Kamis, 19 Mei 2022

SISTEM PENDIDIKAN REPUBLIK KUBA (Deskriptif-Analitik tentang Sistem Pendidikan Republik Kuba)

 

SISTEM PENDIDIKAN REPUBLIK KUBA

(Deskriptif-Analitik tentang Sistem Pendidikan Republik Kuba)

 

A. LATAR BELAKANG

A.1. Kondisi Objektif Kuba

Christopher Columbus, pada penyelidikannya untuk menemukan rute ke arah barat India tersandung pada wilayah Amerika dan mengelilingi pantai Kuba pada 27 Oktober, 1492, dia memuji kepulauan tersebut dengan kata-katanya "ini adalah pulau paling indah yang belum pernah aku lihat sebelumnya." Columbus menghabiskan waktunya beberapa minggu di sepanjang utara Kuba tanpa menyadari bahwa ini adalah satu pulau. Meyakinkan setelah ia menemukan daerah Timur Indi dia kembali ke Eropa dan kemudian pergi Kuba selama dua tahun. Ini terjadi pada tahun 1508, setelah penjelajah lain, Sebastián de Ocampo berhasil menelusuri kepulauan ini, dan menemukan bahwa Kuba adalah satu pulau.

Kuba berpenduduk bangsa aborigin, yang dikenal sebagai Indocuba. Kehidupan social mereka begitu damai dengan mata pencaharian, berburu, menangkap ikan dan bercocok tanam.[1]

Ensiklopedi of Wikipedia[2], mendeskripsikan Kuba sebagai berikut:

Republik Kuba terdiri atas Pulau Kuba (pulau terbesar di Kepulauan Antilles Besar), Pulau Pemuda dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Nama "Kuba" konon berasal dari sebuah kata dalam bahasa Taíno, cubanacán, yang berarti 'tempat yang sentral'.

Negara ini terletak di Karibia utara, pada pertemuan Laut Karibia, Teluk Meksiko dan Samudra Atlantik. Di sebelah timur laut Kuba - sekitar 144 km - terletak Negara Bagian Florida, AS, dan Bahama. Di sebelah timurnya terdapat Kepulauan Turks dan Caicos serta Haiti, sementara di sebelah barat terdapat Meksiko. Kepulauan Cayman dan Jamaika terletak di sebelah selatan dari ujung timur Kuba. Dibanding Indonesia, luas Kuba masih lebih kecil dari Pulau Jawa.

Kuba merupakan penghasil gula terbesar di dunia setelah Brasil. Meskipun gula merupakan penghasil utama dengan 85% dari ekspornya, namun yang tinggal di dalam negeri masih merupakan negara pemakan gula terbanyak setelah Kosta Rika.

 

Agustiar melukiskan Republik Kuba terletak di Karibia, bertetangga dengan kepulauan Bahama dan Amerika Serikat di utara, dengan Mexico di barat, dengan Jamaica di selatan dan dengan Haiti di sebelah timur. Kuba yang luasnya 42,800 mil persegi berpenduduk 11,096,395 jiwa, terdiri dari etnis Mulatto (51%), etnis kulit putih (37%), dan etnis kulit hitam (11%) dengan bahasa utama dan resmi bahasa Spanyol, dan agama penduduk terutama Katolik Romawi (85%, sebelum Castro).[3]

 

A.2. Revolusi Kuba

Revolusi Kuba melewati sejarah yang panjang yang dimulai sejak sejak kedatangan sang Conquistador pertama, Diego de Velazquez tahun 1510, yang mendaratkan pasukan kecilnya di bagian tenggara pulau yang sekarang dikenal Guantanamo.

Havana diduduki oleh Inggris sepanjang perang kolonial waktu Inggris menghadapi Perancis dan Spanyol. Havana jatuh ke Inggris tanggal  12 Agustus1762, setelah menghadapi sengitnya perlawanan kaum petani Guanabacoa dan Havana di kepemimpinan José Antonio Gómez.

Orang Kuba pertama yang mendorong kemerdekaan diantaranya Kosé Martí, Antonio Maceo dan Máximo Gómez, serta pemimpin terkenal lainnya. Mereka berhasil mengerahkan kaum tani dan memperluas pemberontakan di seluruh pulau.

            Tahun 1892, Martí dan kelompoknya mengasingkan diri di Miami dan mendirikan “Cuban Revolutionary Party”. Tahun1895 pemberontakan baru dilancarkan untuk melawan Spanyol. Meskip akhirnya Martí terbunuh, Máximo Gómez, Antonio Maceo dan pemimpin revolusioner lain melanjutkan mengusir Spanyol.

AS mulai berkecimpung menengahi perang pemberontakan 15 Agustus 1898. Kapal perang Maine, dikirim ke teluk Havana dengan untuk melindungi warga negara AS yang berdomisili di kota.

Pada akhir tahun Spanyol kalah dan AS menyusun kekuatan militer sampai 1902. Meski akhirnya kekuatan militer ditarik dari Kuba, Amerika tetap memiliki kendali total hampir seluruh pulau dan, dengan dalih Platt Amandemen, memelihara "right to intervene " di pulau ini dalam rangka "memelihara kemerdekaan". Selama itu, AS mendirikan pangkalan angkatan udara Guantánamo mereka tempati sampai kini.

Tanggal 20 Mei 1902, ditandai penarikan kekuatan militer AS dari Kuba, Kuba menjadi Negara Republik Pseudo-Independent atau Republik Neo-Colonial, di bawah kendali AS, dengan Tomás Estrada Palma sebagai presiden pertamanya.

            Tahun 1925, setelah beberapa presiden tidak memuaskan, Gerardo Machado mengambil kekuatan dan mendirikan rejim diktator untuk 8 tahun memburuknya ekonomi menyediakan peluang kejatuhannya pada 12 Agustus 1933. Salah seorang insinyur Machado Fulgencio Batista yang mendapat sokongan AS, memerintah kuba sampai 1944 dengan mendirikan rejim diktator. Reaksi atas tekanan Batista, pergerakan revolusioner baru mulai bermunculan. Dibentuk oleh kaum pelajar, organisasi buruh, cendekiawan, kaum kelas menengah, kaum pekerja dan tani.

26 Juli 1953, 150 pemuda dari kelompok revolusionir pimpinan Fidel Castro, meluncurkan penyerangan ke asrama Moncada, di bagian timur Santiago. Pemberontakan tersebut dapat ditanggulangi pasukan Batista sementara Castro dan pejuang lainnya yang selamat ditangkap dan dipenjarakan. Dengan mengidolakan keberanian Castro, para pengikut dia bersama masyarakat yang gagal berjuang pada 26 Juli di Moncada mulai memberikan serangkan melalui kritikan dengan keras dan mulai melakukan gerakan politis yang lebih luas itu. Meningkat simpatisme terhadap perjuangan Castro dan dan bertarung dengan memberikan tekanakan terhadap Batista agar mengeluarkan para tahanan politik yang pada tahun 1955 dibuang ke Meksiko.

            Meksiko mengusung Castro dan seorang dokter muda Argentina, Ernesto "che" Guevara. Guevara ikut serta dalam kaum revolusioner yang diorganisir oleh Fidel Castro dan bersama mereka merencanakan kembali ke Kuba. Dengan kekuatan 82 gerilyawan mereka berlayar dari Meksiko dengan kapal motor pesiar dan mendarat di pantai tenggara Kuba tanggal 2 desember 1956. Pasukan Castro langsung berhadapan dengan pasukan kendali Batista. Sebagian pejuang Castro berlindung di Siera Maestra, sebuah gunung dimana mereka menyusun kembali strategi dan meluncurkan serangan segera setelah memperoleh dukungan dari kaum tani di daerah pertanian dan kelompok gerakan bawah tanah kota di kota. Perlawanan terhadap Batista, yang dipicu oleh “movimiento 26 de Julio”, mendapat dukungan dari pergerakan pelajar, kelompok partai sosialis dan politisi lain dan kelompok buruh. Setelah tiga tahun tumbuh dan melakukan perlawanan, memaksa Batista menyerahkan kekuatannya pada 1 Januari 1959.[4]

            Castro hadir dengan kekuatan dan dukungan yang sangat besar dalam membentuk pemerintahan dengan warisan ekonomi yang nyaris ambruk. Sejak itulah, Castro mulai membenahi dan mengembangkan pemerintahannya dengan landasan sosilisme. Kemajuan pun mulai diraihnya hingga sekarang, ia harus melepaskan tampuk kekuasaannya dan diwariskan kepada adiknya Raul Castro.

 

     A.3. Selayang Panjang Kondisi Pendidikan Kuba

            Sebelum revolusi tahun 1959, pendidikan negara Kuba diatur sedemikian rupa untuk mempertahankan sistem produk kapitalis yang tidak mandiri. Ini dilaksanakan dalam dua cara:

            Pertama, memenuhi tuntutan sistem sendiri dengan menggunakan tenaga buruh terlatih yang terbatas jumlahnya serta manajer dan para professional yang dididik dalam negeri.

            Kedua, dengan mensosialisasikan penggunaan buruh secara massal oleh karena perekonomian Kuba didominasi oleh modal asing, produk asing, dan tingkat pengangguran yang sangat tinggi, serta pendistribusian pendapatan yang sangat tidak adil.

            Sebagaimana juga perekonomian negara-negara Amerika Latin yang tidak mandiri, yang keadaannya sama dengan perekonomian Kuba sebelum revolusi, ditambah lagi dengan pengaruh pola konsumsi dan produksi Amerika Serikat, sistem perekonomian Kuba telah mempengaruhi struktur kelas masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi sistem pendidikan sehingga menjadi sangat pincang. Pendidikan di daerah-daerah pendalaman hampir tidak tergarap sama sekali.[5]

            Leo Huberman dan Paul Sweezy, menulis dalam buku mereka yang telah menjadi klasik, “Socialism in Cuba,” pendidikan di Kuba adalah salah satu contoh tersukses rejim Sosialis.

            Kebijakan memajukan pendidikan di Kuba, sebenarnya telah dicanangkan sejak rejim Castro belum lagi berkuasa. Saat itu, bertempat di Fort Moncanda, pada 26 Juli 1953, Castro menyatakan ada enam problem yang “kita harus sesegera mungkin menyelesaikan secara bertahap” yakni, masalah tanah, industrialisasi, perumahan, pengangguran, pendidikan, dan kesehatan. Tapi, rencana itu baru mulai betul-betul dicanangkan, saat Fidel Castro di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Banga (PBB), pada September 1960, menyatakan bahwa 1 Januari 1961 telah dicanangkannya sebagai tahun dimulainya kampanye besar-besaran di negaranya dalam memberantas buta huruf. Tahun itu juga ditetapkan sebagai Tahun Pendidikan (The Year of Education).

Sejak saat itu, dimulailah mobilisasi dan perencaan pembangunan sektor pendidikan di seluruh negeri. Para brigadistas (relawan) yang diterjunkan ke lapangan membawa buku petunjuk dan bendera Kuba satu tangan dan lampu paraffin (simbol kampanye) di tangan lainnya. Dalam memobilisasi massa terdidik untuk mengajari massa rakyat yang buta huruf, slogan yang dikumandangkan adalah “the people should teach the people.” Di kantor-kantor, di lahan-lahan pertanian dan perkebunan, dan pabrik-pabrik dikumandangkan slogan, “If you know, teach; if you don’t know, learn.”

Sementara di radio dan televisi nasional, setiap saat diumumkan bahwa “Every Cuban a teacher; every house a school.” Di organisasi-organisasi massa, dipropagandakan kepada seluruh anggotanya bahwa penyair menulis puisi, artis melukis gambar dan mendesain poster, penulis lagu menulis lagu, pers memuat berita utama tentang kemajuan dan para fotografer berpartisipasi dalam kampanye melalui gambar. Pokoknya, seluruh bangsa turut berperanserta dalam gerakan revolusioner besar-besaran dalam bidang kebudayaan: penghapusan buta huruf.[6]

            Agustiar dengan mengutif Word Almanac 2000, menyatakan bahwa setelah melalui perjuangan yang berat dalam bidang pendidikan, terutama pada tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama, termasuk pemberantasan buta huruf, pada saat ini tingkat literasi penduduk Kuba tercatat 96%, dan wajib belajar berlaku antara usia 6-11 tahun, sedangkan pendidikan adalah gratis pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.[7]

            Pada 22 Desember 1961, program alphabetisasi di Kuba berakhir. Hasilnya, angka buta huruf merosot drastis, dari 23,6 persen ketika program ini pertama kali dicanangkan menjadi tinggal 3,9 persen. Bandingkan misalnya, dengan negara-negara lain di kawasan Amerika Latin, dimana sekitar 33 persen penduduknya adalah buta huruf. Rata-rata angka buta huruf di kawasan itu bervariasi dari 8,6 persen di Argentina hingga 80 persen di Haiti. Melihat sukses ini, Huberman dan Sweezy menulis, “Never in the history of education anywhere in the world had there been so successful an achievement.”[8]

           


 

B. TUJUAN PENDIDIKAN

            Setelah para revolusioner memperoleh kekuasaan pada tahun 1959, mereka segera menghadapi tugas mengubah struktur ekonomi dan budaya politik Kuba. Pendidikan dianggap sebagai faktor kunci untuk mencapai kedua tujuan tersebut.[9]

            Pasca revolusi, terjadi reformasi bidang pendidikan dengan menekankan tujuan pendidikan pada aspek-aspek sebagai berikut:[10]

1.      pendidikan disiapkan untuk menjawab tantang atas kebutuhan dan untuk memperoleh buruh-buruh yang punya keterampilan (skilled labor);

2.      pendidikan diarahkan pada program pemberantasan buta aksara;

3.      pendidikan diarahkan untuk memotivasi kerja kolektif;

4.      pada program pendidikan orang dewasa, pendidikan diarahkan untuk menciptakan mobilitasasi dan tujuan ideologis revolusi. Tujuan ini menghasilkan program:

(1)     mengembalikan ideologi pra-revolusi yang memberikan hasil pembangunan kepada kelompok kecil kelas menengah dan kelas atas kepada ideologi revolusi yang menyerahkan proses perkembangan kepada masyarakat;

(2)     menjadikan pendidikan bagi orang dewasa untuk mentransformasikan nilai-nilai dan budaya Kuba pada semua level masyarakat kepada hubungan social yang baru dalam produk yang bersifat produktif.

 

C. SISTEM, STRUKTUR DAN JENIS PENDIDIKAN

            Sistem pendidikan nasional Kuba disusun berupa satu set elemen atau subsistem yang terintegrasi ke dalam suatu struktur yang menyeluruh. Ini berarti bahwa subsistem-subsistem ini harus dianggap sebagai satu kesatuan, bukan secara terpisah-pisah.

            Sistem pendidikan di Kuba disusun dalam subsistem sebagai berikut: (a) pendidikan politeknik umum dan buruh; (b) pendidikan teknik dan kejuruan; (c) pendidikan guru; (d) pendidikan khusus; (e) pendidikan orang dewasa; dan (f) pendidikan tinggi.

            Sistem pendidikan ini terstruktur dalam tiga tingkatan: tingkat dasar, tingkat menengah, tingkat tinggi/atas, dengan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk melanjutkan pendidikan dari pendidikan dasar ke tingkat yang lebih tinggi.

            Sistem pendidikan ini disusun dalam dua kategori: kelas-kelas biasa bagi pekerja (student-workers) dan kelas-kelas parallel bagi siswa yang akan menjadi pekerja.[11]

            Gambaran mengenai struktur pendidikan formal dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Struktur sistem pendidikan yang berlaku secara nasional adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan 12 tingkat atau "grade" pada politeknik umum dan pendidikan buruh wajib dan menjadi persyaratan untuk masuk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan didahului dengan pendidikan prasekolah (Taman Kanak-kanak).

     Pada usia 5 (lima) tahun, anak memasuki pendidikan prasekolah selama satu tahun sebagai persiapan sebelum memasuki pendidikan dasar.

     Politeknik umum dan sekolah buruh/pekerja dibagi dalam :

     (1) pendidikan dasar, "grade" 1-6, dimasuki oleh anak usia 6-12 tahun, dan ini pun terdiri dari dua siklus: siklus persiapan ("grade" 1-4), dan siklus kedua ("grade" 5-6), saat pelajaran yang berbentuk spesialisasi dimulai.;

     (2) pendidikan menengah umum, "grade" 7-12, terdiri dari tingkat menengah pertama ("grade" 7-9), di mana siswa meneruskan pelajaran spesialisasinya, dan tingkat atas "grade" 10-12 sebagai siklus persiapan ke universitas atau siklus pendalaman.

 

b. Pendidikan teknik dan kejuruan terdiri dari dua tingkat: pelatihan pekerja terampil pada sekolah politeknik selama satu sampai dua tahun untuk "grade" 9, dan pelatihan teknisi tingkat menengah di institut politeknik selama tiga sampai empat tahun bagi lulusan "grade" 9.

     Setelah menyelesaikan pelajaran di sekolah tersebut, siswa telah memiliki persamaan dengan "grade" 12 pendidikan umum politeknik/buruh disamping keterampilan khusus yang mereka peroleh.

c. Pendidikan guru terdiri dari dua tingkat:

     -    pertama, pendidikan guru tingkat menengah untuk menghasilkan guru-guru pendidikan dasar atau pendidikan khusus yang menampung siswa tamatan "grade" 9;

     -    kedua, pendidikan guru tingkat tinggi selama empat tahun pada Institut Pendidikan untuk mengasilkan guru-guru sekolah menengah, dan menerima tamatan "grade" 12.

 

d. Pendidikan khusus bagi anak-anak cacat, baik cacat fisik maupun yang berkelainan mental.

e. Pendidikan orang dewasa terdiri dari tiga tingkat:

     (1) tingkat dasar selama dua tahun (untuk pekerja dan petani) yang sederajat dengan pendidikan dasar;

     (2) tingkat menengah dasar (untuk pekerja dan petani) sederajat dengan sekolah menengah pertama; dan

     (3) tingkat pra universitas selama empat semester (untuk pekerja dan petani) sederajat dengan pendidikan menengah tingkat atas.

 

f. Pendidikan tinggi yang terbuka bagi lususan "grade" 12 pendidikan umum politeknik dan pendidikan untuk kerja dengan spesialisasi pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Terdapat tiga bentuk sekolah pada setiap jenis atau subsistem pendidikan: sekolah dengan sistem asrama, semi asrama, dan sekolah siang. Kebijakan pada tingkat pendidikan dasar ialah menyelenggarakan pendidikan waktu siang dengan satu atau dua sessi pelajaran setiap hari.             Pendidikan dasar dengan format asrama diadakan hanya dalam kasus-kasus khusus untuk mengatasai berbagai masalah sosial atau keluarga.

Juga terdapat berbagai format dalam pengelompokkan sekolah pendidikan dasar. Di kota dan pinggiran kota, sekolah dikelompokkan menurut "grade" dengan seorang guru untuk setiap "grade". Di daerah-daerah pedesaan atau pedalaman diadakan pengelompokan "semi-grade" (“grade” 1-4), dan “concentrated” (“grade” 5-6), dan sekolah dengan pengelompokkan “multigrade”, yaitu mengelompokkan anak dari berbagai “grade” karena umlah murid yang sangat kecil.

            Sekolah-sekolah menengah pertama dan pra universitas di kota-kota diselenggarakan pada siang hari, sedangkan di desa-desa diselenggarakan dengan format asrama (boarding schools). Sekolah bentuk ini sering disebut dengan “sekolah menengah di perkampungan” (secondary schools in the countryside").

            Sekolah kejuruan berasrama bagi siswa yang memiliki nilai-nilai terbaik dari setiap propinsi, menyelenggarakan pula pendidikan menengah umum dengan orientasi khusus pada kejuruan. Sekolah-sekolah politeknik dan institut bisa berformat asrama, dapat pula menyelenggarakan sekolah siang.

            Pada sektor pendidikan orang dewasa, terdapat berbagai jenis pusat belajar sesuai dengan kebutuhan siswa yang terdiri dari pekerja-pekerja/buruh. Sekolah pada umumnva diselenggarakan malam hari, sore, atau siang. Apabila pusat-pusat belajar memiliki fasilitai yang memadai, sekolah dan kelas-kelas ini dapat berfungsi sesuai harapan. Bagi siswa-siswa yang karena tugas dan pekerjaan tidak dapat hadirdi sekolah, dibentuk sekolah khusus dengan fasilitas asrama.

            Pendidikan tinggi yang terdiri dari berbagai jenis lembaga pendidikan tinggi mempunyai pusat-pusat pendidikan atau kampus serta cabang-cabang yang menyebar di seluruh negeri Ini sejalan dengan kebijakan untuk menguniversalkan pendidikan tinggi.[12]

 

D. MANAJEMEN PENDIDIKAN

     D.1. Otoritas

Ada empat hal berikut yang bisa dipelajari, tentang sistem pendidikan di Kuba: [13]

Pertama, pendidikan gratis untuk seluruh warga negara. Pemerintah Kuba memandang pendidikan merupakan bagian terpenting dalam mempertahankan revolusi Kuba, di mana rakyat mempunyai hak yang sama dalam mengakses pendidikan dan negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan. Akses yang sama ini diwujudkan dalam bentuk pendidikan gratis bagi seluruh warga negara. Sehingga tidak mengherankan, Kuba sekarang menempati posisi teratas di dunia untuk angka melek huruf dan angka rata-rata sekolah per kapita.
            Kedua, jaminan terhadap persamaan hak ini diwujudkan dengan pendidikan diselenggarakan oleh negara sehingga bisa mewujudkan angka perbandingan guru dan pelajar yang luar biasa, yaitu satu tenaga pengajar untuk 13,6 pelajar. Pemerintah Kuba membelanjakan US$ 1,585 miliar atau setara Rp 13,4725 triliun per tahun untuk pendidikan dengan penduduk 11 juta (bandingkan Indonesia yang hanya membelanjakan Rp 11,5528 triliun pada tahun anggaran 2002 dengan penduduk 220 juta).
            Ketiga, dengan adanya penyelenggaraan oleh negara, terdapat sistem yang terintegrasi antara orang-orang yang sedang belajar dengan kebutuhan tenaga kerja dan lapangan pekerjaan yang tersedia di seluruh negeri. Dengan ini, persoalan link and match menjadi terpecahkan dengan sistem pendidikan yang terintegrasi secara nasional. Dari sekolah menengah, seorang warga negara dipersiapkan untuk memilih mengikuti pra-universitas atau pendidikan teknisi dan profesional yang akan mengarahkan pada dunia kerja. Dari pra-universitas bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi untuk memperdalam bidang akademik yang ingin diperdalam atau menjadi tenaga pengajar.

Keempat, dengan menggunakan seleksi akademis itu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar berada di tangan yang tepat, dengan kompetensi akademis yang benar-benar diarahkan oleh negara. Lulusan-lulusan perguruan tinggi terbaik diarahkan masuk ke 211 lembaga-lembaga penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai kajian yang tersebar di seluruh negeri.

Castro juga mulai menata sektor pendidikan dan kesehatan sebagai kekuatan utamanya. Hasilnya, Castro kemudian dinilai sangat cemerlang dalam menyukseskan agenda tersebut, terlihat dari keberhasilannya menjalankan program pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis bagi rakyatnya. Tidak salah jika Castro sejak awal kekuasaannya, tepatnya tanggal 26 September 1960, di depan Majelis Umum PBB, megumumkan kepada dunia bahwa “tahun depan rakyat kami melancarkan serangan all-out melawan buta huruf dengan tujuan ambisius mengajar setiap orang yang buta huruf untuk bisa membaca dan menulis.”

Castro sebagai penguasa di negara sosialis otoriter, tentu bisa terlepas dari gaya militerismenya. Tidak heran jika terinsiprasi degan jargon-jargon militer. Menguatkan tentara bukan hanya untuk perang tetapi juga dalam aspek pendidikan. Namun bukan dengan bekal senjata tetapi dengan pena dan buku untuk perang melawan kebodohan. Castro sangat menghargai betul kaum muda-nya yang jadi tentara pena dan buku. Jargon “study, work, rifle” atau “belajar, berkarya, dan senjata”. Dengan membentuk brigade pemberantasan buta huruf dan alfabetizadores. Brigade melibatkan murid-murid SMP dan SMA ke seluruh pelosok Kuba untuk mengajar rakyat membaca dan menulis. Sedangkan alfabetizadores melibatkan kaum dewasa di kota-kota untuk mengajar membaca dan menulis pada kelas-kelas khusus pada malam hari dan akhir pekan.[14]

Di Kuba, sistem pendidikan nasional berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan yang bertanggung jawab atas kebijakan pendidikan secara umum, mendesain serta melaksanakan silabus dan kurikulum, menyarankan metode-metode mengajar, menyupervisi dan mengontrol pendidikan.[15]

Lembaga pendidikan tinggi di Kuba dapat dikategorikan kepada Dua Bentuk:[16]

1.      LPT Non Profesi, meliputi

·         LPT kedokteran dibawah Kementrian Kesehatan Rakyat;

·         LPT keguruan Sek. Dasar dan Menenga di bawah Kementrian Pendidikan;

·         LPT kesenian di bawah Kementrian Kebudayaan;

2.      LPT Profesional: pertanian, industry, ilmu-ilmu social, dan humaniora menjadi tanggungjawab Kementrian Pendidikan Tinggi.

 

Arah reformasi pendidikan tahun 1976:

1.      Memberikan kekuasaan lebih besar kepada lembaga-lembaga pendidikan negeri dalam hal pusat-pusat pendidikan, diperkuatnya hubungan masyarakat.

2.      Supervisi dan kontrol pendidikan dijalankan pada 3 tingkatan: nasional, provinsi dan kotamadya.

3.      Menuju desentralisasi dan fleksibilitas, dengan memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah provinsi dan kotamadya untuk mengambil inisiatif dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat.

4.      Peningkatan status guru dan kepala sekolah, dengan mengurangi beban guru dan staf.

5.      Rasionalisasi pengangkatan dan penggunaan guru untuk menghindari ekses-ekses yang membuat tingginya biaya pendidikan.

6.      Mengefektifkan dan memanfaatkan dukungan badan-badan pendidikan yang terdiri dari orangtua murid, tetangga, peminpin informal dan wakil lembaga.

7.      Desentralisasi pembuatan keputusan penentuan metodologi, kurikulum nasiona, jumlah jam, ditentukan oleh lembaga pendidikan tinggi masing-masing dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah tempat lokasi lembaga itu.

8.       Desentralisasi ini juga termasuk kencederungan mengangkat status rector, dekan dan pimpinan lainnya.

9.      Program pascasarjana dan penelitian ilmiah masing-masing lembaga memperhatikan keperluan daerah serta kemampuan staf pengajar dan peneliti.[17]

 

Selain upaya di atas, kebijakan pendidikan juga dengan memperbanyak terminal pendidikan, sehingga siswa tidak harus terlalu lama berada pada satu jenjang pendidikan. Ini memungkinkan bagi mereka untuk berhenti secara resmi dengan memperoleh sertifikasi pendidikan, apabila mereka berkeinginan untuk segera masuk ke pasar kerja sesuai dengan kualifikasinya. Di samping itu, siswa juga dapat pindah ke program lain yang lebih sesuai dengan keinginannya. Kebijakan pendidikan ini dimaksudkan pula untuk meningkatkan mobilitas dalam penempatan kerja.[18]

            Sistem control dilakukan dengan mengkaji dan menilai proses mengajar pada berbagai tingkat. Sistem ini dikaji ulang dan diperbaiki. Petugas yang dipilih adalah kelompok kecil sesuai dengan pengalaman, prestasi dan prestise professional mereka. Kebanyakan mereka berasal dari guru-guru, pra professional atau peneliti.[19]

            Organisasi siswa pada tiap tingkatan:

1.      Asosiasi Pionir pada tingkat dasar dan mengenah pertama :

2.      Federation of Intermediate-level Student (FEEM: Federasi Sekolah Menengah) pada tingkat menengah atas, sekolah teknik dan professional.

3.      Federation of University Student (FUS: Federasi Mahasiswa) pada tingkat pendidikan tinggi.

4.      Pada sekolah-sekolah pekerja, dibentuk organisasi siswa, misalnya:

·         Union of Workers of Education Science and Sport (SNTECD) Ikatan Siswa Pekerja Pendidikan Sains dan Olahraga;

·         Union of Science Worker (USW) Ikatan Pekerja Sains.[20]

 

     D.2. Pendanaan

Alokasi anggaran belanja Kuba memang amat mengutamakan sektor pendidikan dan kesehatan. Anggaran belanja Kuba mengalokasikan 32 persen untuk pendidikan dan 12 persen untuk kesehatan. Pendidikan di Kuba terbuka lebar bagi seluruh warga Kuba.[21]

Menurut Juan Casassus, anggota tim dari the Latin American Laboratory for Evaluation and Quality of Education at UNESCO Santiago, prestasi tinggi Kuba dalam pendidikan ini merupakan hasil dari komitmen kuat pemerintahan Kuba, yang menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas teratas selama 40 tahun sesudah revolusi. Pemerintah Kuba memang mengganggarkan sekitar 6,7 persen dari GNP untuk sektor ini, dua kali lebih besar dari anggaran pendidikan di seluruh negara Amerika Latin.

Dengan anggaran sebesar itu, pemerintah Kuba berhasil membebaskan seluruh biaya pendidikan, mulai dari level sekolah dasar hingga universitas. Bebas biaya pendidikan diberlakukan juga untuk sekolah yang menempa kemampuan profesional. "Everyone is educated there. Everyone has access to higher education. Most Cubans have a college degree," ujar Rose Caraway, salah satu mahasiswa AS yang ikut progam studi banding di Kuba, pada 2005. Kebijakan ini menjadikan rakyat Kuba sebagai penduduk yang paling terdidik dan paling terlatih di seluruh negara Amerika Latin. Saat ini saja ada sekitar 700 ribu tenaga profesional yang bekerja di Kuba.[22]

Menurut data tahun 2006, Kuba pun mampu menyaingi standar pendidikan negaranegara kaya seperti AS, Kanada, atau bahkan Inggris. Sebab, pemerintah Kuba menyediakan anggaran pendidikan sekira 8 persen dari PDB atau 2 persen di atas anjuran UNESCO. Di bidang kesehatan pun demikian.[23]

Agustiar mengklasifikasikan pendanaan pendidikan pada dua bentuk:

1.      Didanai negara.

2.      Didanai bukan oleh negara, misalnya pada pendidikan tinggi sebagian dari pelayanan ilmiah dan teknik atau penelitian yang dilakukan untuk kepentingan bisnis dibiayai oleh lembaga bisnis itu sendiri.[24]

            Prioritas yang diberikan pada sector pendidikan dapat dilihat dari perkembangan anggaran yang secara konstan naik.[25]

A.    Gambaran Per Penduduk

1.      Tahun 1959 : 11 pesos/ penduduk

2.      Tahun 1990 : 175 pesos/ penduduk

 

B.     Gambaran Per Tahun

1.      Tahun 1958 : 79,4 juta pesos (US$ 59,5 juta)

2.      Tahun 1970 : 648,5 juta pesos (US$ 486,4 juta)

3.      Tahun 1990 : 1823,4 juta pesos.

 

     D.3. Personalia

Di negeri yang terkenal karena produk cerutunya itu, tingkat melek huruf penduduknya sangat tinggi. 97 persen dari penduduk yang berusia di atas 15 tahun bisa membaca dan menulis. Dari komposisi itu, jumlah laki-laki yang melek huruf mencapai 97, 2 persen, sedangkan perempuan mencapai 96,9 persen. Saat ini, Kuba juga merupakan negara dengan tenaga guru terbesar dan tersukses dalam bidang pendidikan. Sebelum revolusi pada 1959, angka buta huruf sebesar 30 persen. Kini penduduk yang buta huruf nol persen. Dari segi komposisi jumlah guru-murid, untuk tingkat sekolah dasar dari setiap 20 murid dilayani oleh satu orang pengajar. Untuk tingkat sekolah menengah, satu orang pengajar melayani 15 murid. Keadaan ini menyebabkan hubungan antara guru-murid berlangsung secara intensif.

Setiap guru di Kuba adalah lulusan universitas dan memperoleh pelatihan yang sangat intensif dan berkualitas selama masa karirnya. Yang unik dari sistem pendidikan Kuba, adalah hubungan guru-murid-orang tua yang tampak dikelola secara kolektif. Seluruh staf pendidikan (pengajar dan pegawai administrasi) tinggal di dekat sekolah, sehingga mereka saling mengenal satu sama lain. Bersama murid dan orang tuanya, para guru ini bekerja bersama dan menyelesaikan secara bersama masalah-masalah menyangkut bidang pendidikan, pertanian, dan kesehatan. Metode ini merupakan pengejawantahan dari nilai hidup yang diwariskan Che Guevara, tentang solidaritas kelas. Dengannya, pendidikan tidak hanya bermakna vertikal, dimana semakin terdidik orang peluangnya untuk berpindah kelas semakin terbuka. Tapi, juga bermakna horisontal, dimana pendidikan sekaligus bertujuan memupuk dan mengembangkan solidaritas antar sesama, penghargaan terhadap alam-lingkungan dan kemandirian.[26]

Untuk merangsang tenaga pendidik, pemerintah Kuba memberikan upah yang sangat layak, profesi guru menjadi pekerjaan primadona bagi rakyat Kuba. Castro yakin betul pada aspek pendidikan sebagai kunci utama pembangunan. Karena rakyat yang bodoh, tidak akan mampu merespon kebijakan dan strategi yang ada.

Program pendidikan gratis menjadi trend dalam pembangunan pendidikan, di semua level pendidikan semua biaya ditanggung oleh negara, dari pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Komitmen pada agenda strategis tersebut, bukan hanya berhasil menurunkan tingkat kesenjangan ras, tetapi juga ikut meningkatkan partisipasi gender yang sangat signifikan. Hasilnya sangat maksimal, data Tahun 2004 saja, sudah didapatkan data yang cukup fantastis. Jumlah melek huruf 96,8%, Jumlah pengangguran 1,9%, Tenaga kerja: 4.6 juta (pemerintah 78%, Non-pemerintah 22%. Jumlah pengangguran hanya mencapai 1,9% di nilai rendah biarpun standar harga tenaga kerjanya dianggap rendah.[27]

Kebijakan pendidikan lain yang dirintis oleh pemerintah Kuba ialah program peningkatan diri sendiri (self-improvement) terutama oleh guru-guru sekolah dasar. Berdasarkan penelitian dalam aspek pendidikan guru, calon-calon yang mendaftar pada lembaga-lembaga pendidikan guru bukan berasal dan lulusan yang terbaik dari sekolah-sekolah menengah. Hal ini berdampak pada kualitas guru-guru. Menyadari hal ini akan berdampak lebih jauh terhadap mutu pendidikan, pemerintah memberikan “sabatikal” yaitu cuti panjang kepada guru-guru pendidikan dasar untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan dan keprofesionalannya. Sabatikal ini juga dibiayai oleh pemerintah c.q. Kementerian pendidikan. Kebijakan pemberian sabatikal ini dinilai sebagai suatu kebijakan yang sangat mendasar karena kebanyakan sabatikal diberikan kepada dosen-dosen perguruan tinggi untuk melakukan penelitian, seminar-seminar internasional, penulisan karya ilmiah dan sebagainya, dan biasanya guru-guru pendidikan dasar dan menengah nyaris terabaikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah menyebabkan para pendidik, guru dan staf pengajar perguruan tinggi, ketinggalan (obsolete) dalam bidang akademiknya dan karena itu diperlukan penyegaran dan peningkatan (refreshing/updating). Dengan demikian, diharapkan melalui peningkatan profesionalisme guru, terjadi pula peningkatan kualitas pendidikan murid.[28]

 


 

     D.4. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran

            Kurikulum dan silabus berlaku secara nasional untuk semua tingkat pendidikan. Tujuannya adalah agar terjamin hegemoni atau keseragaman isi dasar yang diajarkan pada setingkan tingkat.[29]

            Perbaikan dan perubahan kurikulum dilaksanakan dalam rangka menyesuaikan isis dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah. Secara khusus, tujuan perbaikan kurikulum dan silabus dan juga perbaikan proses belajar adalah: (a) untuk memperoleh uraian yang jelas tentang apa yang ingin dicapai; (b) untuk memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada guru dan sekolah sehingga mereka mampu menyesuaikan kurikulum nasional dengan kenyataan dan kondisi di daerah setempat; dan (c) untuk meyakinkan pengembangan keterampilan kerja, disiplin, dan kesadaran bahwa nilai-nilai social rakyat Kuba hendaklah ke arah mental penghasil atau produsen, bukan mental konsumen.[30]

            Agar produk pendidikan tidak berdampak negative berupa peningkatan pengangguran sebagai akibat kurangnya relevansi kurikulum dengan tuntutan lapangan kerja, upaya pendidikan adalah memperluas pilihan dalam kurikulum. Dengan banyaknya pilihan, siswa bersama orangtua dapat lebih bebas menyesuaikan programnya dengan keinginan, interest dan persepsinya tentang pasar kerja. Kecocokan antara pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa di tempat pendidikan dan jenis pekerjaan akan meningkatkan untuk kerja, baik kuantitas maupun kualitas. Produktivitas dan efisiensi diharapkan juga meningkat.[31]


 

     D.5. Ujian, Kenaikan dan Sertifikasi

            Pada tingkat pendidikan dasar kenaikan kelas dari grade yang satu ke grade yang lebih tinggi berlangsung secara otomatis. Murid-murid yang mengalami kesulitan dalam pelajarannya diberikan perlakuan atau pelayanan khusus tanpa memisahkan mereka dari kelasnya.        

Untuk meyakinkan bahwa taraf pengetahuan minimum murid rapat tercapai, pada grade 6, 9 dan 12 di seluruh negara, ujian negara dilakukan pada tingkat-tingkat itu.

            Selanjutnya untuk memasuhi pendidikan tinggi, daftar nama seluruh pelamar digabungkan menurut nilai yang diperoleh pada pendidikan menengah dengan nilai yang diperoleh pada ujian negara.

            Untuk setiap level pendidikan, persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah telah ditetapkan. Sistem pendidikan nasional disusun sedemiakn rupa sehingga setiap level dapat cocok dengan level yang lain (devotail). Dua terminal yang paling besar alternatifnya dalam sistem adalah pada grade 9 dan 12, tetapi untuk mencapai fleksibilitas yang lebih besar, usaha yang dilakukan adalah untuk memperbanyak tempat berhenti pendidikan atau terminal, dan mendiversifikasi pendidikan, sehingga kemampuan dan interes siswa dapat dipehuni atau dilayani.[32]

 

     D.6. Sarana Pendidikan

            Gambaran umum sarana pendidikan di Kuba dapat kita pelajari dari uraian Samsuridjal Djauzi dan Ede Surya Darmawan Dosen Universitas Indonesia bersama mantan menhutbun Dr Nurmahmudi Ismail, Dr Arief Budi Witarto (BPPT), dan Dr Sri Hartini (RS Dharmais) waktu berkesempatan berkunjung ke sekolah dasar dan universitas di Havana, Kuba, pada awal Juni 2004.

            Mereka menjelaskan secara gamblang mengenai kondisi sarana pendidikan di Kuba sebagai berikut:[33]

Gedung sekolah bertingkat dua terletak di jantung kota Havana. Bangunan sekolah sederhana namun kokoh dan bersih. Di sekolah ini terdapat 640 orang murid mulai dari taman kanak-kanak sampai kelas 6 SD. Setiap kelas paling banyak diisi oleh 20 orang murid. Jumlah guru di sekolah ini 45 orang sehingga perbandingan guru dan murid sekitar 1 banding 15. Latar belakang pendidikan guru adalah sarjana pendidikan sedangkan untuk pelajaran keterampilan seperti seni, pekerjaan tangan, olahraga, dan komputer, guru dibantu oleh instruktur lulusan sekolah kejuruan.

                Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Spanyol namun mulai kelas tiga murid SD sudah mulai belajar bahasa Inggris. Kemampuan rata-rata murid SD di Kuba tinggi.

                Survei yang diadakan oleh Unesco pada 2002 menunjukkan kemampuan matematika dan bahasa siswa SD Kuba jauh di atas rata-rata murid SD negara Amerika Latin lainnya.

                Mutu pendidikan di SD Kuba didukung oleh adanya program nasional melalui televisi untuk pelajaran matematika, biologi, dan bahasa. Pada jam-jam tertentu guru yang berpengalaman nasional memberikan pelajaran yang disiarkan oleh televisi Kuba. Seluruh kelas di Kuba dilengkapi dengan televisi sehingga dapat menangkap siaran tersebut.

                Kami juga sempat berkunjung ke laboratorium komputer. Untuk siswa TK, pengenalan komputer masih dilakukan dengan komputer mainan yang terbuat dari kardus. Namun, bagi siswa SD tersedia komputer sebenarnya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelajaran. Mereka mendapat kesempatan bekerja di laboratorium computer dua kali seminggu serta pada jam-jam senggang. Pada saat kunjungan laboratorium sedang berlangsung kegiatan siswa kelas 5 yang sedang berpraktik membuat presentasi dengan program power point.

                Pada umumnya siswa diantar oleh orang tua pagi hari sekali ke sekolah karena orang tua mereka bekerja. Siswa diwajibkan sampai di sekolah pada pukul tujuh pagi dan pelajaran sekolah dimulai pukul delapan pagi.

                Sambil menunggu waktu belajar mereka dapat memanfaatkan komputer dan membaca buku di perpustakaan yang koleksi bukunya cukup banyak. Siswa yang orang tuanya bekerja dapat tinggal sampai sore di sekolah sampai sore, dan sekitar pukul 16.30 dijemput oleh orang tua mereka.

                Kami sempat berkunjung ke beberapa kelas. Murid duduk tidak selalu dalam posisi klasikal menghadap papan tulis, namun disesuaikan dengan mata pelajaran. Untuk mata pelajaran matematik mereka duduk dengan posisi klasikal namun pada mata pelajaran bahasa mereka duduk dalam kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Mereka mendapat kesempatan untuk bercakap-cakap secara lebih akrab.

                Lapangan untuk pelajaran olahraga tersedia cukup luas. Saat itu beberapa siswa laki-laki dan perempuan sedang bermain basket, dan seorang instruktur dengan tekun membimbing mereka. Bahkan di kelas juga disediakan papan catur untuk olah pikir. Kami diantar oleh para siswa melihat-lihat fasilitas sekolah. Salah seorang siswi kelas 4 menjadi pemandu kami dan dia berbahasa Inggris dengan lancar. Teman-temannya juga mampu berbahasa Inggris namun tak selancar pemandu ini.

                Selesai mengunjungi fasilitas sekolah kami beristirahat di ruang perpustakaan. Di ruang ini terpampang spanduk yang bertuliskan ucapan Fidel Castro dalam bahasa Spanyol yang artinya adalah: Untuk menjadi pendidik kita perlu memahami ilmu pengetahuan serta cakap menyampaikannya kepada murid kita.

                Untuk perpustakaan tingkat sekolah dasar maka perpustakaan ini tergolong lengkap. Bahkan salah seorang siswa mengungkapkan bahwa setelah mengetahui akan ada kunjungan dari Indonesia maka dia mencari bahan di kepustakaan ini tentang Indonesia. Dia bertanya kepada kami betulkah Indonesia mempunyai banyak suku dan masing-masing suku mempunyai bahasa sendiri? Kami merasa kagum dengan minat siswa ini dan keinginannya untuk mengetahui lebih jauh tentang Indonesia.

                Di ruang kepustakaan siswa mempertunjukkan beberapa lagu dan tari. Kami pun diminta untuk menyanyikan lagu Indonesia. Tampaknya murid di Kuba mendapat pelajaran yang sungguh-sungguh dalam bidang kesenian. Mereka menyanyi dan menari dengan amat baik. Namun yang berkesan bagi kami adalah ketika mereka menghidangkan konsumsi. Semua disediakan oleh murid, mereka yang mengaturnya dan mereka pulalah yang membagikan pada kami. Meski penganan yang dihidangkan amat sederhana namun kami amat menikmati hidangan para siswa tersebut. Kami meninggalkan sekolah dasar ini dengan kenangan suasana belajar yang menyenangkan dan fasilitas yang memadai meski Kuba seperti Indonesia masih tergolong negara miskin.

 

            Demikian pula ketika beliau menggambarkan kondisi perguruan tinggi di Kuba dalam deskripsinya sebagai berikut:[34]

                Kami juga berkesempatan berkunjung ke Universitas Havana. Universitas ini sudah tua dan juga terletak di tengah kota tak jauh dari Hotel Havana Libre tempat kami menginap. Di Universitas Havana terdapat sekitar 5.000 orang mahasiswa. Sehabis Shalat Subuh biasanya kami berjalan kaki dan beberapa kali kami sempat berjalan kaki sampai ke Universitas Havana. Meski sudah tua, bangunan universitas terpelihara baik, bahkan halamannya amat bersih. Pagi-pagi kami melihat petugas sudah menyapu halaman. Mahasiswa juga sudah berdatangan meski ruang kuliah belum dibuka. Gedung-gedung fakultas dihiasi dengan berbagai patung-patung para ilmuwan dan semboyan-semboyan untuk belajar.

                Kami sempat berkunjung ke Fakultas Kimia. Gedung laboratorium ini sudah tua namun dari gedung inilah dihasilkan karya yang cukup besar yaitu sintesa oligosakirida yang mampu menggantikan dinding sel bakteri Hemophylus influenza B. Melalui penemuan ini dapat dibuat vaksin secara sintesis dan penemuan ini kemudian dikembangkan di pusat Biotek CIGB (Centre for Genetic Engineering and Biotechnology). Sekarang Kuba telah menghasilkan jutaan vial vaksin H.influenza B yang digunakan di Kuba dan juga diekspor ke luar negeri. Di laboratorium kimia ini bekerja 40 orang pakar kimia sebagian besar adalah tenaga paruh waktu, sebagian lagi adalah karyawan industri biotek yang sedang dalam proses pendidikan untuk meraih gelar master atau doktor.

                Jika dulu mahasiswa pasca-sarjana Kuba bangga dengan gelar yang mereka peroleh di negara maju maka sekarang mereka merasa bangga dengan gelar yang mereka dapat dari Universitas Havana. Meski untuk mendapat gelar tersebut kadang-kadang mereka perlu juga mendapat pelatihan keterampilan di beberapa negara di Eropa. Rata-rata usia staf di Universitas Havana masih amat muda. Bahkan kepala laboratorium ini beserta isterinya yang juga bekerja sebagai pakar kimia di laboratorium ini juga tampaknya masih muda. Sulit untuk membayangkan di laboratorium yang tampaknya sederhana ini telah dapat dihasilkan berbagai penemuan yang bermanfaat bagi masyarakat serta diakui mutunya oleh dunia.

                Sebagian staf juga memperoleh kesempatan untuk bekerja di pusat industri biotek yang menyebabkan suasana kerja di industri biotek menjadi suasana yang ilmiah. Salah seorang anggota rombongan kami, Dr Arief Budi Witarto, pakar rekayasa protein dari LIPI diminta untuk memberikan ceramah di pusat industri biotek CICB, karena CICB banyak melakukan penelitian produk yang produksinya berdasarkan teknik rekombinan DNA. Suasana diskusi di pusat biotek ini tak berbeda dengan pertemuan ilmiah di universitas yang terbuka dan akrab. 

                Saat ini Kuba mempunyai sekitar 14 pusat biotek yang tersebar di Havana dan provinsi lain di Kuba. Jumlah saintis di Kuba mencapai 12 ribu orang dan 1.800 di antaranya merupakan doktor. Sarjana Kuba mempunyai kemampuan tinggi dan mempunyai motivasi kuat untuk menyumbangkan kepakarannya kepada masyarakat. Mutu yang tinggi dan sikap yang mengutamakan masyarakat ini merupakan hasil pendidikan sejak sekolah dasar. Kuba membuktikan bahwa, meski miskin negara ini dapat menyelenggarakan pendidikan yang baik. Bagaimana dengan Indonesia?

 

E. ISU-ISU PENDIDIKAN

     E.1. Kondisi Objektif Pendidikan Kuba Tahun 2007

            Berikut ini adalah beberapa fakta yang pada tahun 2007, sebagai berikut:[35]

·         Bahasa inggris adalah bahasa paling populer untuk murid Bahasa Kuba untuk mengejar setelah Bahasa Spanyol.

·         Pendidikan universal di Kuba meliputi biaya pakaian seragam, buku, bimbingan, iuran.

·         Peringkat melek huruf di Kuba melebihi Kanada dan Amerika Serikat.

·         Rasio guru kelas di Kuba taraf Sekolah Dasar adalah 1 berbanding 20.

·         Rasio guru kelas di Kuba taraf Sekolah Menengah adalah 1 berbanding 15.

·         Prosentasi siswa yang diwisuda untuk murid sekolah menengah adalah 97.5%. (sangat jauh berbeda dengan  50 kota besa di AS yang paling besar jumlah wisudanya adalah 52%. Di Detroit ini adalah 25%. Sumber: CNN 03 April 2008.)

·         Rasio pegawai terhadap murid dari kelompok anak cacat, baik fisik ataupun mental adalah 1 berbanding 1.

·         Kalau dalam satu desa hanya terdapat seorang atau dua orang murid, diperlengkapi dengan satu sekolah dan guru yang berkualitas.

·         Sekolah desa di Kuba adalah menggunakan fasilitas "solar system", dengan pelayanan dua murid oleh satu orang guru.

·         Pendidikan Kuba yang berada di pegunungan tinggi, sekolah melayani tigabelas murid mulai dari grade satu sampai grade delapan yang diorganisir oleh dua orang guru.

 

     E.2. Program University for All di Kuba[36]

            Kebijakan menggratiskan biaya pendidikan ini tampaknya kurang mencukupi. Sejak tahun 2000, pemerintah Kuba mencanangkan program yang disebut “University for All.” Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan mimpi menjadikan Kuba sebagai “a nation becomes a university.

Melalui program ini seluruh rakyat Kuba (tua-muda, laki-perempuan, sudah berkeluarga atau bujangan) memperoleh kesempatan yang sama untuk menempuh jenjang pendidikan universitas. Caranya, pihak universitas bekerjasama dengan Cubavision and Tele Rebelde, menyelenggarakan program pendidikan melalui televisi. Perlu diketahui, saat ini media televisi Kuba menyediakan 394 jam untuk program pendidikan setiap minggunya. Jumlah ini sekitar 63 persen dari total jam tayang televisi Kuba. Dalam kerjasama ini, pihak universitas menyediakan paket kurikulum pendidikan dan tenaga pengajar dan pemikir yang berkualitas. Sebagai contoh, salah satu mata acara yang disuguhkan adalah sejarah filsafat, yang diasuh oleh Miguel Limia, seorang profesor filsafat dari institut filsafat.

Demikianlah, sejak program ini on-air pada 2 Oktober 2000, ada sekitar 775 profesor yang datang dari universitas-universitas besar di Kuba yang aktif terlibat dalam program ini.

Hasil dari komitmen dan kerja keras pemerintah Kuba dalam membangun sektor pendidikan ini, nampak dari hasil kajian perbandingan yang dilakukan oleh UNESCO, terhadap siswa dari 13 negara Amerika Latin di bidang matematika dan bahasa. Dari studi itu diperoleh hasil, prestasi siswa Kuba jauh di atas prestasi siswa dari negara lainnya yakni, sekitar 350 point. Bandingkan dengan Argentina, Chile, dan Brazil yang nilainya mendekati 250 poin.

 

 

F. KESIMPULAN

1.    Pendidikan di Kuba sebelum revolusi dilaksanakan dalam rangka mencapai dua sasaran, (1) memenuhi tuntutan sistem sendiri; dan (2) mensosialisasikan penggunaan buruh secara massal.

2.    Tujuan pendidikan di Kuba pasca Revolusi diarahkan untuk menjawab tantangan atas kebutuhan dan untuk memperoleh buruh-buruh yang punya keterampilan (skilled labor); memberantasan buta aksara; memotivasi kerja kolektif; menciptakan mobilitasasi dan tujuan ideologis revolusi.

3.    Sistem pendidikan terbentuk dalam dua kategori: student-workersdan kelas-kelas parallel. Struktur sistem pendidikan yang berlaku secara nasional adalah sebagai berikut: a. Pendidikan 12 tingkat atau "grade" dan didahului dengan pendidikan prasekolah (Taman Kanak-kanak); b.      Pendidikan teknik dan kejuruan; c. Pendidikan guru; d.  Pendidikan khusus bagi anak cacat, baik cacat fisik maupun yang berkelainan mental; dan e. Pendidikan orang dewasa.

4.    Sistem pendidikan nasional berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan. Sedangkan Lembaga pendidikan tinggi di Kuba dapat dikategorikan kepada Dua Bentuk: (1) LPT Non Profesi; dan (2) LPT Profesional.

5.    Pendanaan pendidikan pada dua bentuk: (1) Didanai negara; (2) Didanai bukan oleh negara. Prioritas yang diberikan pada sector pendidikan berkembang secara konstan naik.

6.    Kuba juga merupakan negara dengan tenaga guru terbesar dan tersukses dalam bidang pendidikan. Untuk tingkat sekolah dasar dari setiap 20 murid dilayani oleh satu orang pengajar. Untuk tingkat sekolah menengah, satu orang pengajar melayani 15 murid.  Setiap guru di Kuba adalah lulusan universitas dan memperoleh pelatihan yang sangat intensif dan berkualitas selama masa karirnya. Kebijakan pendidikan lain ialah program self-improvement  dan pemberian “sabatikal” kepada guru-guru pendidikan dasar untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan dan keprofesionalannya.

7.    Kurikulum dan silabus berlaku secara nasional untuk semua tingkat pendidikan. Perbaikan dan perubahan kurikulum dilaksanakan dalam rangka menyesuaikan isis dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah.     

8.    Pada tingkat pendidikan dasar kenaikan kelas dari grade yang satu ke grade yang lebih tinggi berlangsung secara otomatis. Murid-murid yang mengalami kesulitan dalam pelajarannya diberikan perlakuan atau pelayanan khusus tanpa memisahkan mereka dari kelasnya. Untuk meyakinkan bahwa taraf pengetahuan minimum murid rapat tercapai, pada grade 6, 9 dan 12 di seluruh negara, ujian negara dilakukan pada tingkat-tingkat itu.

 

 



                [1] Disarikan dari http://www.voyagehone.com /EdutoursToCuba/ cuba/ index.html  diakses pada 15 Agustus 2008.

[2] Ensiklopedia of Wikipedia, Kuba, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kuba pada 16 Agustus 2008.

                [3] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Lubuk Agung, Bandung, 2001. Hal. 212.

                [4] Disarikan dari www.voyagehone.com/EdutourToCuba/cuba/cuba_hist.html  diakses pada 15 Agustus 2008.

                [5] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Op.Cit. Hal. 211.

[6] Veri Nurhansyah Tragistina, Revolusi Pendidikan, dimuat tanggal 21 Jan, 2008 diakses dari http://kolumnis.com/2008/01/21/revolusi-pendidikan pada 15 Agustus 2008

                [7] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Op.Cit. Hal. 212.

[8]  Veri Nurhansyah Tragistina, Loc.Cit. Bandingkan dengan laporan yang menyatakan bahwa menurut laporan Kementerian Pendidikan Kuba, baru-baru ini, 98 persen penduduk setempat telah mengenal aksara. Persentasi itu jauh di atas mayoritas negara di kawasan Amerika Latin. Dengan kata lain, pendidikan di Kuba berada pada level yang sama dengan di Amerika Serikat dan Eropa (www.liputan06.com). Bandingkan pula dengan pernyataan bahwa tingkat kebutahurufan (illiteracy) untuk remaja (umur 15-24 tahun) di Latin Amerika dan Karibia mencapai 7%, sementara di Kuba nol persen. Kuba berhasil menekan tingkat kebutahurufan yang tadinya mencapai 40% menjadi 0% dalam jangka waktu sepuluh tahun, ini merupakan prestasi yang luar biasa. (http://coenpontoh.wordpress.com/2006/04/01/pendidikan-di-kuba- a-nation-becomes-a-university; diakses pada 15 Agustus 2008)

[9] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Loc.Cit.

                [10] Ibid. Hal. 213. (edited)

                [11] Ibid. Hal. 214.

                [12] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Op.Cit. Hal. 215-216.

[13] Willy Aditya, Membandingkan Sistem Pendidikan Indonesia dan Kuba, Diakses dari http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=print&aid=4864&cid=3&lang= pada tanggal 16 Agustus 2008.

[14] Idham Chalid, Belajar dari Kuba, diakses dari http://gp-ansor.org/?p=4320 pada tanggal 16 Agustus 2008.

                [15] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Op.Cit. Hal. 216.

                [16] Ibid. (edited)

                [17] Ibid. hal. 216-217 (edited)

                [18] Ibid. hal 221

                [19] Ibid. hal 217.

[20] Ibid. (edited)

                [21] Harian Umum Kompas, 05 Januari 2004, dengan judul: Industri Biotek di Havana dan Hyderabad, diakses dari http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/05/ inspirasi/ 782337.htm pada tanggal 20 Agustus 2008.

                [22] Husein Pontoh, Pendidikan di Kuba: a Nation become a University, diakses dari http://coenpontoh.wordpress.com/2006/04/01/pendidikan-di-kuba-a-nation-becomes-a-university/ tanggal 15 Agustus 2008.

[23] OkeZone.com, Liputan khusus HUT ke-63 RI (4): Apa pun Ideologinya, Kesejahteraan Rakyat Utamanya, Minggu, 17 Agustus 2008 diakses dari http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/08/17/217/137589/apa-pun-ideologinya-kesejahteraan-rakyat-utamanya pada tanggal 19 Agustus 2008.

                [24] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Op.Cit. Hal. 217. (edited)

                [25] Ibid. hal. 217-218 (edited).

                [26] Husein Pontoh, Pendidikan di Kuba: a Nation become a University, diakses dari http://coenpontoh.wordpress.com/2006/04/01/pendidikan-di-kuba-a-nation-becomes-a-university/ tanggal 15 Agustus 2008.

[27] Idham Chalid, Belajar dari Kuba, diakses dari http://gp-ansor.org/?p=4320 pada tanggal 16 Agustus 2008

                [28] Prof. Dr. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA., Op.Cit. Hal. 221.

                [29] Ibid. Hal. 218.

                [30] Ibid.

                [31] Ibid. hal. 221

                [32] Ibid. Hal. 219-220.

                [33] http://www.republika.co.id/ASP/kolom_detail.asp?id=165540&kat_id=16 diakses tanggal 20 Agustus 2008.

                [34]  Ibid.

[35] Diakses dari http://www.hellocuba.ca/castro_education.php pada 15 Agustus 2008.

[36] Deskripsi ini ditulis oleh Husein Pontoh, Pendidikan di Kuba: a Nation become a University, diakses dari http://coenpontoh.wordpress.com/2006/04/01/pendidikan-di-kuba-a-nation-becomes-a-university/ tanggal 15 Agustus 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN