi Arabia juga mendirikan Lembaga Pendidikan Guru. Sebagai calon pengajar pada tingkat sekolah dasar program ini berlangsung selama dua tahun dengan calan-calon siswa tamatan dari sekolah dasar. Kemudian program ini ditingkatkan menjadi tiga tahun dengan calon siswa dari sekolah menengah pertama. Adapun bagi yang sudah menyelesaikan pendidikan tinggi empat tahun atau dua tahun maka bisa mengajar pada sekolah menengah pertama dan atas.

Pada tahun 1989-1990 terdapat 127 lembaga pendidikan guru pada tingkat menengah yaitu 13 untuk pria dan 114 untuk wanita, dengan di bawah naungan pendidikan tinggi. Pada tahun yang sama terdapat 40 buah lembaga pendidikan guru pada tingkat pendidikan tinggi yang membuka program belajar selama dua tahun, kemudian ditingkatkan menjadi empat tahun. Lembaga ini terdiri 22 buah untuk pria dan 18 buah untuk wanita. Selain itu terdapat 6 fakultas dari berbagi universitas untuk pria dan wanita. Ada lagi 7 buah fakultas kependidikan dibawah naungan GAGE. Fakultas tersebut selain menjalankan pendidikan guru juga mengadakan training untuk guru-guru, kepala sekolah, supervisor dan lain-lain.

D.    Kurikulum dan Metodologi Pengajara

Kurikulum di Saudi Arabia banyak merujuk pada kurikulum negara tetangga dengan menekankan pada pendidikan agama terutama Mesir. Dengan menambah pendidikan manajemen  keluarga pada sekolah wanita dan pendidikan jasmani pada pria. Sekolah swasta diwajibkan mengikuti kurikulum yang sama pada sekolah negeri.

Dalam Negara ini terdapat kurikulum yang beragam baik Kementerian Pendidikan dan GAGE  mempunyai kurikulum yang berbeda, dalam pengimplementasian kurikulum dimonitor melalui berbagai cara, seperti melalui Kepala Sekolah, kunjungan para inspector dari kantor distrik, juga melalui ujian semester. Selain itu dalam sekolah-sekolah Saudi Arabia kebanyakan menggunakan sarana prasana yang terbatas. Guru-guru lebih menekankan pada hafalan. Dalam penyampaian materi menggunakan Bahasa Arabdari pendidikan dasar sampai atas. Di perguruan tinggi selain menggunakan Bahasa Arab sebagian juga menggunakan Bahasa Inggris terutama pada jurusan kedokteran, enginering dan ilmu alam. Buku-bukupun jarang yang menggunakan Bahasa Arab, para dosenpun harus menulis dalam Bahasa arab. Hal ini mengakibatkan pendakalan Ilmu Pengatahuan pada beberapa jurusan. Hubungan antara guru dan murid terjadi dalam bentuk formal. Organisasi orang tua  dan guru juga ada akan tetapi kurang berjalan dengan maksimal karena hanya bertemu satu atau dua kali dalam setahun.

E.     Ujian Kenaikan Kelas

Pada grade 1 sampai 12, tahun ajaran dibagi menjadi dua semester. Bahan ajaran untuk satu tahun dibagi dalam dua bagian. Setiap akhir semester diadakan ujian yang mencakup pelajaran  satu semester. Diakhir tahun nilai dua semester dijadikan satu, jika nilai tidak mencapai target tertentu pada salah satu mata pelajaran maka harus mengadakan ujian ulang di masa libur musim panas, jika gagal maka harus mengulang seluruhnya dan tidak naik kelas.

Dalam perguruan tinggi berlangsung system semester, tetapi pada beberapa universitas dipakai satuan kredit semester (SKS), maka mahasiswa yang gagal dalam satu mata kuliah maka tidak harus mengulang keseluruhan, hanya pada mata kuliah yang belum lulus saja dan mata kuliah itu hamya pada mata kuliah yang wajib. Akan tetapi pada tahun 1991 sistem SKS dihentikan kecuali pada King University of Petroleum and Minerals.

F.      Evaluasi dan Penelitian Pendidikan.

Pada tahun 1980-an terdapat perbaikan kwalitas penelitian pendidikan yang dilakukan para professor dan mahasiswa doctor pada fakultas pendidikan. Karena dapa pusat penelitian di Kementerian Pendidikan dan GAGE kekurangan dana maka hasilnya kurang maksimal dari segi kwalitas dan kwantitasnya. Adapun penelitian yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan pendidikan atau gelar.

Dalam kegiatan penelitian tidak ada peta penelitian. Lembaga-lembaga jarang yang memberikan biaya penelitian, bahkan tidak pernak mengusulkan judul penelitian, mereka memilih secara acak sehingga hasil penelitian secara sistematis tidak sempurna.

 

V.        Isu-Isu Pendidikan

            Saudi Arabia telah membuat progres yang cukup menakjubkan dari segi perluasan system pendidikannya. Namun demikian, berbagai masalah yang cukup serius berkembang sejalan dengan perluasan itu. Yang paling pokok diantara masalah masalah-masalah itu adalah sebagai berikut:

a.       Sementara janji-janji muluk untuk mengkoordinasikan upaya-upaya pendidikan dengan tujuan pembangunan selalu didengungkan, tetapi yang terjadi jauh dari kenyataan. Dalam Negara yang tergantung pada kemampuan teknis ekspatriat atau tenaga ahli luar, misalnya hanya 8,6% siswa sekolah menengah atas Saudi yang masuk sekolah kejuruan, dan hanya 2,6% mahasiswa yang terdaftar pada fakultas-fakultas teknik, dan hanya 20,6% mahasiswa yang di universitas yang mengambil bidang sains dan ilmu-ilmu terapan, sedangkan 79,4% berada dalam bidang humaniora dan bidang-bidang teori (al-Rasheed dan al-Baadi 1992, dalam al-Baadi 1995).

b.       Pada pengarahan dekade 1990-an yang lalu, Saudi Arabia  diperkirakan sudah mampu mencukupkan guru-gurunya sendiri, tetapi kualitas yang direkrut, dan program pendidikan yang disediakan masih tetap tidak memadai. Yang paling penting adalah akuntabilitas harus dijamin,; format evaluasi yang tidak tegas tentang pelayanan guru-guru kepada masyarakat tidak membedakan atau tidak mendorong terjadinya perbaikan kualitas unjuk kerja guru, dan pngangkatan guru tetap (tenure) didapat secara otomatis hanya melalui tugas-tugas.

c.       Gedung-gedung sekolah, fasilitas dan peralatan masih merupakan masalah. Kebanyakan tidak layak untuk pendidikan, dan keadaan seperti itu tidak pantas dalam negeri kaya seperti Saudi Arabia (al-Baadi, 1995).

d.       Iliterasi pada tingkat 37% PADA 1999 (Worldt Almanac 2000) merupakan hal yang sangat serius. Oleh karena itu, seluruh upaya pendidikan orang dewasa perlu dirumuskan kembali, difokuskan dan digerakan lagi.

e.       Di bidang pendidikan khusus masih banyak lagi yang harus dilakukan. Jumlah anak cacat yang terdaftar di seklah khusus baru 4,551 orang, dan jumlah itu masih terlalu kecil. Kebanyakan anak-anak cact berat atau sedang masih tetap tinggal di rumah orang tuanya atau berada di luar negeriuntuk perawatanatau pendidikan.

f.        Masih banyak pula yang harus dilakukan dalam bidang pendidikan teknis; sector ini perlu diperluas, perlu melibatkan lebuh banyak siswa wanita, perlu lebih berorientasi pada kebutuhan pasar kerja, dan perlu lebih ditingkatkan aksesnya terhadap pendidikan umum dan pendidikan tinggi.

g.       Saudi Arabia masih belum menerapkan sistem wajib belajar. Sebagai akibatnya, diperkirakan 10-15% anak-anak usia sekolah berlalu tanpa pendidikan di daerah-daerah padang pasir dan di daerah pedalaman, serta anak-anak dari masyarakat yang berekonomi sangat lemah di daerah-daerah terisolir.

h.       Sistem pendidikan Saudi menimbulkan inefisiensi internal dengan memberlakukan system anak mengulang (grade-repetitive). Dengan system ini, rata-rata jumlah tahun belajar anak laki-laki menamatkan pendidikan pra-universitas adalah 18 tahun, dan 15 tahun bagi anak-anak wanita (Kementerian Perencanaan 1990). System ini jals tidak efisien dan juga tidak efektif. Dengan sedikitnya angkatan kerja penduduk asli, Saudi Arbia tdak akan rela kehilangan generasi mudanya karena mangulang kelas dan gagal ujian

i.         Masalah lain dalam  pendidikan Saudi adalah makin meningkatnya tamatan sekolah menengah atas yang ingin melanjutkan pendidikannya ke pendidikan tinggi, tetapi tempat terbatas. Sayangnya adalah pemerintah enggan mengizinkan pendirian perguruan tinggi swasta, walaupun desakan dari masyarakat makin kuat, termasuk dari pihak-pihak yang merasa tidak puas dengan hasil pendidikan perguruan tinggi negeri. Pada suatu waktu, pemerintah mau tidak mauharus mengizinkan pendirian perguruan tinggi swastadengan tantangan bahwa perguruan tinggi swasta ini harus dikontrol denagn sisten akreditasi untuk menjamin kualitas pendidikannya, dan seharusnya sitem akreditasi ini berlaku juga bagi perguruan tinggi negeri.

j.         Persoalan lain yang ditujuakan kepada lembaga pendidikan Arab Saudi adalah sehubungan dengan terjadi pergeseran identitas dikalangan remaja Arab Saudi.

            (A book review by Danny Yee © 2002 http://dannyreviews.com/)

 

Sebagai kesimpulan, pendidikan Saudi telah tumbuh dengan cepat sekali, memenuhi sebagian besar kebutuhan mendesak masyarakat. Tetapi ada tanda-tanda keletihan dan salah urus menjelang akhir abad 20 atau awal abad baru. Tantangan yang dihadapi adalah bergerak lagi ke arah lebih maju, lebih efisien, lebih efektif, lebih terkoordinasi, serta lebih sensitive dan responsive terhadap kebutuhan zaman dan keadaan sosio-ekonomis rakyat Saudi Arabia.

 

VI.       Kesimpulan

Berbicara dunia pendidikan, maka keaneka ragaman permaslahan pendidikan akan banyak di jumpai, ini berlaku bagi setiap institusi ataupun sebuah negara, kelebihan dan kekurangan merupakan suatu yang lumrah yang mesti di perbaiki ataupun tidak kembali kepada yang mempunyai kebijakan. Diantara permasalahan diantaranya yakni tingkat melek huruf, tersedianya prasarana penunjang pendidikan, biaya pendidikan, penguasaan rekayasa teknologi, moral dan etika, kurikulum, dan lain sebagainya. dan ini nampaknya sudah tidak terlalu asing dibicarakan.

Di bawah ini ada beberapa point dan beberapa anlisis sebagai bahan diskusi, renungan dan mungkin pelajaran yang berharga tentang seputar dunia pendidiikan yang ada di negara Arab Saudi. Yakni :

           

1. Ada tiga Tujuan Pendidikan di Arab Saudi :

  1. Untuk memberikan sekurang-kurangnya pendidikan dasar bagi seluruh penduduk
  2. Untuk mempersiapkan murid-murid dengan berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi yang terus berubah
  3. Untuk mendidik anak-anak dalam kepercayaan, praktek, nilai-nilai serta kebudayaan Islam

2. Dalam pengelolaan nya, badan yang menangani pendidikan formal di Arab saudi beragam dan independen antara yang satu dengan yang lain. tetapi dasar program-program hampir sama seperti di Indonesia dari tingkat dasar sampai Perguruan Tinggi.

3.   Seluruh pendidikan prasekolah di Saudi Arabia, baik negeri ataupun swasta berada di bawah GAGE (general Administration of Girls Education). Pada sekolah ini boleh di gabung antara laki-laki dan perempuan sampai berusia 7 tahun. Di Arab saudi pun terdapat pendidikan khusus, pendidikan orang dewasa dan pendidikan vokasional dan tehnik terpisah dari pendidikan umum di saudi arabia baik dalam kurikulum ataupun pengelolaan nya.

4.   Sebagian besar sekolah di Saudi Arabia dijalankan dalam tiga tingkat pengelolaan, tingkat sekolah, distrik dan nasional. Semua biaya sekolah gratis kecuali pada sekolah-sekolah swasta yang tergantung terutama pada pembayaran SPP atau uang sekolah dari orang tua murid.

5,   Arab Saudi mengambil tiga kebijakan utama dalam menanggulangi kekurangan guru, 1). yakni merekrut personil asing. 2). memperkerjakan staf pengajar dan administratif arab saudi dari pendidikan keguruan. 3) membangun fasilitas pelatihan bagi personil Saudi.

\6.  Sistem pendidikan di Saudi diambil dari kurikulum yang ada pada negara-negara Arab lainnya, terutama negara Mesir dengan lebih menekankan pada pelajaran ke Agamaan. Prakteknya sama antara sekolah wanita dan pria, dengan tambahan pendidikan jasmani bagi sekolah pria dan pelajaran manajemen keluarga bagai sekolah wanita.

7.   Bahasa Arab merupakan bahasa pengantar mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai ke level menengah atas. Pada perguruan tinggi di gunakan pada bidang seni, humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Bahasa inggris pada pelajaran engineering, kedokteran dan ilmu-ilmu alam.

Selanjutnya, di bawah ini akan kami sedikit uraikan tentang perjalanan Arab Saudi khususnya dalam dunia pendidikan. Nama negara Arab secara resmi adalah Kerajaan Saudi Arabia (the Kingdom of Saudi Arabia) berdiri tahun 1932. Dalam Sejarah, Saudi mempunyai lingkungan yang keras dan kasar, ditambah lagi dengan kurangnya gizi serta kurangnya fasilitas pemeliharaan kesehatan berakibat jarangnya penduduk yang tinggal pada duatu daerah. Tahun 1991 data statistik tidak resmi yang mencatat jumlah penduduk Saudi Arabia yaitu sekitar 16 juta orang, 72 % warga Arab dan 28 % sisanya adalah tamu atau pendatang.

Dengan demikian bahwa Pendidikan di dunia arab merupkan campuran dari kabar baik dan kabar buruk. Di satu pihak, melek huruf terus meningkat di seluruh wilayah dengan beberapa negara mengalami kemajuan yang lebih pesat di banding yang lain. Di pihak lain, dunia Arab tertinggal dibandingkan sebagian besar negara di dunia dan menghasilkan warganegara yang kurang cakap untuk berpartisipasi dalam pasar global yang berkembang pesat. Akibatnya, pengangguran struktural menjadi dilema utama. Reformasi pendidikan sangat di butuhkan.Menghapuskan buta huruf adalah misi penting dari dunia Arab pasca-kolonial.

Bangsa Arab telah membuat upaya serius dalam bidang itu. Meskipun sekitar 70 juta orang Arab masih buta huruf, angka itu menurun dengan cepat. Namun, ada perbedaan antara mendidik untuk mencapai melek huruf dengan memberikan pendidikan yang berkualitas. Secara umum, dunia Arab belum mentransformasi sistem pendidikan mereka dari fokus ke melek huruf menjadi sebuah sistem dengan institusi-institusi yang penting untuk mengintegrasikan para pemuda mereka ke dalam dunia kerja dan mendorong negara-negara tersebut masuk ke dalam kancah kompetisi global.

Sektor pendidikan tinggi meningkat di sebagian besar dari 22 negara Arab. Ekspansi ini cenderung merupakan hasil dari kombinasi inisiatif swasta dan negeri yang disesuaikan dengan kian meningkatnya populasi kaum muda di tiap negara. Tapi dengan pengecualian beberapa kasus terpisah, mayoritas terbesar dari institusi-institusi ini kurang memiliki kualitas instruksi, kepemimpinan mandiri, dan kurikulum yang maju yang diperlukan untuk melatih para pelajar dalam memenuhi kebutuhan calon pemberi kerja.

Sebuah penelitian yang disusun oleh the International Ranking Experts Group dan the Institute for Higher Education Policy di Washington memeringkat hanya satu universitas Arab dari 3000 universitas di seluruh dunia—dan itupun berada di daftar terbawah. Tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa universitas-universitas di Arab tidak memenuhi standar Internasional. Para lulusan Arab merasa kian tidak beruntung saat mereka masuk ke dunia kerja, di mana keterampilan mereka kerap tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Misalnya saja, di Arab Saudi, sekitar 5,5 juta pekerja asing memainkan peran penting dalam perekonomian Saudi–khususnya dalam bidang jasa dan perminyakan. Namun, meskipun pemerintah punya kebijakan agresif untuk mendorong tenaga kerja berkebangsaan Saudi, angka pengangguran resmi (dan tetap) dari pria Saudi adalah 13 persen, dan banyak pakar Independen percaya bahwa angka tersebut sebenarnya sekitar 25 %.

Investasi substansial selama beberapa tahun yang dijalankan oleh pemerintah Saudi belum memberikan hasil yang menggembairakan. Hasil Saudi serupa dengan hasil di banyak negara teluk. Statistik menunjukkan bahwa para lulusan kerap tidak mampu berintegrasi dengan baik.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Syah Nur, Agustiar (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung: Lubuk Agung.         

http://www2.irib.ir/worldservice/melayuradio/kalender_sejarah/september/23september.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Portal:Peristiwa_terkini

http://www.commongroundnews.org

http://www.rahima.or.id/SR/07-03/Fokus.htmhttp://yusufwibisono.multiply.com/journal/item/29

HTTP://WWW.WES.ORG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN