ANALISIS MISI
Tujuan
umum analisis sistem adalah mengidentifikasi keperluan dan cara-cara yang dimungkinkan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dimulai dari masalah yang didasarkan
pada data dokumen, kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi semua ciri-ciri
masalah, kemudian ditentukan hubungan diantara bagian masalah, terus mengukur secara khusus cara terbaik dari
semua kemungkinan memecahkan masalah pada setiap bagian (atau bagian dari
bagian, subpart) masalah. Dalam hal
kegiatan pendidikan, biasanya identifikasi masalah bersifat relatif global,
beragam, datang dari banyak sumber, dan dituntut untuk efisien dan efektif.
Dalam kaitan inilah analisis sistem pendidikan penting didahului oleh analisis
misi-nya.
Apa itu misi?
Pada hakikatnya
misi adalah keseluruhan tugas yang harus diselesaikan. Karena itu analisis misi
akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan dimana kita sekarang? Mau kemana tujuan
kita? Apa ukuran bahwa kita telah sampai ke tujuan? Apa langkah utama yang
harus dikerjakan supaya sampai kepada yang dituju? Dalam dunia pendidikan semua
pertanyaan tersebut harus dijawab oleh para perencana pendidikan, melalui
ketersediaan data yang benar, lengkap, akurat keadaan saat sekarang. Dua hal
yang diperlukan. Pertama, sasaran misi
dan kinerja yang dipersyaratkan, dan kedua, profil misi. Kedua
hal ini harus terus menerus dijadikan pegangan selama proses pendidikan
berjalan.
Sasaran misi
adalah pernyataan yang mengungkapkan kinerja sesuai kualifikasi outcome misi.
Terliput ke dalamnya adalah tujuan akhir dari gambaran kebutuhan yang dapat
diukur. Ungkapan misi yang dapat dijadikan contoh antara lain seperti
“selesainya bangunan sekolah, menentukan kebutuhan pelajar, atau mengembangkan
pusat media pengajaran”. Dari ungkapan tersebut tergambar tugas, tujuan, dan
gambaran akhir kinerja dan hasil yang dapat diukur. Lantaran itu sasaran misi
harus merupakan pernyataan yang tepat/persisi dari apa yang harus dikerjakan
untuk menyelesaikan tugas, peralatan apa yang harus dipersiapkan untuk mencapai
tujuan, siapa yang akan menentukan dan menunjukkan hasil, dalam kondisi apa
hasil akan dikemukakan, apa kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa
tujuan telah tercapai. Dengan demikian sasaran misi akan memberikan gambaran
tentang dimana mulai kerja, dan apa yang harus dicapai.
Contoh pernyataan
misi yang salah “disain kurikulum”.
Contoh pernyataan
misi yang benar “tanggal 30 Juni 2003, paling tidak 90% mahasiswa S1 Program
Studi Pendidikan Agama Islam, telah lulus dengan 35 % diantaranya berpredikat
sangat memuaskan, 50 % diantaranya berpredikat memuaskan, dan sisanya berpredikat
sedang”.
Diantara catatan
yang diperlukan sesudah pernyataan misi dibuat adalah pemahaman yang merata
setiap orang yang akan terlibat mengerjakan misi, yang dengan itu dipahami juga
prinsip-prinsip penilaian terhadap tercapai atau tidaknya misi. Khusus dalam
dunia pendidikan hal yang tidak boleh dilupakan adalah “focus on the learner”.
Persyaratan Kinerja
Persyaratan
kinerja adalah kriteria yang dapat diukur utk menggambarkan dan menentukan
outcome(s) dari unsur-unsur utama sasaran misi. Kesimpulan akhir dari
keseluruhan misi adalah menciptakan hasil atau mencapai perolehan yang spesifik
yang dapat diukur, seperti (a) pernyataan khusus tentang kriteria yang
dengannya menjadi terminal keberhasilan sasaran misi yang dapat diukur; (b) pernyataan
khusus tentang peran utama keadaan yang mempengaruhi produksi seperti lingkungan, biaya, personil,
dan lain-lainnya yang “givens”.
Definisi Persyaratan Kinerja
Persyaratan
kinerja meliputi cara pengerjaan produk, kondisi untuk mengerjakan produk,
karakteristik disain produk, spesifikasi kinerja dan aturan pengembangan kinerja. Sebagai
contoh dapat dikemukakan pernyataan sebagai berikut.
Mahasiswa
harus dapat nilai 90/90 (90 % mahasiswa memperoleh angka 90 atau lebih tinggi
sesuai kriteria ujian) saat kurikulum baru digunakan atas dasar target populasi
serta test ujian yang memiliki bobot mutu yang kurang lebih sama.
Siswa
Tsanawiyah “Srah Tarjuning Rahayu” Ciawi harus dapat nilai 60/90 (60 % populasi
siswa memperoleh angka 90 atau lebih tinggi sesuai kriteria ujian) mata ujian
Bahasa Arab pada kurikulum baru, dari soal-soal ujian yang bobot mutunya kurang
lebih sama.
Artinya dibuat rancangan kerja mengajar bahasa Arab sedemikian rupa
sehingga kebanyakan siswa menguasai 90 % bahan ajar. Coba perhatikan untuk
memenuhi persyaratan kinerjanya. (1) dalam cara pengerjaan produk terkait ke
dalamnya metodologi pembelajaran siswa, penguasaan guru terhadap bahan ajar
(mastery teaching and learning) intensitas pertemuan, durasi pertemuan, isi buku
bahan ajar, akses siswa mempelajari buku bahan ajar (dapat memiliki sendiri
atau sekolah menyiapkan buku di perpustakaan dalam jumlah yang memadai). (2)
terkait dengan kondisi mengerjakan produk antara lain situasi dan kenyamanan kelas,
tempat duduk, papan tulis, dan alat belajar lainnya untuk kenyamanan pembelajaran.
(3) terkait dengan karakteristik disain produk adalah keterampilan berbahasa
Arab siswa dari pembendaharaan, jumlah dan jenis kata, sampai dengan kelincahan
memahami dan menggunakan bahasa, (4) Dalam hal spesifikasi dan aturan
pengembangan kinerja dapat dikemukakan aturan-aturan terkait dengan proses
pembelajaran sejak kedatangan sampai cara ujian serta makna angka atau nilai
ujian dalam tingkat keberhasilan pembelajaran.
Persyaratan kinerja ini sebaiknya dirumuskan oleh seluruh staf yang hasilnya merepresentasikan persepsi yang
harus dikerjakan staf sehingga dengan demikian mereka mengetahui indikator
kegagalan atau keberhasilan suatu pekerjaan. Sasaran kinerja (client) dapat
memberikan persyaratan dalam bahasa yang berbeda. Namun hal ini mengandung
risiko salah paham mengenai apa yang diinginkan kita dan apa yang diharaapkan
mereka. Dalam kaitan ini analisis misi harus menampilkan proses yang (a) menampilkan
kesamaan antara sasaran kinerja dengan para perencana sehingga memiliki
kesamaan pada kriteria yang dapat diukur, atau (b) perencana bernegoisasi
dengan sasaran kinerja tentang misi sehingga dapat secara murni mencapai
kesepakatan yang fungsional bagi masing-masing pihak.
Hal lain yang penting dikemukakan adalah bahwa bila sasaran kinerja
telah menetapkan persyaratan kinerja, belum tentu hal tersebut sebagai
persyaratan yang realistik atau dapat diterapkan. Dalam kaitan ini perencana
pendidikan harus menggunakan alat dan mengikuti langkah analisis sistem melalui
penilaian kemungkinan persyaratan tersebut dapat dilaksanakan. Karena itu
manakala pernyataannya telah demikian rinci, objektif, memakai istilah yang
terukur, maka persyaratan kinerja harus menyiapkan kriteria dengan
ketentuan-ketentuan tentang kemungkinan pencapaiannya.
Daftar Persyaratan Kinerja
Untuk memudahkan identifikasi persyaratan kinerja, dibuat form
tabulasi yang dikaitkan dengan setiap item persyaratan kinerja melalui sejumlah
fungsi. Sistem analisis akan mengidentifikasi lebih dan lebih banyak lagi
fungsi. Dengan analisis dapat dijaga catatan persyaratan kinerja yang dikaitkan
dengan fungsi dan tugas yang akan melengkapi beberapa halaman sehingga
analisisnya jadi lengkap. Manakala persyaratan kinerjanya sama antara satu
dengan yang lain maka tak perlu lagi ditulis cukup disebutkan sama dengan
nomornya saja.
Contoh Tabel Persyaratan Kinerja
Nomor dan Fungsi Kaitan
dengan Persyaratan Kinerja
1.1. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxx
1.2. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxx
1.3. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx sama dengan no. 1.1.
1.4 dst.nya dst.nya.
Rintangan
Rintangan yang cukup dominan hendaklah diidentifikasi dalam analisis
misi. Sebab hal itu dapat dimasukkan kepada persyaratan kinerja. Dengan
demikian jika terdapat rintangan berupa biaya dalam pelaksanaan sehingga
operasional misi tidak dapat jalan, maka masukkan saja jumlah biaya yang
diperlukan tersebut sebagai persyaratan kinerja. Namun manakala persyaratan
kinerja tersebut tidak dapat dicapai, maka hal ini harus kembali kepada
formulasi misi. Inilah yang disebut rintangan misi ideal yang dicanangkan saat
awal formulasi. Rintangan dapat diselesaikan melalui beberapa jalan.
Pertama, bila mungkin mereformulasi tujuan misi atau merubah
persyaratan kinerja. Kedua, dipadukan rintangan dengan cara menciptakaan
sesuatu yang baru atau cara yang berbeda untuk memenuhi persyaratan kinerja,
artinya merubah rintangan secara operasional. Ketiga, memperkaya kompromi
relatif pada persyaratan kinerja dan capaiannya. Tentu sasja kompromi ini masih
dibawah garis toleransi. Dalam dunia pendidikan umpamnya manakala kita
mencanangkan rata-rata nilai 80 dengan standar deviasi (SD) 10 umpamanya,
manakala hal itu terlalu berat. Karena itu dapat diturunkan jadi rata-rata tetap pada angka 80 namun
SD-nya jadi 15 umpamanya. Keempat, kalau tidak dapat diatasi dengan itu dengan
ini, maka akhirnya distop/dihentikan dulu sementara. Dapat dikatakan bahwa
menghadapi rintangan dapat dikemukakan beberapa hal, yakni (a) bertindak
kreatif mengembangkan ide baru, (b) formulasi ulang, dan (c) dihentikan
manakala ada indikasi bahwa misi akan gagal dengan atau saking besarnya
rintangan.
Tujuan Misi : Spesifikasi
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa memperkirakan kebutuhan
pendidikan memerlukan data keras untuk memecahkan kesenjangan antara apa adanya
dengan apa seharusnya. Data empirik yang keras (kuantitatif, bukan data
kualitatif) menunjukkan bahwa kriteria
yang dikemukakan dapat terukur dan telah diidentifikasi baik pada dokumen awal
maupun dokumen yang dikembangkan atas dasar masalah lapangan. Tanpa ada hal
ini, berarti perencana pendidikan akan terbayangi kegagalan sejak awal
pekerjaan, sebab tanpa mengetahui darimana kita pergi dengan sendirinya kita
akan dapat berhenti kapan dan dimana saja.
Perangkat tujuan dengan ungkapan yang terukur tidak menjamin
kekuatan pernyataan, sebab bagaimanapun jaminan validitas hanya dapat
dikemukakan melalui data keras dalam perkiraan kebutuhan. Hal ini berarti
seorang perencana pendidikan akan mendapat kesukaran luar biasa manakala
bersandar pada pernyataan umum saja, apalagi bila pernyataan tersebut bersifat
politis. Data keras yang kuat (valid) diperlukan pada seluruh tingkatan perencanaan,
baik pada pencapaian tujuan bawah, tujuan misi, ataupun rincian persyaratan kinerja.
Profil Misi
Bagi seorang perencana pendidikan, dua hal utama yang harus terus
menerus diingat ialah (a) apa yang dapat dikerjakan (tujuan misi) dan (b) persyaratan
kinerja untuk mencapai misi. Hal ini berarti sadar akan dimana sekarang dimana
seharusnya nanti dan apa yang harus dikerjakannya. Dia tidak harus memikirkan
“bagaimana dan siapa yang akan mengerjakan hal ini”. Manakalaa fungsi utama
dari misi telah diidentifikasi dan menempati urutan berpikir yang sistimatik
dan sistemik, maka ia telah mendapatkan profil misi, yakni perencanaan manajemen dengan identifikasi hasil yang mendukung
misi. Dengan demikian profril misi pada dasarnya adalah gambaran cara kerja
untuk mencapai produk atau hasil akhir.
Analisis Kesenjangan Bagi
Penyiapan Profil Misi
Telah dikemukakan bahawa identifikasi gembaran kebutuhan merupakan
bagian dari perkiraan kebutuhan yang biasa disebut analisis kesenjangan
(discrepency analysis). Catatan tentang analisis kesenjangan ini merupakan
gambaran terus menerus dari analisis sistem. Artinya kegiatan harus ditekankan
pada “apa yang harus dikerjakan untuk menghilangkan jarak”. Dalam analisis misi
gambaran “dimana seharusnya nanti” menunjukkan keharusan adanya kumpulan data
sebagai tujuan misi dan persyaratan kinerja.
Cara Mendapatkan Profil
Misi
Langkah Pertama, memformulasikan sasaran misi dan persyaratan
kinerja yang menentukan tempat mulai kegiatan dan akhir penyelesaian misi.
Selanjutnya menggambarkan keadaan tetap (status quo). Profil misi sebagaimana
diketahui berarti diperolehnya identifikasi apa yang harus dikerjakan dengan
melihat “apa keadaan” dan “apa yang diinginkan”. Kemudian buat daftar
fungsi-fungsi yang diperlukan dengaan alur pikir yang logis, dan tidak perlu
mengemukakan “bagaimana tugas harus dikerjakan”.
Langkah kedua, mengidentifikasi dan mendaftar tugas dalam misi. Hal
ini dimaksudkan untuk memeriksa secara terus menerus alur pergerakan antar
fungsi supaya kegiatan jangan berhenti.
Langkah ketiga, hasil identifikasi dari semua fungsi utama dalam
profil misi tersebut, kemudian hendaklah diuji atau diperhadapkan dengan
kebutuhan, tujuan misi, dan persyaratan kinerja, dalam rangka menjaga
konsistensi antara validitas fungsi dan validitas eksternal yang didasarkan
kepada kebutuhan.
Langkah keempat, manakala konsistensinya telah jelas, kemudian ditelusuri kembali
ketepatan fungsi dari sejak langkah awal sampai langkah akhir. (hal.62)
Langkah kelima,
‘
Tidak ada komentar:
Posting Komentar