SISTEM PENDIDIKAN
I. Latar Belakang
Pada abad
kesembilan masehi, semenanjung Arab terlepas dari kekuasaan Bani Abbasiyyah.
Sejak saat itu, situasi di seluruh kawasan itu selalu tidak stabil. Pada abad
ke-16, kawasan Arab dikuasai oleh Kesultanan Utsmani. Sejak pertengahan abad
ke-17, keluarga Al-Saud memulai upayanya untuk menguasai kawasan Jazirah (kepulauan) itu dan upayanya itu
mencapai klimaks di awal-awal abad ke-20.
Saat perang
Dunia kedua berlangsung, keluarga Al-Saud membangun hubungan yang sangat baik
dengan Inggris. Setelah berakhirnya perang tersebut (yang disertai dengan bubarnya kesultanan
Utsmani) secara keseluruhan Arab meraih kemerdekaannya. Saat itu, ada dua
kekuatan besar di Semenanjung Arab, yaitu keluarga Al-Saud dan Syarif Husein
bin Ali yang menjadi penguasa kota Makkah. Terjadilah peperangan antara
keduanya yang berakhir dengan kemenangan keluarga Al-Saud. Sejak saat
itulah, keluarga Al-Saud menancapkan kekuasaannya di seluruh Semenanjung
Arab, (http://www2.irib.ir/worldservice/).
Kerajaan
Arab Saudi berdiri pada tanggal 23 September tahun 1932 atau dikenal dengan nama
The Kingdom of Saudi Arabia. Negara ini lahir ketika
Abdul – Azeez Ibn Abdur-Rahman al -saud
dan Sultan Najd serta pengikutnya menyatukan kedua bagian negaranya di
bawah satu administrasi dan satu nama, (http://www2.irib.ir/worldservice/).
Istilah Saud
sesungguhnya berasal dari nama sebuah rumah Saud yang berkuasa. Rumah atau istana Saud telah berkuasa sejak tahun 1744 ketika
berdirinya Muhammad ibn Saud, Emir atau
penguasa daerah Diri’iyah, sebuah
negara kecil setengah merdeka di Najd (daerah Arab tengah) mulai memasuki
aliansi politik-religius dengan Muhammad Ibn Abdul Wahhab, seorang reformis
Muslim fundamentalis.
Aliansi ini memberikan pengakuan hukum,
dukungan kepada daerah Saudi dan reformis fundamentalis dalam rangka jihad
memurnikan keimanan dan melenyapkan segala prektek-praktek kotor yang dianggap
sebagai bagian dari modernisasi.
Saudi Arabia mencakup sebagian besar
semenanjung Arab, dari luas semenanjung Arab yang mencapai kurang lebih 3 juta
kilometer persegi, 2,200,000 kilometer persegi merupakan daerah Saudi Arabia. Negara
ini berbatasan dengan teluk
Lahan dan indutri minyak yang melimpah
membawa dampak bagi perpindahan penduduk desa ke
Sebelum produksi
minyak menggeliat, pendapatan negara sangat minim. Sumber
pendapatan negara banyak diperoleh dari kaum muslim yang menunaikan ibadah haji
setiap tahun haji. Sebelum tahun 1938 (sebelum produksi minyak komersial
menggeliat), pendapatan total pemerintah tidak pernah melebihi US$ 5 juta setiap tahun
(Cheney, 1958). Setelah tahun 1945, pemerintah menerima royalti minyak pertama
yang cukup besar jumlahnya, US$ 20 juta. Pendapatan dari minyak semenjak itu
meroket (Agustiar Syah Nur, 2000: 39).
Semenjak tahun 2005 Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud (Arab: عبد الله بن عبد العزيز آل سعود,
lahir 1924)
adalah Raja Arab Saudi
yang ke-enam. Setelah tampil sebagai pangeran Abdullah, ia mencapai puncak kekusaan
pada 1 Agustus 2005 sesaat setelah wafatnya Raja Fahd.
Ia sudah tampil sebagai penguasa de facto
dan dimungkinkan tampil menggantikan sebagai Raja Arab Saudi sejak tahun 1995 ketika Raja Fahd mengalami penurunan
kesehatan akibat terserang stroke.
Akhirnya, pada 3 Agustus
2005, ia menyandang gelar
raja setelah wafatnya raja terdahulu, yang masih sanak saudaranya. Sebagai seorang anaknya, pangeran Mutaib
ditampilkan sebagai wakil komando Dewan Garda Nasional Saudi (Saudi National Guard), (http://id.wikipedia.org/wiki/Portal).
II. Politik dan Tujuan
Pendidikan
Tahun 1954 menjadi tonggak sejarah
perhatian pemerintah Arab Saudi terhadap dunia pendidikan. Terbentuknya
Kementerian pendidikan sebagai rencana pembangunan nasional meneguhkan akan
pentingnya peran pendidikan dalam membangun kualitas bangsanya. Tiga tujuan
pendidikan menjadi fokus pemerintah Arab Saudi:
1.
Memberikan sekurang-kurangnya
pendidikan dasar bagi seluruh penduduk
2.
Mempersiapkan murid-murid
dengan berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi yang
terus berubah
3.
Mendidik anak-anak dalam
kepercayaan, praktek, nilai-nilai serta kebudayaan Islam
Menteri pendidikan dibentuk pada tahun 1954 menggantikan
Direktorat Jenderal Pendidikan yang semenjak tahun 1926 bertugas mengurus semua
kegiatan kependidikan. Sebelum tahun 1926, upaya-upaya pendidikan sangat
terbatas pada sekolah-sekolah pengajian Al-Qur’an (kuttabs) yang mengajarkan dasar-dasar keagamaan, membaca dan
berhitung. Perdagangan dan kerajinan diajarkan melalui praktek pemagangan.
Pemberian beasiswa sangat terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat keagamaan
dan diberikan kepada siswa-siswa yang betul-betul berbakat dari Khuttab. Mereka
melanjutkan pendidikannya dalam bidang bahasa Arab dan hukum-hukum Islam
(Shariat) dengan mengikuti kuliah-kuliah yang lebih khusus pada ahli yang sudah
terkenal dalam bidangnya.
Upaya-upaya untuk mengajarkan bidang-bidang ilmu yang
lebih bersifat keduniaan (secular) dimulai
akhir tahun 1800-an oleh para Muslim filantropis yang datang dari daerah lain.
Beberapa sekolah semi-sekular didirikan di Al-Hijaz, propinsi Barat Saudi
Laju perkembangan pendidikan di Arab Saudi relatif masih
belum punya pengaruh terhadap pesatnya kemajuan globalisasi. Berdasarkan hasil
sebuah penelitian yang disusun oleh The International Ranking Experts
Group dan the Institute for Higher Education Policy di Washington (2006) menunjunjukkan
bahwa hanya satu universitas Arab dari 3000
universitas di
seluruh dunia- dan itu pun berada di daftar terbawah. Tidak sulit untuk
menyimpulkan bahwa universitas-universitas di Arab tidak memenuhi
standarinternasional.
dunia kerja, di mana keterampilan mereka kerap tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja. Misalnya saja, di Arab Saudi , sekitar 5,5 juta pekerja
asing memainkan peran penting dalam perekonomian -khususnya dalam bidang jasa
dan perminyakan. Namun, meskipun pemerintah punya kebijakan agresif untuk
mendorong tenaga kerja berkebangsaan Saudi, angka pengangguran resmi
(dan tetap) dari pria Saudi adalah 13 persen, dan banyak pakar
Independen percaya bahwa angka tersebut sebenarnya sekitar 25 persen.
Investasi substansial selama beberapa tahun yang
dijalankan oleh
pemerintah Saudi belum memberikan hasil yang menggembirakan. Hasil
Saudi serupa dengan hasil di banyak negara teluk. Statistik
menunjukkan bahwa para lulusan kerap tidak mampu berintegrasi dengan
baik ke dalam ekonomi nasional.
relevansi pengalaman pendidikan yang
mereka sediakan.
Meningkatkan pendidikan tinggi di dunia akan jatuh pada
mereformasi kurikulum dan meningkatkan ekspektasi
(harapan) guru pada para
pelajar, tidak hanya di tingkat universitas, tapi juga di tingkat
sekolah dasar dan menengah. Ketika sejumlah tes berstandar
internasional dilangsungkan, 20 persen pelajar Arab di sekolah dasar
dan menengah mendapat nilai terendah dalam hal matematika dan sains (www.commongroundnews.org)
III. Struktur dan Jenis Pendidikan
A.
Pendidikan Prasekolah (usia 4-7 tahun)
Pada tahun
1985-1986 ada sekitar 492 lembaga pendidikan prasekolah yang melayani 51.604
anak. Pada tahun 1989-90 jumlah TK
meningkat menjadi 551 buah dengan jumlah anak 79.940. Jumlah ini diperkirakan
akan melonjak disebabkan oleh tiga alas an; pertama, adanya efek headstar atau
mulai lebih dulu, yaitu keyakinan orang tua bahwa memasuki TK akan membantu
anak dalam belajat berikutnya. Kedua, jumlah ibu-ibu yang makin banyak memasuki
lapangan pekerjaan. Ketiga, jumlah wanita lulusan perguruan tinggi yang tidak
dapat pekerjaan mendorong pemerintah untuk membuka lebih banyak lembaga
pendidikan prasekolah.
B.
Pendidikan Primer (Primary Education)
1.
Sekolah Dasar
-
Jangka waktu : 6 Tahun
(Umur 6-12 Tahu)
-
Mata Pelajaran : Bahasa Arab,
pendidiksn seni, bahasa inggris, geografi, sejarah, ilmu kerumahtanggaan (untuk
perempuan), matematika pendidikan jasmani (utk. laki-laki), studi Islam.
-
Ijazah :
Syahadah al madaaris al ibtidaiyyah
2.
Sekolah Intermediate
-
Jangka Waktu : 3 Tahun (umur : 12 – 15 Tahun)
-
Mate Pelajaran : Bahasa Arab, pendidikan seni, bahasa inggris, geografi,
sejarah, ilmu kerumahtanggaan, (perempuan), matematika, pendidikan jasmani
(laki-laki), studi Islam.
-
Ijazah : Syahadah Alkafa’ Almutawassita
C.
Sekolah Menengah (Secondary Education)
1.
Sekolah Menengah Umum
-
Jangka waktu : 3 Tahun (umur
: 15 – 18 Tahun)
-
Mata Pelajaran : Bahasa arab,
biologi, ilmu kimia, bahasa inggris, geografi, sejarah, ilmu kerumahtanggaan
(perempuan), matematika, pend. Jasmani, (laki2), dan Agama
-
Ijazah : Syahadah
Almarhalah Altsanawiyah
2.
Sekolah Menengah Agama
-
Jangka Waktu : 3 Tahun (Umur : 15 – 18 tahun)
-
Mata Pelajaran : Bahasa arab,
bahasa inggris, ilmu budaya, geografi, studi riwayat, studi agama
-
Ijazah : Syahadah altsanwiyah al ‘ammah lil
ma’had al ilmiyah
3.
Sekolah Menengah Keterampilan
Jangka waktu : 3 Tahun (umur : 15
– 18 tahun)
a.
Sekolah menengah teknik
b.
Sekolah menengah pertanian
c.
Sekolah menengah ekonomi
D.
Pendidikan Tinggi
1.
Akademik : (2 – 3 tahun)
-
akademi teknik
-
akademi keuangan dan perdagangan
-
akademi keguruan
2.
Universitas
-
Tingkat BACCALEREUS (4 – 8 tahun)
-
Tingkat MAGISTER (2,5 tahun)
-
Tingkat DOCTORAL (3 tahun)
E.
Pendidikan Orang Dewasa dan Non Formal
Tujuan umum pendidikan ini
ialah untuk menghilangkan keadaan buta huruf masyarakat Arab Saudi. Pada tahun 1982 antara 70-80 persen penduduk Saudi
diperkirakan tidak bisa membaca dan menulis (illetrate). Angka ini telah menurun menjadi 63 persen pada tahun
1999.
F.
Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus diintruksikan oleh pemerintah yang dikhususkan untuk
warga Arab Saudi. Lembaga ini berada pada semua tingkat dan mendapat biaya
penuh dari fihak pemerintah. Pada tahun 1989-1990 tercatat sebanyak 35 lembaga
pendidikan khusus yang melayani 4.551 murid.
IV. Manajemen Pendidikan
A.
Otorita
Pada tahun 1989 – 1990,
Kementerian Pendidikan mengelola sekolah
Dasar, Menengah Pertama, Menengah atas pria dan juga lembaga khusus lainnya.
Badan Administrasi Umum Wanita (GAGE) juga mengelola hal yang sama dengan
Kementerian Pendidikan, yaitu pada beberapa fakultas pendidikan tinggi.
Sedangkan Kementerian Pendidikan Tinggi mengelola universitas di seluruh
Sebagian besar sekolah di
B.
Pendanaan
Semua Pendidikan di Saudi
C.
Personalia
Karena cepatnya perluasan pendidikan,
menyebabkan pemerintah
·
Merekrut personil-personil
asing yang kebanyakan dari negara tetangga.
·
Mempekerjakan staf
pengajar dan administrasi yang latar belakang pendidikanya kurang memadai.
·
Membangun fasilitas
pelatihan bagi personil Saudi.
Dalam rangka meningkatkan mutu mutu
pendidikan, Pememerintah Saudi
Pada tahun 1989-1990 terdapat 127 lembaga
pendidikan guru pada tingkat menengah yaitu 13 untuk pria dan 114 untuk wanita,
dengan di bawah naungan pendidikan tinggi. Pada tahun yang sama terdapat 40
buah lembaga pendidikan guru pada tingkat pendidikan tinggi yang membuka
program belajar selama dua tahun, kemudian ditingkatkan menjadi empat tahun.
Lembaga ini terdiri 22 buah untuk pria dan 18 buah untuk wanita. Selain itu
terdapat 6 fakultas dari berbagi universitas untuk pria dan wanita.
D.
Kurikulum dan Metodologi
Pengajara
Kurikulum di
Dalam Negara ini terdapat
kurikulum yang beragam baik Kementerian Pendidikan dan GAGE mempunyai kurikulum yang berbeda, dalam
pengimplementasian kurikulum dimonitor melalui berbagai cara, seperti melalui
Kepala Sekolah, kunjungan para inspector dari kantor distrik, juga melalui
ujian semester. Selain itu dalam sekolah-sekolah
E.
Ujian Kenaikan Kelas
Pada grade 1 sampai 12,
tahun ajaran dibagi menjadi dua semester. Bahan ajaran untuk satu tahun dibagi
dalam dua bagian. Setiap akhir semester diadakan ujian yang mencakup
pelajaran satu semester. Diakhir tahun
nilai dua semester dijadikan satu, jika nilai tidak mencapai target tertentu
pada salah satu mata pelajaran maka harus mengadakan ujian ulang di masa libur
musim panas, jika gagal maka harus mengulang seluruhnya dan tidak naik kelas.
Dalam perguruan tinggi
berlangsung system semester, tetapi pada beberapa universitas dipakai satuan
kredit semester (SKS), maka mahasiswa yang gagal dalam satu mata kuliah maka
tidak harus mengulang keseluruhan, hanya pada mata kuliah yang belum lulus saja
dan mata kuliah itu hamya pada mata kuliah yang wajib. Akan tetapi pada tahun
1991 sistem SKS dihentikan kecuali pada King University of Petroleum and
Minerals.
F.
Evaluasi dan Penelitian
Pendidikan.
Pada tahun 1980-an
terdapat perbaikan kwalitas penelitian pendidikan yang dilakukan para professor
dan mahasiswa doctor pada fakultas pendidikan. Karena dapa pusat penelitian di
Kementerian Pendidikan dan GAGE kekurangan dana maka hasilnya kurang maksimal
dari segi kwalitas dan kwantitasnya. Adapun penelitian yang dilakukan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan atau gelar.
Dalam kegiatan penelitian
tidak ada peta penelitian. Lembaga-lembaga jarang yang memberikan biaya
penelitian, bahkan tidak pernak mengusulkan judul penelitian, mereka memilih
secara acak sehingga hasil penelitian secara sistematis tidak sempurna.
V. Isu-Isu Pendidikan
a.
Sementara janji-janji muluk
untuk mengkoordinasikan upaya-upaya pendidikan dengan tujuan pembangunan selalu
didengungkan, tetapi yang terjadi jauh dari kenyataan. Dalam Negara yang
tergantung pada kemampuan teknis ekspatriat atau tenaga ahli luar, misalnya
hanya 8,6% siswa sekolah menengah atas Saudi yang masuk sekolah kejuruan, dan
hanya 2,6% mahasiswa yang terdaftar pada fakultas-fakultas teknik, dan hanya
20,6% mahasiswa yang di universitas yang mengambil bidang sains dan ilmu-ilmu
terapan, sedangkan 79,4% berada dalam bidang humaniora dan bidang-bidang teori
(al-Rasheed dan al-Baadi 1992, dalam al-Baadi 1995).
b.
Pada pengarahan dekade 1990-an
yang lalu,
c.
Gedung-gedung sekolah,
fasilitas dan peralatan masih merupakan masalah. Kebanyakan tidak layak untuk
pendidikan, dan keadaan seperti itu tidak pantas dalam negeri kaya seperti
d.
Iliterasi pada tingkat 37% PADA
1999 (Worldt Almanac 2000) merupakan hal yang sangat serius. Oleh karena itu,
seluruh upaya pendidikan orang dewasa perlu dirumuskan kembali, difokuskan dan
digerakan lagi.
e.
Di bidang pendidikan khusus
masih banyak lagi yang harus dilakukan. Jumlah anak cacat yang terdaftar di
seklah khusus baru 4,551 orang, dan jumlah itu masih terlalu kecil. Kebanyakan
anak-anak cact berat atau sedang masih tetap tinggal di rumah orang tuanya atau
berada di luar negeriuntuk perawatanatau pendidikan.
f.
Masih banyak pula yang harus
dilakukan dalam bidang pendidikan teknis; sector ini perlu diperluas, perlu
melibatkan lebuh banyak siswa wanita, perlu lebih berorientasi pada kebutuhan
pasar kerja, dan perlu lebih ditingkatkan aksesnya terhadap pendidikan umum dan
pendidikan tinggi.
g.
h.
Sistem pendidikan Saudi menimbulkan
inefisiensi internal dengan memberlakukan system anak mengulang
(grade-repetitive). Dengan system ini, rata-rata jumlah tahun belajar anak
laki-laki menamatkan pendidikan pra-universitas adalah 18 tahun, dan 15 tahun
bagi anak-anak wanita (Kementerian Perencanaan 1990). System ini jals tidak
efisien dan juga tidak efektif. Dengan sedikitnya angkatan kerja penduduk asli,
Saudi Arbia tdak akan rela kehilangan generasi mudanya karena mangulang kelas
dan gagal ujian
i.
Masalah lain dalam pendidikan Saudi adalah makin meningkatnya
tamatan sekolah menengah atas yang ingin melanjutkan pendidikannya ke
pendidikan tinggi, tetapi tempat terbatas. Sayangnya adalah pemerintah enggan
mengizinkan pendirian perguruan tinggi swasta, walaupun desakan dari masyarakat
makin kuat, termasuk dari pihak-pihak yang merasa tidak puas dengan hasil
pendidikan perguruan tinggi negeri. Pada suatu waktu, pemerintah mau tidak
mauharus mengizinkan pendirian perguruan tinggi swastadengan tantangan bahwa
perguruan tinggi swasta ini harus dikontrol denagn sisten akreditasi untuk
menjamin kualitas pendidikannya, dan seharusnya sitem akreditasi ini berlaku
juga bagi perguruan tinggi negeri.
j.
Persoalan lain yang ditujuakan
kepada lembaga pendidikan Arab Saudi adalah sehubungan dengan terjadi pergeseran
identitas dikalangan remaja Arab Saudi.
(A book
review by Danny Yee
© 2002 http://dannyreviews.com/)
Sebagai kesimpulan, pendidikan Saudi telah tumbuh dengan
cepat sekali, memenuhi sebagian besar kebutuhan mendesak masyarakat. Tetapi ada
tanda-tanda keletihan dan salah urus menjelang akhir abad 20 atau awal abad
baru. Tantangan yang dihadapi adalah bergerak lagi ke arah lebih maju, lebih
efisien, lebih efektif, lebih terkoordinasi, serta lebih sensitive dan
responsive terhadap kebutuhan zaman dan keadaan sosio-ekonomis rakyat
VI. Kesimpulan
Berbicara dunia pendidikan, maka
keaneka ragaman permaslahan pendidikan akan banyak di jumpai, ini berlaku bagi
setiap institusi ataupun sebuah negara, kelebihan dan kekurangan merupakan
suatu yang lumrah yang mesti di perbaiki ataupun tidak kembali kepada yang
mempunyai kebijakan. Diantara permasalahan diantaranya yakni tingkat melek huruf,
tersedianya prasarana penunjang pendidikan, biaya pendidikan, penguasaan
rekayasa teknologi, moral dan etika, kurikulum, dan lain sebagainya. dan ini
nampaknya sudah tidak terlalu asing dibicarakan.
Di bawah ini ada beberapa point dan
beberapa anlisis sebagai bahan diskusi, renungan dan mungkin pelajaran yang
berharga tentang seputar dunia pendidiikan yang ada di negara Arab Saudi. Yakni
:
1. Ada tiga Tujuan Pendidikan di Arab Saudi :
- Untuk memberikan sekurang-kurangnya pendidikan dasar bagi
seluruh penduduk
- Untuk mempersiapkan murid-murid dengan berbagai ketrampilan
yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi yang terus berubah
- Untuk mendidik anak-anak dalam kepercayaan, praktek,
nilai-nilai serta kebudayaan Islam
2. Dalam pengelolaan nya, badan yang
menangani pendidikan formal di Arab saudi beragam dan independen antara yang
satu dengan yang lain. tetapi dasar program-program hampir sama seperti di
3. Seluruh
pendidikan prasekolah di
4. Sebagian
besar sekolah di
5, Arab
Saudi mengambil tiga kebijakan utama dalam menanggulangi kekurangan guru, 1).
yakni merekrut personil asing. 2). memperkerjakan staf pengajar dan
administratif arab saudi dari pendidikan keguruan. 3) membangun fasilitas
pelatihan bagi personil Saudi.
\6. Sistem
pendidikan di Saudi diambil dari kurikulum yang ada pada negara-negara Arab
lainnya, terutama negara Mesir dengan lebih menekankan pada pelajaran ke
Agamaan. Prakteknya sama antara sekolah wanita dan pria, dengan tambahan
pendidikan jasmani bagi sekolah pria dan pelajaran manajemen keluarga bagai
sekolah wanita.
7. Bahasa
Arab merupakan bahasa pengantar mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama sampai ke level menengah atas. Pada perguruan tinggi di gunakan pada
bidang seni, humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Bahasa inggris pada pelajaran
engineering, kedokteran dan ilmu-ilmu alam.
Selanjutnya, di bawah ini akan kami sedikit uraikan
tentang perjalanan Arab Saudi khususnya dalam dunia pendidikan. Nama negara
Arab secara resmi adalah Kerajaan
Dengan
demikian bahwa Pendidikan di dunia arab merupkan campuran dari kabar baik dan
kabar buruk. Di satu pihak, melek huruf terus meningkat di seluruh wilayah
dengan beberapa negara mengalami kemajuan yang lebih pesat di banding yang
lain. Di pihak lain, dunia Arab tertinggal dibandingkan sebagian besar negara
di dunia dan menghasilkan warganegara yang kurang cakap untuk berpartisipasi
dalam pasar global yang berkembang pesat. Akibatnya, pengangguran struktural
menjadi dilema utama. Reformasi pendidikan sangat di
butuhkan.Menghapuskan buta huruf adalah misi penting dari dunia Arab
pasca-kolonial.
Bangsa Arab telah membuat upaya serius dalam bidang itu. Meskipun
sekitar 70 juta orang Arab masih buta huruf, angka itu menurun dengan cepat. Namun, ada perbedaan antara mendidik untuk
mencapai melek huruf dengan memberikan pendidikan yang berkualitas. Secara
umum, dunia Arab belum mentransformasi sistem pendidikan mereka dari fokus ke
melek huruf menjadi sebuah sistem dengan institusi-institusi yang penting untuk
mengintegrasikan para pemuda mereka ke dalam dunia kerja dan mendorong
negara-negara tersebut masuk ke dalam kancah kompetisi global.
Sektor
pendidikan tinggi meningkat di sebagian besar dari 22 negara Arab. Ekspansi ini
cenderung merupakan hasil dari kombinasi inisiatif swasta dan negeri yang
disesuaikan dengan kian meningkatnya populasi kaum muda di tiap negara. Tapi
dengan pengecualian beberapa kasus terpisah, mayoritas terbesar dari
institusi-institusi ini kurang memiliki kualitas instruksi, kepemimpinan
mandiri, dan kurikulum yang maju yang diperlukan untuk melatih para pelajar
dalam memenuhi kebutuhan calon pemberi kerja.
Sebuah
penelitian yang disusun oleh the International Ranking Experts Group dan the Institute for Higher Education Policy di
Washington memeringkat hanya satu universitas Arab dari 3000 universitas di
seluruh dunia—dan itupun berada di daftar terbawah. Tidak sulit untuk
menyimpulkan bahwa universitas-universitas di Arab tidak memenuhi standar
Internasional.
Misalnya
saja, di Arab Saudi, sekitar 5,5 juta pekerja asing memainkan peran penting
dalam perekonomian Saudi–khususnya dalam bidang jasa dan perminyakan. Namun,
meskipun pemerintah punya kebijakan agresif untuk mendorong tenaga kerja
berkebangsaan Saudi, angka pengangguran resmi (dan tetap) dari pria Saudi
adalah 13 persen, dan banyak pakar Independen percaya bahwa angka tersebut
sebenarnya sekitar 25 %.
Investasi
substansial selama beberapa tahun yang dijalankan oleh pemerintah Saudi belum
memberikan hasil yang menggembairakan. Hasil Saudi serupa dengan hasil di
banyak negara teluk. Statistik menunjukkan bahwa para lulusan kerap tidak mampu
berintegrasi dengan baik.
Daftar Pustaka
Syah Nur, Agustiar
(2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15
Negara,
http://www2.irib.ir/worldservice/melayuradio/kalender_sejarah/september/23september.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Portal:Peristiwa_terkini
http://www.commongroundnews.org
http://www.rahima.or.id/SR/07-03/Fokus.htmhttp://yusufwibisono.multiply.com/journal/item/29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar