Lima Aktivitas/Kemampuan Dasar yang Harus Dimiliki Organisasi Pembelajar
Menurut Garvin (1991), ada lima aktivitas sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki organisasi pembelajar yaitu:
1.
problem solving yang sistematis
(systematic problem solving);
Pemecahan masalah yang sistematis
adalah aktivitas awal yang menekankan pada filosofi dan metode yang digunakan
bagi peningkatan kualitas, yang dilakukan melalui program pelatihan tehnik
pemecahan masalah berupa latihan dan contoh kasus sehingga anggota organisasi
lebih berdisiplin dalam pemikiran dan lebih memperhatikan detail sebuah
pekerjaan. Akurasi dan kecermatan merupakan sesuatu yang esensial dalam
belajar. Pelatihan diberikan kepada anggota organisasi secara menyeluruh sebagai
sebuah familygroup. Latihan dan contoh kasus merupakan pembelajaran yang
diadopsi dari metode-metode peningkatan kualitas yang telah diterima secara
luas seperti metode Demming, Plan Do Check Action (PDCA), tehnik
hipotesis-generalisasi, tehnik hipotesis dan uji,tehnik fact base manajement,
histogram, Parreto Charts, korelasi, dan lainnya.
2.
Percobaan
(eksperimentasi),
merupakan
aktivitas yang berusaha secara sistematis mencari dan mencoba pengetahuan baru
dengan menggunakan metode scientific, yang memudahkan proses pemecahan masalah.
Bentuk eksperimentasi terdiri atas dua bentuk; pertama, bentuk on going
program, dilakukan dalam rangkaian eksperimentasi kecil untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik dalam bekerja, misalnya percobaan terhadap insentif
dan partisipasi kerja atau pengembangan tehnologi sederhana untukmeningkatkan
mutu kerja praktis. Kedua, Demonstration Projects, biasanya lebih luasdan
kompleks dibanding eksperimentasi on going. Proyek ini dijalankan
dalamkepentingan holistik, sistem yang lebih luas, dan biasanya dalam rangka
peningkatan kapabilitas organisasi yang diperbarui. Karakteristik dari
demonstration project adalah:learning by doing, merupakan sebuah proyek awal
sebuah organisasi sehingga dari pengalaman tersebut diharapkan dapat diadopsi
kedalam skala yang lebih luas, pencariankebijakan bagi proyek selanjutnya, dan
mencari feedback bagi anggota organisasi. Biasanya hal ini dikembangkan oleh
team multifungsi yang melaporkan perkembangannya langsung kepada senior
manajemen.
3. Belajar dari pengalaman masa lalu;
Belajar dari pengalaman masa lalu, dilakukan karena
perusahaan harus mereview kesuksesan dan kegagalan, menilainya secara
sistematis serta merekamnya sebagaipelajaran dalam bentuk yang dapat ditemukan
dan diakses oleh anggota organisasi.Belajar dari yang lain, dilakukan karena
tidak semua proses pembelajaran dilakukandalam refleksi dan analisis intern
(self analisys). Kadang kala dirasa perlu juga untukmemperhatikan lingkungan
sekitar dalam bentuk bench-marking terhadap organisasi lain, analisis kebutuhan
customer, dan faktor eksternal lainnya, yang dianggap berpengaruhdan memberi
perspektif baru. Organisasi pembelajar adalah usaha mengahadirkan senimembuka
diri dan perhatian dalam mendengarkan.
4. Transfer
pengetahuan
dimaksudkan agar
organisasi lebih tanggap dan efisien. Ide untuk memaksimalkan kapabilitas
organisasi dilakukan dengan mentransfer pengetahuan secaraluas, bukan hanya
oleh kalangan tertentu. Metode untuk memperoleh pengetahuan antara lain melalui
artikel-artikel, oral, laporan visual, situs internet, tour, program
pertukaran, program pendidikan dan latihan, program standarisasi, dan lainnya.
5.
Belajar dari yang lain
(learning from others);
Tidak ada komentar:
Posting Komentar