Kamis, 19 Mei 2022

PENILAIAN TERHADAP KINERJA

 Seorang manajer atau pimpinan dalam suatu organisasi dengan manajeman yang digunakannya ingin sekali mengembangkan organisasinya, agar organisasi yang dipimpinnya lebih berkembang dan maju, untuk itu sang manajer melakukan penilaian kinerja. Dalam penilaian kinerja tersebut seorang manajer tidak sembarangan melakukan penilaian kinerja tetapi ada tujuan-tujuan yang diinginkan dalam penilaian tersebut. Tujuan penilaian tersebut antara lain: mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin, lalu untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya menyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja, kemudian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang kariernya atau perencanaan karier, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan, sehingga mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi karyawan dalam bekerja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang manajer membutuhkan metode penilaian, agar penilaian kinerja tersebut berguna bagi kemajuan organisasi yang dia kelola

A. Metode Penilaian Kinerja

            Penggunaan metode yang digunakan dalam penilaian kinerja akan  berpengaruh sekali terhadap tujuan yang ingin dicapai, untuk itu dibutuhkan metode penilaian kinerja yang valid, supaya bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan organisasi. Maka metode yang dipakai saat ini bisa dikelompokan kedalam 3 kelompok metode penilaian kinerja:

1. Metode Penilaian Kategori

Metode yang paling sederhana untuk menilai kinerja adalah metode penilaian kategori, yang membutuhkan seorang manajer untuk menandai tingkat kinerja karyawan pada formulir khusus yang dibagi kedalam kategori kinerja. Metode penilaian kategori yang paling umum adalah skala penilaian grafis dan checklist.

a. Skala penilaian grafis

Skala penilaian grafis (graphic rating scale) memungkinkan penilai untuk menandai kinerja karyawan pada rangkaian kesatuan. Ada dua jenis skala penilaian grafis yang digunakan dimasa kini atau kadang-kadang para penilai menggunakan keduanya dalam menilai satu orang yang sama.

pertama dan yang paling umum memberikan daftar kriteria pekerjaan seperti kuantitas kerja, kualitas kerja, kehadiran dan lain-lain.

Jenis kedua menilai aspek-aspek perilaku, seperti pengambilan keputusan, pengembangan karyawan, dan lain-lain, disertai daftar perilaku spesifik dan efektifitas nilai yang dinilai.

Skala manapun yang digunakan, kedua Jenis yang jenis tersebut harus berfokus pada tugas dan tanggung jawab.

b. Daftar Periksa (cheklist) adalah penilaian kinerja yang menggunakan daftar pernyataan atau kata-kata. Penilai memberi tanda pernyataan yang paling representatif dari karakteristik dan kinerja karyawan, seperti

a)Dapat diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

b)Jarang bersedia untuk lembur

c)Kooperatif dan penolong

d)Bersedia menerima kritik

e)Berusaha untuk mengembangkan diri.

2. Metode Komparatif

Metode komparatif memerlukan para manajer untuk membandingkan secara langsung kinerja karyawan mereka terhadap satu sama lain. Sebagai contoh, kinerja seorang operator pemasukan data (data-entry) akan dibandingkan dengan kinerja dari operator pemasukan data (data-entry) yang lebih supervisor. Salah satu teknik komparatif adalah penentuan peringkat. Dengan metode penentuan peringkat (ranking), kinerja semua karyawan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Kekurangan dari metode penentuan peringkat ini adalah ukuran perbedaan diantara individu-individu tidak didefenisikan dengan jelas. Sebagai contoh, kinerja dari individu-individu yang mempunyai peringkat kedua dan ketiga mungkin hanya berbeda sedikit, tetapi kinerja diantara mereka yang mempunyai peringkat ketiga dan keempat berbeda banyak. Kekurangan ini dapat diatasi pada tingkat tertentu dengan memberikan angka untuk menunjukkan ukuran jarak. Penentuan peringkat juga berarti seseorang harus menjadi yang terakhir, yang mengesampingkan kemungkinan bahwa individu yang mempunyai peringkat terakhir dalam sebuah kelompok mungkin setara dengan karyawan puncak dalam kelompok lain. Lebih jauh, tugas penentuan peringkat menjadi sangat sulit jika kelompok yang akan ditentukan peringkatnya sangat

3. Metode Perilaku/Tujuan

Pendekatan penilaian perilaku (behavioral rating approaches) lebih berusaha untuk perilaku karyawan dibandingkan karakteristik yang lainnya. Sebagai contoh, untuk seorang guru, dimensi pekerjaan utama yang berhubungan dengan pengajar kemungkinan adalah : (a) materi silabus, (b) sikap terhadap siswa (c) perlakuan yang adil (d) kompetensi dalam subjek yang diajarkan masalah yang berkaitan dengan pendekatan perilaku harus dipertimbangkan.

B. Unsur-Unsur, Kriteria dan Sifat Penilaian Kinerja

Untuk mendukung penggunaan metode yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan atau prestasi kerja seorang karyawan harus memiliki pedoman dan dasar-dasar penilaian. Pedoman dan dasar-dasar penilaian tersebut dapat dibedakan dalam aspek-aspek penilaian. Yang dimaksud dengan aspek penilaian disini adalah hal-hal yang pada dasarnya merupakan sifat-sfat atau ciri-ciri yang dapat menunjukan bahwa pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dengan baik atau dengan kata lain ciri-ciri dari pelaksanaan pekerjaan (kinerja) yang berhasil digunakan kembali untuk menilai setiap pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan secara rutin. Yang perlu dipertimbangkan oleh bagian personalia bersama para manajer adalah aspek-aspek atau unsur-unsur penilaian. Aspek-aspek atau unsur-unsur penilaian umumnya berbeda dengan sebagian sesuai dengan level karyawan yang dinilai. Pada umumnya ada beberapa aspek-aspek penilaian yang dapat diterapkan seperti Prestasi Kerja, Rasa Tanggungjawab, Kesetiaan dan Pengabdian, Prakarsa, Kejujuran, Disiplin, Kerjasama, Kepemimpinan. Kemudian ada beberapa aspek yang menjadi panduan dalam evaluasi kinerja karyawan yaitu Akurasi, Prestasi, Administrasi, Analitis, Komunikasi, Kompetensi, Kerjasama, Kreativitas, Pengambilan Keputusan, Pendelegasian, Dapat Diandalkan, Improvisasi, Inisiatif, Inovasi, Keahlian Interpersonal, Keputusan, Pengetahuan, Kepemimpinan, Pembelajaran, Manajemen, Motivasi, dan Negoisasi. Selanjutnya dengan kriteria penilaian tertentu masing masing aspek dapat dinilai. Dari jumlah penilaian tersebut akan diketahui bahwa seorang karyawan tingkat prestasinya sangat baik, normal, kurang memuaskan, tidak memuaskan atau dengan ungkapan lain tingkat prestasinya sangat baik, baik, cukup, sedang dan kurang. Dalam melakukan penilaian sebaiknya dilakukan seobyektif mungkin. Memang akan lebih baik apabila sudah dimiliki dan disepakati suatu standard. Akan tetapi kenyataanya adalah kesepakatan yang ditentukan oleh pihak manajer dengan memberikan bobot (nilai) yang sama terhadap aspek-aspek yang dinilai sama. sesuai dengan tujuan penilaian pelaksanaan pekerjaan (kinerja), maka sifat penilaian yang baik disini adalah terbuka dan rahasia.

a. Terbuka

Penilaian kinerja sebaiknya terbuka bagi karyawan bersangkutan. Maksud sifat terbuka yaitu bahwa setiap karyawan yang dinilai berhak mengetahui penilaian yang dilakukan, oleh atasannya terhadap dirinya. Di samping dia berhak mengetahui, karyawan dapat mengajukan keberatan-keberatan atas nilainya, apabila menurut anggapannya penilaian tersebut kurang sesuai. Dalam mengajukan keberatan tersebut sebaiknya menyatakan fakta-fakta dan alasan yang logis. Agar seorang karyawan mampu memahami penilaian, perlu adanya penjelasan dari bagian personalia atau bagian yang ditunjuk, tentang berbagai bidang yang dinilai dalam organisasi perusahaan tersebut.

b.  rahasia

Bahwa penilaian itu hanya diketahui oleh pejabat yang berkepentingan yaitu penilainya dan karyawan yang dinilai. Walau demikian untuk menjamin objektifitasnya diperlukan/dibutuhkan pihak ketiga yang tidak turut menilai tetapi mempunyai kekuatan dan hubungan dengan penilaian tersebut. Sehingga pada daftar penilaian kinerja tersebut terdapat 3 pihak yang menyetujui yaitu pejabat yang menilai, pejabat yang dinilai, dan pejabat satu tingkat di atas penilai.

Selanjutnya agar penilaian kinerja tersebut bisa dilaksanakan dengan baik, dibutuhkan prosedur penilaian yang jelas, agar menjadi acuan atau panduan dalam pelaksaanan penilaian kinerja.

C. Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kinerja

Pada dasarnya setiap perusahaan atau organisasi mempunyai prosedur penilaian kinerja yang berbeda tetapi secara garis besarnya prosedur penilaian kinerja karyawan itu bisa kita klasifikasikan dan prosedur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a.Bagian personalia mengirimkan Daftar Penilaian Kinerja kepada setiap pejabat yang memiliki bawahan dalam lingkungan pengawasan atau bimbingannya, disertai pedoman dalam memberikan nilainya.

b.Pejabat penilai wajib melaksanakan penilaian kinerja atas hasil kerja para karyawan, penilaian ini dilaksanakan secara periodik, misalnya 6 bulan atau 1 tahun sekali.

c.Setelah menilai dan mengisi Daftar Penilaian Kinerja, maka daftar tersebut diberikan kepada karyawan yang dinilai untuk dipelajari dan ditanda tangani sebagai tanda menyetujui penilaian tersebut.

d.Apabila karyawan yang dinilai keberatan atas penilaiannya maka dia dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan yang logis. Keberatan tersebut diajukan kepada atasan pejabat penilai melalui hirarki jabatan dalam jangka waktu tertentu sejak tanggal diterimanya daftar penilaian kinerja tersebut.

e.Pada tahap yang sama karyawan yang dinilai wajib mengembalikan daftar penilaian kinerja kepada pejabat penilai selambat-lambatnya dalam batas waktu tertentu sejak tanggal diterimanya daftar penilaian kinerja tersebut.

f.Apabila setelah karyawan yang dinilai mempelajari dan menyetujui penilaian, maka pejabat penilai menyampaikan daftar penilaian kinerja tersebut kepada atasan pejabat penilai tanpa catatan atau perbaikan-perbaikan.

g.Tetapi apabila setelah karyawan yang dinilai keberatan, maka pejabat penilai menyerahkan daftar penilaian kinerja tersebut kepada atasan pejabat penilai dengan catatan tentang tanggapan pejabat penilai atas keberatan yang diberikan oleh karyawan yang dinilai.

h.Selanjutnya atasaan pejabat penilai memeriksa dengan cermat daftar penilaian kinerja yang telah disampaikan kepadanya.

i.Apabila atasan pejabat penilai memperoleh/mendapatkan alasan-alasan yang logis dan cukup kuat, maka atasan pejabat penilai dapat melakukan perubahan- perubahan nilai yang telah dibuat oleh pejabat penilai.

j.Daftar penilaian kinerja karyawan berlaku dari sejak setelah ada tanda tangan pejabat penilai, karyawan yang dinilai dan dari atasan pejabat penilai. Tanda tangan pejabat penilai menunjukan keputusan yang terakhir dan tidak dapat dirubah lagi.Tetapi apabila ternyata bagian personalia melihat adanya kejanggalan/keanehan dalam daftar penilaian kinerja karyawan tersebut, maka mereka wajib menelaah dan meneliti kembali untuk memperoleh kebenaran dan keobjektifan daftar penilaian tersebut.

Kemudian berkaitan dengan prosedur penilaian kinerja ada 5 tahap dalam pelaksanaan penilaian kinerja yang dapat disimpulkan yaitu:

Pertama, tahap mengumpulkan dan menyeleksi informasi. Pelaksanaan evaluasi/penilaian kinerja yaitu menghimpun semua informasi yang berkaitan dengan kinerja dimaksud, baik menyangkut kinerja perorangan atau kelompok orang, maupun menyangkut kinerja unit kerja atau kinerja perusahaan secara keseluruhan. Informasi tersebut harus diseleksi dan dipilih yang betul-betul mempunyai keterkaitan saja dengan kinerja dimaksud.

Kedua, tahap mendeskripsikan unsur kinerja dari setiap informasi yang dihimpun, sehingga jelas terlihat besaran kinerja sebagaimana termuat dalam informasi tersebut. Ketiga, tahap mengkaji dan memberi nilai. Setiap orang dapat mempunyai beberapa sasaran utama jabatan yang harus dicapai dan setiap sasaran utama jabatan dapat terdiri dari beberapa indikator kunci (key indicator). Nilai setiap sasaran utama jabatan adalah akumulasi atau rata-rata dari semua indikator kunci untuk sasaran utama jabatan tersebut dan selanjutnya kinerja individu adalah akumulasi atau rata-rata dari semua sasaran utama jabatan. Pemberian nilai atas kinerja perorangan, sasaran utama jabatan dan indikator kunci dapat menggunakan angka dari terendah nol hingga yang tertinggi 10. Pada umumnya lebih mudah menggunakan indeks dari yang terendah nol hingga yang teringgi 100 yaitu bila mencapai sasaran sesuai dengan yang ditetapkan terlebih dahulu.

Keempat, tahap menarik kesimpulan dari pelaksanaan penilaian.

Dan terakhir kelima, yaitu tahap merumuskan saran-saran tindak lanjut. Sesuai dengan informasi yang dihimpun dan rumusan kesimpulan dari hasil penilaian kinerja dapat diajukan beberapa saran tindak lanjut seperti mengajukan beberapa alternatif pemberian penghargaan atau kompensasi kepada pekerja yang menampilkan kinerja yang menonjol atau melakukan tindakan koreksi atau percepatan bagi unit-unit yang mempunyai kinerja yang rendah.

D. Menjalankan Penilaian Kinerja Yang Produktif

Dalam menjalankan program penilaian kinerja harus dilaksanakan secara teratur sebagai sesuatu yang mempunyai konsekuensi tertentu, bukan hanya sebagai upacara ceremonial, tetapi juga bisa menjadi sebuah proses penilai kinerja yang bermanfaat produktif. Maka  salah satu caranya adalah

 

 

1. Menjalankan penilaian kinerja tahunan

Pekerja memerlukan feedback untuk memperbaiki kinerja mereka dan mengembangkan ketrampilan yang baru. Menjalankan penilaian kinerja tahunan adalah ide bagus sepanjang hal itu tidak hanya pada waktu pekerja dan pimpinan berdiskusi soal kinerja. Untuk pekerja, penilaian kinerja tahunan mungkin yang pertama kali bagaimana mereka belajar tentang masalah penilaian. Sehingga sebaiknya organisasi mengembangkan Performance Management Process atau proses manajemen kinerja secara keseluruhan untuk menghadapi tantangan dalam penilaian mandiri.

Penilaian tahunan adalah sebuah even, sedangkan proses manajemen kinerja memperkenalkan elemen dari interaksi yang terus menerus antara pimpinan dan pekerja. Tipe proses penilaian ini menyediakan arena untuk berdialog secara lebih teratur antara pimpinan dan pekerja tentang kemajuan pekerja dan beberapa tantangan yang dapat diambil dalam rangka mencapai sasaran tersebut. Pimpinan seharusnya secara terbuka dan teratur memberikan feedback kepada pekerja tentang kinerja mereka secara keseluruhan dan mendiskusikan isu-isu kinerja ketika isu tersebut muncul.

2. Penilaian umum

Tidak semua posisi dalam perusahaan memerlukan ketrampilan atau pengetahuan yang sama. Menggunakan penilaian yang umum dapat mematikan nilai dari proses jika pimpinan atau pekerja tidak melihat hubungan langsung dengan pertanggungjawaban pekerjaan pekerja secara harian. Sehingga sebaiknya organisasi membentuk penilaian yang lebih berguna untuk kedua belah pihak jika item-item yang dinilai sesuai dengan syarat-syarat dan fungsi esensial dari pekerjaan.

Beberapa pimpinan menggunakan deskripsi pekerjaan untuk mengembangkan item penilaian yang relevan. Selain itu mengidentifikasi tujuan-tujuan kunci untuk masing-masing pekerja dan memusatkan penilaian pada pencapaian tujuan tersebut. Beberapa perusahaan telah mengubah konsep bisnis mereka menjadi konsep bisnis dari kompetensi inti, atau kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, untuk membantu mengidentifikasi item-item yang sangat penting untuk keberhasilan individu dalam pekerjaan khusus. Dengan memusatkan pada isu yang berhubungan dengan pekerjaan khusus, ada sedikit kemungkinan bagi penilai dipengaruhi oleh informasi yang tidak relevan seperti kepribadian dan latar belakang pribadi.

3. Penilaian dua sisi

Penilaian yang hanya satu sisi, yaitu pimpinan yang menilai pekerjanya biasanya menghasilkan perbaikan yang dikeluh kesahkan oleh pimpinan. Dalam beberapa kasus, pekerja tidak setuju dengan evaluasi, dalam kasus lain, pekerja kemungkinan tidak mengerti peringkat atau bagaimana untuk meraih hasil yang diinginkan organisasi. Sehingga sebaiknya organisasi menerapkan cara dialog dalam proses penilaian oleh dirinya sendiri (pekerja).

Pendekatan ini dapat membuat forum untuk membuka dialog dan cukup sederhana untuk diterapkan. Pekerja yang mempunyai kesempatan untuk menilai kinerja dirinya sendiri sering memajukan solusi yang kreatif yang tidak akan ditemukan dalam diskusi penilaian satu sisi. Pendekatan ini bisa mengumpulkan input dari orang-orang  yang sering berhubungan dengan pekerja seperti pimpinan/bos, diri sendiri, kawan sejawat, dan laporan langsung dari pekerja (direct report).

Sedangkan jika yang dinilai adalah pimpinan maka masukan datang dari para penyumbang dana organisasi. Sehingga hal tersebut dapat menyediakan informasi yang berguna tentang kesempatan pengembangan pekerja. Dengan melakukan perubahan dalam proses penilaian kinerja, kita menemukan bahwa suatu proses penilaian kinerja yang tadinya menakutkan dapat menjadi pengalaman yang positif semua pihak yang terlibat. disini pekerja menilai diri sendiri dan menerima masukan  dari pekerja lain dan anggota organisasi.

E. Penilaian Kinerja Menurut Al-Qur’an

            Penilaian kinerja menurut Al-qur’an, sangat menyeluruh sekali, artinya bahwa orang yang bekerja sungguh-sungguh, melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, bukan karena ada penilaian dari atasan, teman sejawat, atau karena ingin mendapatkan reward, kedudukan atau jabatan pasti akan mendapat balasan dari Allah swt. Artinya orang yang melaksanakan tugas (bekerja) karena Allah, ia akan mendapatkan ridha Allah, sekaligus akan mendapat penilaian yang baik dari atasan maupun dari teman sejawat.  Seperti  menurut Al-Qur’an surat At-taubah ayat 105

Artinya: Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.( At-taubah: 105)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Website Imas Siti Nurjanah " Pendidikan, Kepramukaan, Materi SMP/MTS, Perangkat Pembelajaran" Kunjungi Youtube kami di Https://bit.ly/YT-ImasSN